"Dapat tumbuh di tanah yang gersang lebih baik ketimbang
tumbuh di tanah yang subur banyak gulma."
Mungkin ungkapan itu cukup untuk
menggambarkan kondisi saya ddengan lingkungan saya. Sebuah keyakinan bahwa
lingkungan yang serba kekurangan menggembleng mental lebih baik daripada
keadaan yang serba berkecukupan. Bukan berarti
yang serba kecukupan itu adalah bukan tantangan bagi penggemblengan diri menuju
kematangan berpikir dan bersikap. Tapi, secara reflektif keadaan yang
kekurangan itu dapat memacu adrenalin untuk bisa survive di tengah keadaan yang
“gersang”. Ada dua kemungkinan yang bisa
terjadi. Pertama, dapat survive bahkan
melejit pada sebuah kemapanan, kemungkinan kedua yakni chaos ketika berhenti
dan menyerah pada keadaan.
Manusia ketika dihidupkan dari alam rahim seorang ibu tidak
bisa memilih ibu mana yang akan menjadi ibunya. Pun keluarga seperti apa yang
sampai mati ia akan tetap tumbuh dalam keluarga itu. Apakah keluarga kaya, atau
keluarga yang serba kekurangan (miskin). Ada juga manusia yang, saat dewasa
memilih lingkungannya sendiri. Dari yang kaya menjadi yang miskin, dari yang
miskin ingin jadi kaya. Dan seterusnya. Toh juga siklus hidup juga seperti roda
menggelinding. Kadang posisi kita diatas kadang ada di bawah. Tergantung kita
bagaimana menggelindingkan roda itu cepat atau perlahan.
Satu lagi, ada yang berada posisi netral yang bingung
menetukan di mana, di lingkungan seperti apa ia akan hidup. Pada posisi ini
seorag tersebut tidak bisa harus berada disitu pada waktu yang lama, ia haru s
memilih salah satunya. Ibarat pohon, memilih di tempat yang gersang atau yang
basah penuh gulma tersebut. Di tempat gersang, tidak tumbuh gulma. Karena umumnya
tanaman gulma tidak tahan panas, ia cepat mati jika berada di tempat yan panas.
Tantangan terberat jika di tanah gersang adalah bagaimana bisa bertahan hidup
dengan ketersediaan air (sumber kehidupan) yang minim. Mungkin akar pohon itu
menunjang, menukik kebawah sampai dalam untuk mencari air. Itu sebabnya pohon
di tanah gersang akarnya kuat tertanam. Pohonnya tidak mudah dirobohkan sebab
tanahnya juga keras. Jika dilihat pohon itu gagah walaupun tampak kering. Berbeda
dengan pohon yang ada di tanah yang gembur berkecukupan air. Pohonnya hijau
berair, subur tapi akarnya tidak dalam menukik tanah. Ia hanya membesar di
bagian atasnya dan menjulur melebar. Di masa kecilnya, tantangannya adalah
gulma (tanaman pengganggu). Pohon itu harus berperang merebutkan sumber air. Jika
kalah, ia akan gagal menjadi pohon yang besar. Ketika ia berhasil tumbuh besar,
tantangannya adalah angin. Semakin tinggi pohon tumbuh, semakin kencang angin
yang menerjang. Karena tanah di bawah sangat gembur, ia rentan untuk roboh,
karena akar tak kuat mencakram tanah yang mudah lebur.
Setiap lingkungan dimana pohon tumbuh, disana sudah
disiapkan berbagai macam keperluan yang dibutuhkan. Dan setiap pohon secara hukum
alam akan otomatis mengikuti jalannya dimana ia tumbuh. Sayangnya ada perbedaan
manusia dengan pohon. Yaitu pilihan. Manusia bisa memilh di mana ia akan
tumbuh, bergonta-ganti, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan
pohon tidak. Sayangnya kita diciptakan sedemikian istimewanya dengan piranti
lengkap yang menempel pada tubuh kita. Tergantung kita memakainya atau tidak.
Sayangnya
pohon tidak dibekali akal pikiran untuk sampai memikirkan ke hal ini.