Jumat, 02 Februari 2018

Mosaik

Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan. tugas manusia sebagai individu di muka bumi ini saya kira adalah menyusun mosaik bagian-bagian yang saling berpasangan itu menjadi satu-kesatuan utuh. sebuah analogi yang absurd memang, tapi kehidupan bekerja dalam analogi mosaik itu sangat masuk akal. bayangkan, kita terlahir tak mengerti apa-apa lalu setelah dewasa kita mulai memahami kehidupan. kita memilih jalan hidup kita sendiri. kita membangun koloni; bertemu dengan orang baru dan berkenalan, memilih ini dan itu dan tidak memlih ini dan itu. kita menyusun sendiri bagian-bagian kecil mosaik hidup kita setiap hari melalui pengalaman.
kita akan selalu menemukan sesuatu yang pas dengan diri kita. alih-alih yang sebenarnya terjadi adalah kita beradaptasi menyesuaikan diri dengan keadaan, maka tersusunlah bagian-bagian mosaik itu dengan harmonis.

Postingan ini mungkin sedikit melankolis dibanding seluruh postingan sebelumnya. mungkin karena sudah merupakan hal yang natural terjadi pada saya; remaja yang mulai masuk usia dewasa. atau mungkin ini pengaruh hormon tertentu dalam tubuh saya yang mempengaruhi fokus saya kepada perihal mosaik yang satu ini; pasangan lawan jenis. Ternyata Tuhan telah memikirkan jauh-jauh soal hormon ini, sehingga kecenderungan manusia ketika usia baligh secara otomatis menimbulkan aksi untuk segera mencari pasangan hidup. ya, agar spesies sapien terus lestari sampai hari kiamat tiba.

Kalau sedang berada di rumah, orang tua guyonannya selalu menanyakan perihal pasangan. apalagi kerabat, hhe.. dan ketika mereka menanyakan hal itu, saya tidak merasa punya keresahan. tidak merisaukan atau ngga panas telinga istilahnya. Ngga tau juga kenapa.
mungkin karena saya punya gambaran mosaik kehidupan saya sendiri. kapan waktunya ini dan itu kapan menyusun mosaik ini dan itu. secara tidak langsung gambaran akhir lukisan mosaik saya muncul dalam benak melalui pengalaman dan pengetahuan, termasuk dengan memilih pasangan.

Seminggu yang lalu saya bertemu dengan seorang lelaki paruh baya secara tidak sengaja di jalan. siang itu hujan deras, saya berteduh di depan minimarket terdekat karena saya kelupaan bawa mantel. akhirnya duduk di depan minimarket bersebelahan dengan bapak yang belum sempat saya tanyai namanya itu. singkat cerita saya membuka obrolan, beliau rupanya orang yang cukup berwawasan dan punya banyak pengalaman karena pembicaraannya nyambung. tidak tahu kenapa obrolan masuk ke tema ini, beliau bercerita kisah wanita yang saat ini menjadi pasangan hidupnya. ia bercerita pertama kali jatuh hati pada istrinya yang menurutnya sangat mengagumkan. lalu tiba-tiba di akhir ceritanya beliau bilang "samean sepertinya juga seperti saya." maksud dari kata-katanya adalah perihal memilih wanita. lelaki yang baik akan bersama wanita yang baik, begitu sebaliknya. kamu akan mendapatkan pasangan yang sesuai dengan karaktermu.. mungkin itu yang ia mau bilang. saya sontak terngiang dengan kata-katanya itu..

Saya jadi berpikir, mungkin ini petunjuk permainan mosaik hidup saya. waktunya untuk meluangkan fokus untuk memerhatikan bagian mosaik yang belum saya sentuh lagi. polanya saling terangkai satu-persatu. mulai dari keluarga, lingkaran pertemanan, lalu bertemu dengan bapak itu, tapi selanjutnya saya belum tau. mosaik masih berserakan, mungkin yang perlu saya lakukan sekarang lebih hati-hati menyusun mosaiknya, lebih perlahan dan fokus. mencoba merangkai bagian demi bagian yang saling klop.
satu hal yang pasti yang saya harus saya percaya, bagian mosaik dalam permainan saya tidak akan tertukar di permainan mosaik orang lain.

Saya hanya perlu menemukan bagian itu di waktu yang pas.. kalau sekarang belum ketemu, mungkin masih ada tabir yang menutupi pengelihatan saya. saya harus membersihkan pengelihatan saya. segera!
Sungguh hidup ini seperti merangkai puzzle..

Note: ditulis di note tablet (jadi penulisannya kebanyakan ngga ada huruf kapital)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar