Minggu, 14 Januari 2018

Perspektif

Saya sering, sangat sering malahan.. dikira anak seni, atau anak desain (maksudnya kuliah di jurusan itu) yang faktanya perspektif atau pandangan kebanyakan orang itu SALAH. Hhe.. saya sering tertawa dalam hati saja kalau ada yang bilang begitu.

Mereka yang berkenalan dengan saya secara langsung biasanya ketawa atau kaget kalau saya bilang saya bukan anak seni rupa. Manusia mempersepsi berdasarkan apa yang ia lihat. Dan sayangnya, otak seringkali tertipu oleh apa yang diindera mata.
Makanya semakin kesini saya semakin enggan bercerita soal latar pendidikan saya.. Toh orang hanya ingin mendengar apa yang mereka ingin dengar. Melihat apa yang hanya ingin mereka lihat! Masnya anak SMSR ya? Kuliah di ISI ya? Jurusan Design ya? Asalnya mana?
Ah.. benar juga ungkapan "orang lain adalah masalah" semakin banyak orang yang masuk ke kehidupan kita, semakin banyak masalah kita. Bagi saya lingkaran yang kecil dan berkualitas akhirnya menjadi sangat ideal di zaman yang serba "terhubung" saat ini.
Semua ke-popular-an adalah kesalahan! (terkecuali pada beberapa kasus) *Bisadapatbarangendorsecumacuma atau *bisapostinggambardandibayar
Hhi..

Dont judge by it's cover..

Sebentar.. saya pikir-pikir lagi ..mungkin saja mereka benar, saya yang salah. SALAH jurusan! Hihihi..

Rabu, 10 Januari 2018

Nasihat

Saya tidak menyukai orang dengan banyak omong. Omong kosong.
Nasihat tidak melulu harus diasampaikan dengan oral kan? kalau hanya dengan lidah, tidak adil sekali Tuhan itu, atau ia Bukan Tuhan yang menciptakan dunia ini karena sifatNya (Tuhan) adalah maha adil. Dunia ini masih ada orang bisu!
Beberapa bulan terakhir ini saya tinggal dengan orang yang banyak omong. Maksud saya, saya adalah orang yang antusias dengan siapa pun perihal obrolan. Ketika obrolan yang penuh nasihat, kemudian berubah menjadi dibuat-buat, itulah saat saya harus berhenti bicara. Karena sudah menjadi omong kosong.
ya, saya mahfum dengan kecenderungan manusia untuk selalu ingin posisi yang didengarkan, sehingga benar nasihat Tuhan: menciptakan 2 telinga dan 1 mulut untuk manusia, agar lebih banyak mendengarkan daripada bicara.
Karena saya tidak menyukai orang dengan banyak omong, saya berusaha untuk belajar sedikit bicara dan belajar lebih banyak mendengar.
Dunia sudah terlalu gaduh dengan omong kosong, Bung.

Gimana ya cara ngadepin orang yang banyak omong (kosong)?

Minggu, 07 Januari 2018

Memukul Waktu

Demi masa depan industri kreatif Indonesia..

       ..at Kopi Letek Malang

menghabiskan seminggu terakhir untuk menyelesaikan naskah buku. Entah mungkin ini mimpi saya di tahun-tahun sebelumnya sekarang menghampiri. Bekerja di mana saja (termasuk cafe), menulis buku ah.. yang saya pikirkan beberapa tahun kemarin sekarang mulai menjadi kenyataan satu per satu. Law of attraction!
Dan mimpi-mimpi itu sekarang yang membangunkan saya setiap pagi dan malam. Saya harus bekerja lebih keras, memukul waktu!

Senang.. sekaligus bergetar. Apakah saya bisa menyelesaikan dengan baik apa yang sudah saya mulai?
Bismillah..
*lanjut nulis lagi

Jumat, 05 Januari 2018

Kopi Talua

Mas Wahyu, Barista Braden Coffee lagi bikin kopi Talua di Acara Ngopi Bareng MenKeu Ibu sri Mulyani Indrawati

Kamis, 04 Januari 2018

Sri Mulyani

Hari ini semesta mendukung.

Acara live drawing bareng bu menteri berjalan sesuai harapan. Sebenarnya di luar ekspektasi di awal tahun ini mendapat kesempatan berharga dapat bertemu dengan "orang penting" sekelas Bu Sri Mulyani. Maklum, beliau termasuk sosok yang menginspirasi banyak pemuda di Indonesia karena kiprahnya sebagai Menteri Keuangan dan prestasinya di bidang ekonomi turut memberi sumbangsih nyata bagi Indonesia. Begitu juga, karena saya tidak jauh dari dunia beliau "perpajakan" jadi saya punya keterikatan emosional yang baik dengan beliau.

Bu Sri Mulyani datang pukul 6 sore di kantor DJBC Jatim II dan langsung menuju ruangan yang telah disiapkan. Saya live menggambar portrait beliau saat acara makan malam dimulai. Yang berkesan buat saya hari ini adalah saya diberi kesempatan untuk mengenalkan seni scribble ini kepada beliau. Beliau saya minta untuk menggambar duluan di kertas kosong yang telah saya siapkan. coretannya tegas, penuh keyakinan. Itu terlihat dari goresan beliau. padahal saya berikan pen yang tipis.. hhe
sekitar 2 jam saya selesai membuat portrait scribble Bu Sri Mulyani. Kemudian dilanjutkan dengan sesi serah terima dari kepala DJBC Jatim II. Saya juga mendapat kesempatan menyerahkannya secara langsung ke Bu Sri.. dan sedikit berpose di depan kamera. Hhe..

      "Pinter kamu ya.. bagus" puji beliau.
      "Terima kasih Bu" balas saya sambil melempar senyum.
      "Terima kasih.. sukses ya" pungkas Ibunya..

Khoirul Anwar bersama Ibu Sri Mulyani Indrawati  (2018)


Tantangan awal tahun diterima! menggambar secara live..
mendapat pengalaman menggambar dengan bu Sri Mulyani..Ya, semua ini digerakkan. Bukan soal urusan jantung atau kelopak mata saja yang digerakkan. Kehidupan saya yang lain sejatinya adalah digerakkan. Oleh energi tak kasat mata yang akal manusia siapa pun tak akan mampu menjangkaunya. Tak perlu ada yang harus dibanggakan berlebih. Siapa yang tau hari esok?

Mungkin ini efek saya mengistirahatkan keinginan. Tuhan selalu tau yang terbaik bagi jiwa ini agar berbahagia.

Berbahagialah, berbahagialah!




Rabu, 03 Januari 2018

Bu Sri

Waktu bergerak cepat (lagi).

Pagi tadi ada meeting bersama Bea Cukai untuk acara privat besok, Kamis (4/1) di lingkungan Bea Cukai Malang. Saya mendapat kehormatan diundang untuk menggambar portrait Bu Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan RI) secara live di acara tersebut. Saya kira ini kesempatan yang baik di awal tahun 2018: bertemu Ibu Sri Mulyani.

Saya harus menyiapkan segala sesuatunya malam ini..Kopi! mana Kopi! hhi

Semoga acara besok berjalan lancar. Amin

Selasa, 02 Januari 2018

Menikmati


2017 saya telah meninggalkan blog ini untuk lebih fokus ke gambar. Ternyata saya keliru. Batin saya butuh makanan padahal dengan menulis saya bisa merasakan experience.  Istilah ini merujuk pada pengertian bahwa “saya mengalami hidup”. 2017 merupakan tahun dimana banyak orang baru masuk ke dalam hidup saya, tetapi saya tidak menuliskannya. Padahal banyak perkembangan mental yang saya alami sepanjang perjalanan 2017. 2018 ini saya pikir momen yang baik untuk memulai dan meneruskan hal baik yang telah saya lakukan: ngeblog lagi.. hhe


Hari ini saya telah kembali merasakan experience  itu. Kembali meng-ada. Karena menulis adalah berpikir dan dengan berpikir ke-manusia-an saya meng-ada (exist).

Cerita hari ini berada di lereng  Gunung Bromo. Beberapa hari kemarin, tiba-tiba seorang kawan dari Lampung menghubungi saya mau datang ke Malang. Dia ngajak ke Bromo.  Singkat cerita, kami berangkat ke Bromo bertiga (dengan seorang lagi kawan perempuan)naik motor trail. Karena kondisi jalan macet efek pasca liburan tahun baru, kami memutuskan untuk ngga pakai mobil. Kami berangkat via jalur nongkojajar senin malam dan sampai di pintu masuk Bromo pukul 3 pagi. Alhamdulillah langit cerah, semesta mendukung..


Pemandangan Bromo dari Bukit King-Kong pukul 5.30 pagi
Perjalanan kami buat sangat fleksibel, tidak ada jadwal khusus soal waktu. Kami membiarkan waktu mengalir sedemikian rupa. Kami pergi ke bukit king-kong untuk melihat sunrise (penanjakan sedang direnovasi), ngopi di area bukit king-kong, lalu turun ke pasir berbisik kadang berhenti untuk menikmati landscape Bromo dari atas sekaligus mengambil beberapa foto. Di bawah kami main trail, yap.. yang cewek ini ketagihan naik trail walaupun sudah jatuh 2x.. hha dasar cewek setrong. Lalu naik ke lereng Bromo.
Waktu saya rasa berjalan sangat lambat hari ini. Menikmati. Saya juga sempat mengabadikan landscape Bromo dengan sketsa. Di atas lereng Bromo, saya membuat sketsa pemandangan di bawah. Tapi, ternyata alam berkata lain. Sepertinya ia tidak mengizinkannya. Saya harus berhenti dan hanya menikmati: tinta pen saya habis di tengah sketching yang belum rampung. Waktu berlalu lamban sekali, saya sesekali memeriksa jam tangan hari ini, tetapi selalu diluar ekspektasi.. saya hanya harus diam dan menikmati.


sketsa yang belum rampung

Selanjutnya, setelah kami rasa puas di atas kami melanjutkan ke bukit teletabis. “Semesta mendukung” kataku dalam hati. Padang teletabis sedang bagus-bagusnya setelah diguyur hujan.  Semua nampak hijau sempurna. Baterai kamera kami telah habis, saya hanya sedikit mengabadikannya lewat kamera DSLR  dengan beberapa filter. Kemudian ngobrol sambil tiduran (langit sedang sejuk berawan) dan kadang ada yang ketiduran karena lelah. Menikmati.


Kemudian kami pulang lewat jalur Tumpang. Jalannya sudah bagus beraspal. Dulu pertama saya kesini 2013 masih terjal banyak batu-batu besar dan lubang. Sekarang sudah nyaman untuk dilalui sehingga juga menghemat waktu tempuh.
Saat saya keluar dari kawasan Bromo, tiba-tiba ban belakang motor saya bocor. Saya kemudian mencari bengkel di  area desa terdekat menaiki motor dengan posisi duduk di atas tangki motor. Cukup ekstrem karena saya masih harus melewati jalan naik-turun dan kadang  melewati area samping kanan-kirinya adalah jurang. Harus sangat hati-hati. Saya memutuskan untuk tetap menaikinya karena jika berjalan masih terlalu jauh untuk sampai ke desa. Dan alhamdulillah di desa terdekat saya menemukan bengkel. Ternyata tambalan ban dalam mengelupas, mungkin karena terlalu panas seharian berjalan. Kemudian saya ganti dengan ban yang baru. Kami melanjutkan perjalanan pulang pukul  1 siang, lalu mampir di rumah Pak Rendi di Tumpang. Pak Rendi adalah tempat yang pas untuk kami singgah sebentar untuk melepas lelah. Kami mandi dan makan disana sambil menunggu hujan reda. Saya sering main kesini bersama kawan” kalau sedang naik Semeru atau Bromo atau camping saat kuliah dulu.. jadi selalu merasa kurang kalau ke Bromo tidak mampir kesini hhe..
Pak rendi punya persewaan Jeep juga yang melayani perjalanan wisata Bromo-Semeru. Orangnya ramah, baik banget. Inspiratif. Keren lah pokoknya. Jadi berasa di rumah sendiri kalau berada di rumahnya. Kapan-kapan saya fotoin orangnya hhe..
Hujan ngga kunjung reda.. mungkin saya harus menikmati (lagi).. makan makanan rumah dengan suasana hujan, kelaparan, kecape’an.  Tempe, telur, sambal tomat, kuah santan. Menikmati.

Kemudian setelah hujan sedikit reda kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Ternyata di perjalanan hujan tambah deras.. kami tetap meneruskan perjalanan pulang karena kalau berhenti, kami tahu akan kemalaman di jalan. Sedangkan kawan perempuan yang tadi, malamnya udah harus dinas lagi di salah satu rumah sakit di Malang. Waktu berlalu dengan cepat (lagi)
Saya menikmati..







Senin, 01 Januari 2018

Nasi Uduk

Selamat pagi Malang yang sedang sejuk bau hujan..

1 Januari.. saya hanya ingin mengistirahatkan keinginan-keinginan dari nafsu kehewanan saya yang tak pernah terpuaskan. Lalu berusaha lebih banyak bersyukur..
Tidak ada selebrasi akhir tahun..cukup disyukuri dalam hati. sebab 2017 bukan hal menyenangkan saja terjadi, beberapa ruang waktu terisi oleh kabar orang-orang terdekat saya yang lebih dulu pergi. Nenek dan kakek. Ya, toh memang hidup ini perihal datang-pergi.."jika senang jangan terlalu, jika sedih jangan terlalu.." kata Banda Neira.

Mengunyah lebih lama nasi uduk jakarta pagi ini adalah hal yang sah untuk saya syukuri.
Selamat tahun baru Masehi :)