Rabu, 18 November 2020

1 Purnama di Jogja






Satu putaran penuh bulan Oktober kemarin aku berada di Jogja untuk “perjalanan dinas”. Awal bulan Oktober ada projek film yang syutingnya di Candi Ijo, Sleman, Yogyakarta. Kemudian lanjut mengerjakan desain untuk Taman Wisata Kaliurang yang akan direvitalisasi. Bulan sepuluh tahun ini cukup padat seperti tahun-tahun sebelumnya. Seperti tidak memberikan waktu untuk bernapas. In a good way, Semesta memberikan kejutan-kejutan. Aku menahan napas menyaksikannya dengan rasa takjub. Setiap momen sangat berharga untuk dilewatkan begitu saja.

Jogja jadi salah satu bagian episodenya yang epik. Aku dibawa ke dunia film. 

Berangkat dari Bandung, aku dikenalkan dengan Seniman muda berbakat, Dani Huda. Dia ceritanya sedang mengerjakan film pendek dan aku diajak untuk berkolaborasi sebagai storyboard artist di projek filmnya ini. Perkenalan kita berdua cukup spontan di Bandung. Aku merasa sudah kenal lama dengannya, karena aku melihat ada diriku dalam dirinya. Film pendek ini terinspirasi dari pengalaman hidupnya sendiri yang sangat relate dengan apa yang aku alami. Mungkin kita berdua berjodoh bertemu untuk manifestasi ide..

Singkat cerita aku ikut ke Jogja. Kami rombongan dengan crew film berangkat dengan mobil. Pengambilan gambar dilakukan selama 2 hari dari tanggal 3-4 Oktober dengan cukup intens. Dunia dibalik layar ini buatku sama sekali baru. Biasanya cuma nonton di depan layar, eh kini menyaksikan pemandangan bagaimana proses dibalik layar sebuah film. Salut dan apresiasiku untuk para sineas dimanapun berada!



Selesai syuting, aku lanjut ke tempat kawan untuk projek desain taman Kaliurang. Sedangkan kawan-kawan balik ke habitatnya masing-masing, sebagian asli Jogja, yang lain dari Bandung dan Jakarta.

Perjalanan baru dimulai. 1141. 

Buat orang-orang yang tahun 2020 ini awaken, mungkin melewati #semestaangka sepertiku. Melihat angka kembar di plat mobil, di jam dan dimana-mana.. setiap awal masuk ke realm atau perjalanan baru, aku mendapat konfirmasi angka 1141, 1411, atau 1441 dan destinasinya aku melihat 1111 atau 3333 atau 7777

Bicara semesta angka, kalau sampean menyadari angka-angka itu hidup dan mengusik perhatian..saya ucapkan selamat datang di dunia spirit.. dunia rasa kusebutnya. Semesta memberkati Anda. Dont worry, Everything gonna be alright.

Jogja menjadi bagian perjalanan rasa itu. 


Kota ini begitu spirituil. Ada semacam kerinduan yang tinggal sehabis mengunjungi Jogja. Barangkali itu yang membuat orang-orang tak pernah bosan kembali ke Jogja. Selama sebulan di Jogja, aku pergi ke Punthuk Setumbu, ke Malioboro, Berdikari Bookstore, dan Kaliurang, di bawah Kaki Gunung Merapi. Kawanku sempat bilang kalau Merapi menampakkan dirinya (anda melihat Merapi), artinya anda diterima. 


Tanggal 11/10 pukul 9.11

Di tengah perjalanan ke Taman Kaliurang, aku berhenti dari motor dan mengambil foto ini. Cantik luar biasa.. Merapi, Hamparan sawah, Nyiur Kelapa, dan semburat awan yang menari membentuk komposisi yang sureal.. Oh Tuhan Yang Maha  Mendesain! Speechless!



Aku datang, semoga kita bersua.

Aku rindu..


Selasa, 17 November 2020

Perjalanan untuk Mengingat


 Hi.. How was your day? I hope it’s was great..

Judul tulisan ini semestinya aku tulis seminggu yang lalu. Aku dapat dari kawan namanya Bia alias Nabila di Bandung. Oh ngomong-ngomong soal Bandung, tahun ini buatku penuh dengan keajaiban. Memutuskan tinggal di Bandung sejak bulan September adalah salah satu keputusan yang ajaib. Hehe.. ngga kepikiran sebelumnya bisa semulus dan secepat ini. Sebelumnya aku tinggal di Kota Malang, Jawa Timur.

