Minggu, 02 November 2014

Aku Lihat Pahlawanku di Jalan

Pukul tujuh tepat pagi ini saya bergegas meninggalkan rumah. Cukuplah empat hari berada di rumah, sedikit mengisi energi sebelum senin besok melewati ujian kuliah. Sebenarnya bamyak yang ingin saya tulis disini. Namun hanya yang mengusik pikiran saja yang mumgkin bisa saya tuliskan. Tujuannya merekam kejadian. Kejadian di alam pikiran maupun yg sudah terjadi (peristiwa).

Pagi ini saya melihat pahlawan di jalan. Tapi cuma dalam bentuk namanya saja. Hal itu cukup membuat pikiran saya gelisah. Saya mengamati ada beberapa nama pahlawan sempat mampir di pengelihatan mata saat bus yang membawa saya ke kota ini bergerak cepat. Saya melihat ada Mayjen Panjaitan disana. Anda tau siapa dia?

Sabtu, 01 November 2014

Pulang

Pulang, kata yang paling sering saya tunggu. Banyak memori yang menyeruak pikiran saat bicara tentang pulang. Pulang sama dengan rumah, orang tua, kicauan burung, itik yang lapar di pagi hari, sejuk tanpa hiruk pikuk knalpot, tetes embun daun pisang yang membasahi tanah kering karena lama hujan tak turun, dan pemandangan matahari ketika subuh  yang selalu membebaskanku dari kejaran tugas-tugas menumpuk sebagai manusia mekanik-organik.

Pagi ini,  saya berniat keluar rumah sekedar jalan-jalan dan bertemu dengan orang-orang pagi. Cuaca pagi ini cukup dingin, padahal musim kemarau. Ini berkah dari Yang Maha Mencipta untuk orang pagi, tidak semua yang dapat menikmatinya. Saya bersyukur atas hal itu. Perjumpaan saya pertama pagi ini yaitu dengan matahari. Beruntung saya bisa menatapnya secara langsung karena kabut cukup tebal. Seperti anomali ketika saya tidak jumpai di pagi-pagi kemarin.

Kadang matahari hilang tertutup halimun. Ah udara terasa sejuk-menyejukkan. Saya terus melanjutkan perjalanan. Bertemu barisan kembang putri malu yang sudah mekar bunganya, tampak segar ia. Saat bersalaman dengannya, ia mengempis, menunjukkan sifat pemalunya.

Matahari sudah sepenggalah, belum juga terlihat para pejuang pagi hari yang biasanya lewat dengan atribut lengkap seperti cangkul, sabit, timba, dll. Apakah perjalanan ini terlalu siang? Apakah karena kemarau panjang sehingga mereka absen ke peraduan?

Entahlah, matahari telah muncul kembali.
Ada berita buruk, seorang manusia baru yang baru lahir lekat dengan ari-arinya di buang di tengah sawah dekat rumah.