Selasa, 07 Juli 2015

Manusia dan Pohon

"Dapat tumbuh di tanah yang gersang lebih baik ketimbang 
tumbuh di tanah yang subur banyak gulma."

            Mungkin ungkapan itu cukup untuk menggambarkan kondisi saya ddengan lingkungan saya. Sebuah keyakinan bahwa lingkungan yang serba kekurangan menggembleng mental lebih baik daripada keadaan yang serba berkecukupan.  Bukan berarti yang serba kecukupan itu adalah bukan tantangan bagi penggemblengan diri menuju kematangan berpikir dan bersikap. Tapi, secara reflektif keadaan yang kekurangan itu dapat memacu adrenalin untuk bisa survive di tengah keadaan yang “gersang”.  Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama,  dapat survive bahkan melejit pada sebuah kemapanan, kemungkinan kedua yakni chaos ketika berhenti dan menyerah pada keadaan.
Manusia ketika dihidupkan dari alam rahim seorang ibu tidak bisa memilih ibu mana yang akan menjadi ibunya. Pun keluarga seperti apa yang sampai mati ia akan tetap tumbuh dalam keluarga itu. Apakah keluarga kaya, atau keluarga yang serba kekurangan (miskin). Ada juga manusia yang, saat dewasa memilih lingkungannya sendiri. Dari yang kaya menjadi yang miskin, dari yang miskin ingin jadi kaya. Dan seterusnya. Toh juga siklus hidup juga seperti roda menggelinding. Kadang posisi kita diatas kadang ada di bawah. Tergantung kita bagaimana menggelindingkan roda itu cepat atau perlahan.

            Satu lagi, ada yang berada posisi netral yang bingung menetukan di mana, di lingkungan seperti apa ia akan hidup. Pada posisi ini seorag tersebut tidak bisa harus berada disitu pada waktu yang lama, ia haru s memilih salah satunya. Ibarat pohon, memilih di tempat yang gersang atau yang basah penuh gulma tersebut. Di tempat gersang, tidak tumbuh gulma. Karena umumnya tanaman gulma tidak tahan panas, ia cepat mati jika berada di tempat yan panas. Tantangan terberat jika di tanah gersang adalah bagaimana bisa bertahan hidup dengan ketersediaan air (sumber kehidupan) yang minim. Mungkin akar pohon itu menunjang, menukik kebawah sampai dalam untuk mencari air. Itu sebabnya pohon di tanah gersang akarnya kuat tertanam. Pohonnya tidak mudah dirobohkan sebab tanahnya juga keras. Jika dilihat pohon itu gagah walaupun tampak kering. Berbeda dengan pohon yang ada di tanah yang gembur berkecukupan air. Pohonnya hijau berair, subur tapi akarnya tidak dalam menukik tanah. Ia hanya membesar di bagian atasnya dan menjulur melebar. Di masa kecilnya, tantangannya adalah gulma (tanaman pengganggu). Pohon itu harus berperang merebutkan sumber air. Jika kalah, ia akan gagal menjadi pohon yang besar. Ketika ia berhasil tumbuh besar, tantangannya adalah angin. Semakin tinggi pohon tumbuh, semakin kencang angin yang menerjang. Karena tanah di bawah sangat gembur, ia rentan untuk roboh, karena akar tak kuat mencakram tanah yang mudah lebur.

           Setiap lingkungan dimana pohon tumbuh, disana sudah disiapkan berbagai macam keperluan yang dibutuhkan. Dan setiap pohon secara hukum alam akan otomatis mengikuti jalannya dimana ia tumbuh. Sayangnya ada perbedaan manusia dengan pohon. Yaitu pilihan. Manusia bisa memilh di mana ia akan tumbuh, bergonta-ganti, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan pohon tidak. Sayangnya kita diciptakan sedemikian istimewanya dengan piranti lengkap yang menempel pada tubuh kita. Tergantung kita memakainya atau tidak. 

Sayangnya pohon tidak dibekali akal pikiran untuk sampai memikirkan ke hal ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar