Selasa, 02 Januari 2018

Menikmati


2017 saya telah meninggalkan blog ini untuk lebih fokus ke gambar. Ternyata saya keliru. Batin saya butuh makanan padahal dengan menulis saya bisa merasakan experience.  Istilah ini merujuk pada pengertian bahwa “saya mengalami hidup”. 2017 merupakan tahun dimana banyak orang baru masuk ke dalam hidup saya, tetapi saya tidak menuliskannya. Padahal banyak perkembangan mental yang saya alami sepanjang perjalanan 2017. 2018 ini saya pikir momen yang baik untuk memulai dan meneruskan hal baik yang telah saya lakukan: ngeblog lagi.. hhe


Hari ini saya telah kembali merasakan experience  itu. Kembali meng-ada. Karena menulis adalah berpikir dan dengan berpikir ke-manusia-an saya meng-ada (exist).

Cerita hari ini berada di lereng  Gunung Bromo. Beberapa hari kemarin, tiba-tiba seorang kawan dari Lampung menghubungi saya mau datang ke Malang. Dia ngajak ke Bromo.  Singkat cerita, kami berangkat ke Bromo bertiga (dengan seorang lagi kawan perempuan)naik motor trail. Karena kondisi jalan macet efek pasca liburan tahun baru, kami memutuskan untuk ngga pakai mobil. Kami berangkat via jalur nongkojajar senin malam dan sampai di pintu masuk Bromo pukul 3 pagi. Alhamdulillah langit cerah, semesta mendukung..


Pemandangan Bromo dari Bukit King-Kong pukul 5.30 pagi
Perjalanan kami buat sangat fleksibel, tidak ada jadwal khusus soal waktu. Kami membiarkan waktu mengalir sedemikian rupa. Kami pergi ke bukit king-kong untuk melihat sunrise (penanjakan sedang direnovasi), ngopi di area bukit king-kong, lalu turun ke pasir berbisik kadang berhenti untuk menikmati landscape Bromo dari atas sekaligus mengambil beberapa foto. Di bawah kami main trail, yap.. yang cewek ini ketagihan naik trail walaupun sudah jatuh 2x.. hha dasar cewek setrong. Lalu naik ke lereng Bromo.
Waktu saya rasa berjalan sangat lambat hari ini. Menikmati. Saya juga sempat mengabadikan landscape Bromo dengan sketsa. Di atas lereng Bromo, saya membuat sketsa pemandangan di bawah. Tapi, ternyata alam berkata lain. Sepertinya ia tidak mengizinkannya. Saya harus berhenti dan hanya menikmati: tinta pen saya habis di tengah sketching yang belum rampung. Waktu berlalu lamban sekali, saya sesekali memeriksa jam tangan hari ini, tetapi selalu diluar ekspektasi.. saya hanya harus diam dan menikmati.


sketsa yang belum rampung

Selanjutnya, setelah kami rasa puas di atas kami melanjutkan ke bukit teletabis. “Semesta mendukung” kataku dalam hati. Padang teletabis sedang bagus-bagusnya setelah diguyur hujan.  Semua nampak hijau sempurna. Baterai kamera kami telah habis, saya hanya sedikit mengabadikannya lewat kamera DSLR  dengan beberapa filter. Kemudian ngobrol sambil tiduran (langit sedang sejuk berawan) dan kadang ada yang ketiduran karena lelah. Menikmati.


Kemudian kami pulang lewat jalur Tumpang. Jalannya sudah bagus beraspal. Dulu pertama saya kesini 2013 masih terjal banyak batu-batu besar dan lubang. Sekarang sudah nyaman untuk dilalui sehingga juga menghemat waktu tempuh.
Saat saya keluar dari kawasan Bromo, tiba-tiba ban belakang motor saya bocor. Saya kemudian mencari bengkel di  area desa terdekat menaiki motor dengan posisi duduk di atas tangki motor. Cukup ekstrem karena saya masih harus melewati jalan naik-turun dan kadang  melewati area samping kanan-kirinya adalah jurang. Harus sangat hati-hati. Saya memutuskan untuk tetap menaikinya karena jika berjalan masih terlalu jauh untuk sampai ke desa. Dan alhamdulillah di desa terdekat saya menemukan bengkel. Ternyata tambalan ban dalam mengelupas, mungkin karena terlalu panas seharian berjalan. Kemudian saya ganti dengan ban yang baru. Kami melanjutkan perjalanan pulang pukul  1 siang, lalu mampir di rumah Pak Rendi di Tumpang. Pak Rendi adalah tempat yang pas untuk kami singgah sebentar untuk melepas lelah. Kami mandi dan makan disana sambil menunggu hujan reda. Saya sering main kesini bersama kawan” kalau sedang naik Semeru atau Bromo atau camping saat kuliah dulu.. jadi selalu merasa kurang kalau ke Bromo tidak mampir kesini hhe..
Pak rendi punya persewaan Jeep juga yang melayani perjalanan wisata Bromo-Semeru. Orangnya ramah, baik banget. Inspiratif. Keren lah pokoknya. Jadi berasa di rumah sendiri kalau berada di rumahnya. Kapan-kapan saya fotoin orangnya hhe..
Hujan ngga kunjung reda.. mungkin saya harus menikmati (lagi).. makan makanan rumah dengan suasana hujan, kelaparan, kecape’an.  Tempe, telur, sambal tomat, kuah santan. Menikmati.

Kemudian setelah hujan sedikit reda kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Ternyata di perjalanan hujan tambah deras.. kami tetap meneruskan perjalanan pulang karena kalau berhenti, kami tahu akan kemalaman di jalan. Sedangkan kawan perempuan yang tadi, malamnya udah harus dinas lagi di salah satu rumah sakit di Malang. Waktu berlalu dengan cepat (lagi)
Saya menikmati..







Tidak ada komentar:

Posting Komentar