Berawal dari bulan Maret-Mei aku residensi di Artemedia Bandung, Brand — perusahaan importir alat lukis terbesar di Indonesia— yang mendukung proses berkaryaku sebagai ilustrator. Tahun ini aku jadi Brand Ambassador Artemedia gitu ceritanya. Saat residensi di Artemedia, intuisiku mengatakan aku mesti tinggal di kota Bunga ini. Ngga ada alasan yang pasti. Kalau dicari alasannya, mungkin banyak sih hhe..

Dekat dengan Artemedia, lalu Kota ini ngga terlalu metropolitan seperti Jakarta, juga ngga terlalu jauh dari peradaban kreatif. Sebuah kota yang dipenuhi talenta, relevan untukku mengembangkan diri, membangun jaringan, dan alasan lain yang kalau ditulis jadi panjang. 

Tahun ini cukup krusial, karena aku sedang berada di fase usia menemukan purpose.. maka menjadi penting sebuah tempat dan lingkungan yang mendukung, dan Bandung menurutku adalah tempat yang pas. Gak kurang gak lebih. Pas.

Semesta menjawab kontan apa yang kubutuhkan. Aku dibawa ke Parongpong, sebuah wilayah dekat Lembang, setengah jam dari kota Bandung ke arah Gunung Tangkuban Perahu. Aku tinggal di rumah seorang seniman, napak gitu ceritanya. Sebuah rumah yang terlalu mewah kalau disebut kos-kosan. Ya, aku pernah bermimpi untuk tinggal & membangun rumah di daerah pegunungan yang dekat dengan alam. Ajaib aja ceritanya bisa kesini. 

Aku dikenalin ke seniman ini dari Kepala HRD Artemedia yang sekarang jadi kawan, saudara, kakak perempuanku. Aku pindah ke Bandung meninggalkan studio di Malang hanya bawa baju dan Buku Gambar. Aku ngga tahu Semesta mau ngajak kemana, tapi aku yakin perjalanan ke Barat ini mendekatkanku kepada purpose. Perjalanan ke Barat mencari kitab suci, eh ngga ding Wkwkwk .. maksudnya Perjalanan untuk mengingat. Mengingat apaan? Mengingat tujuan kenapa aku lahir di kehidupan ini. Wihh berat Cak....

Di sini, di Parongpong,  aku tinggal di Omah Kayu, sebuah rumah yang bangunannya terbuat dari kayu terletak di perbukitan yang asri. Rumahnya seperti sangkar burung, nyangkut di daerah ketinggian, udaranya bersih, airnya jernih. Sebuah tempat yang tenang untuk istirahat, belajar kehidupan dan menemukan inspirasi.

 What a life...Nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan? 

AlhamduliLOVE..

Rabu, 11 November 2020

Sabtu, 07 November 2020

Sabarudin

Hola..

Udah lama banget ngga ngasih makan blog ini. Hehe.. Bagaimana kabarmu? Semoga sehat seger waras ya..
Tahun 2020 rasanya cepat sekali dan sangat intens buatku. Apakah kamu merasakan juga? Perjalanan rasaku di tahun ini kayak roller coaster, naik turunnya ekstrem, sangat menguras energi mental, tenaga dan emosi.

Sekarang udah masuk November, artinya sisa dua bulan lagi masuk ke tahun 2021. Biasanya November dan Desember ritmenya melandai. Akhir tahun ini aku mau gunakan untuk refleksi pengalaman yang sudah aku lewati dan segera merampungkan apa-apa yang belum selesai. Karena pengalaman tanpa renungan agaknya seperti makan cuma dapet kenyang aja tanpa menikmati rasa makanannya. Mosok jadi manusia gitu...

Word of the year tahun ini kurasa adalah “sabarudin” alias belajar sabar. Dua tahun sebelumnya  jalanku cepat dan terkesan buru-buru seperti dunia hari ini yang berpacu dengan waktu. Rat race! Hingga jiwa sangat kelelahan dan sakit parah. 2020 menyadarkan, membangunkan jiwa yang tertidur karena dibajak kendali pikiran.

Ya, energi tahun ini besar banget, kalau mood sedih bisa ekstrem sedih begitupun rasa senang yang rasanya ekstrem. Angka dobel “20” udah cukup menggambarkan hal ini, semuanya serba dobel.. kayak indomie sekarang ada kemasan yang isinya dobel. Hehe..

Time to relax..