2017
saya telah meninggalkan blog ini untuk lebih fokus ke gambar. Ternyata saya
keliru. Batin saya butuh makanan padahal dengan menulis saya bisa merasakan experience. Istilah ini merujuk pada pengertian bahwa “saya
mengalami hidup”. 2017 merupakan tahun dimana banyak orang baru masuk ke dalam
hidup saya, tetapi saya tidak menuliskannya. Padahal banyak perkembangan mental
yang saya alami sepanjang perjalanan 2017. 2018 ini saya pikir momen yang baik
untuk memulai dan meneruskan hal baik yang telah saya lakukan: ngeblog lagi.. hhe

Hari ini
saya telah kembali merasakan experience itu. Kembali meng-ada. Karena menulis adalah
berpikir dan dengan berpikir ke-manusia-an saya meng-ada (exist).
Cerita hari ini berada di
lereng Gunung Bromo. Beberapa
hari kemarin, tiba-tiba seorang kawan dari Lampung menghubungi saya mau datang
ke Malang. Dia ngajak ke Bromo. Singkat cerita,
kami berangkat ke Bromo bertiga (dengan seorang lagi kawan perempuan)naik motor
trail. Karena kondisi jalan macet efek pasca liburan tahun baru, kami
memutuskan untuk ngga pakai mobil. Kami berangkat via jalur nongkojajar senin
malam dan sampai di pintu masuk Bromo pukul 3 pagi. Alhamdulillah langit cerah,
semesta mendukung..
 |
Pemandangan Bromo dari Bukit King-Kong pukul 5.30 pagi |
Perjalanan
kami buat sangat fleksibel, tidak ada jadwal khusus soal waktu. Kami membiarkan
waktu mengalir sedemikian rupa. Kami pergi ke bukit king-kong untuk melihat
sunrise (penanjakan sedang direnovasi), ngopi di area bukit king-kong, lalu turun
ke pasir berbisik kadang berhenti untuk menikmati landscape Bromo dari atas
sekaligus mengambil beberapa foto. Di bawah kami main trail, yap.. yang cewek ini
ketagihan naik trail walaupun sudah
jatuh 2x.. hha dasar cewek setrong. Lalu
naik ke lereng Bromo.
Waktu
saya rasa berjalan sangat lambat hari ini. Menikmati. Saya juga sempat
mengabadikan landscape Bromo dengan sketsa. Di atas lereng Bromo, saya membuat
sketsa pemandangan di bawah. Tapi, ternyata alam berkata lain. Sepertinya ia
tidak mengizinkannya. Saya harus berhenti dan hanya menikmati: tinta pen saya habis
di tengah sketching yang belum rampung. Waktu berlalu lamban sekali, saya sesekali
memeriksa jam tangan hari ini, tetapi selalu diluar ekspektasi.. saya hanya
harus diam dan menikmati.
 |
sketsa yang belum rampung |
Selanjutnya,
setelah kami rasa puas di atas kami melanjutkan ke bukit teletabis. “Semesta mendukung”
kataku dalam hati. Padang teletabis sedang bagus-bagusnya setelah diguyur
hujan. Semua nampak hijau sempurna. Baterai
kamera kami telah habis, saya hanya sedikit mengabadikannya lewat kamera
DSLR dengan beberapa filter. Kemudian ngobrol
sambil tiduran (langit sedang sejuk berawan) dan kadang ada yang ketiduran
karena lelah. Menikmati.
Kemudian
kami pulang lewat jalur Tumpang. Jalannya sudah bagus beraspal. Dulu pertama
saya kesini 2013 masih terjal banyak batu-batu besar dan lubang. Sekarang sudah
nyaman untuk dilalui sehingga juga menghemat waktu tempuh.
Saat saya
keluar dari kawasan Bromo, tiba-tiba ban belakang motor saya bocor. Saya
kemudian mencari bengkel di area
desa terdekat menaiki motor dengan posisi duduk di atas tangki motor. Cukup
ekstrem karena saya masih harus melewati jalan naik-turun dan kadang melewati area samping kanan-kirinya adalah
jurang. Harus sangat hati-hati. Saya memutuskan untuk tetap menaikinya karena
jika berjalan masih terlalu jauh untuk sampai ke desa. Dan alhamdulillah di
desa terdekat saya menemukan bengkel. Ternyata tambalan ban dalam mengelupas,
mungkin karena terlalu panas seharian berjalan. Kemudian saya ganti dengan ban
yang baru. Kami melanjutkan perjalanan pulang pukul 1 siang, lalu mampir di rumah Pak Rendi di
Tumpang. Pak Rendi adalah tempat yang pas untuk kami singgah sebentar untuk
melepas lelah. Kami mandi dan makan disana sambil menunggu hujan reda. Saya sering
main kesini bersama kawan” kalau sedang naik Semeru atau Bromo atau camping
saat kuliah dulu.. jadi selalu merasa kurang kalau ke Bromo tidak mampir kesini hhe..
Pak
rendi punya persewaan Jeep juga yang melayani perjalanan wisata Bromo-Semeru. Orangnya
ramah, baik banget. Inspiratif. Keren lah pokoknya. Jadi berasa di rumah
sendiri kalau berada di rumahnya. Kapan-kapan saya fotoin orangnya hhe..
Hujan
ngga kunjung reda.. mungkin saya harus menikmati (lagi).. makan makanan rumah
dengan suasana hujan, kelaparan, kecape’an.
Tempe, telur, sambal tomat, kuah santan. Menikmati.
Kemudian setelah hujan
sedikit reda kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Ternyata di perjalanan hujan
tambah deras.. kami tetap meneruskan perjalanan pulang karena kalau berhenti, kami tahu akan
kemalaman di jalan. Sedangkan kawan perempuan yang tadi, malamnya udah harus dinas
lagi di salah satu rumah sakit di Malang. Waktu berlalu dengan cepat (lagi)
Saya menikmati..