"Nanduro sing apik-apik.." Bapak menasihati di suatu malam.
Empat kata yang selalu saya bawa kemana-mana dalam laku saya. Nasihat dari penasihat pribadi saya yang kebetulan juga merangkap sebagai bapak kandung. Sangat luas dan penuh makna nasihat itu bagi saya. Dalam terjemahan bahasa indonesia arti kalimat itu adalah "menanamlah yang baik-baik". maksudnya dalam hal apapun kita hendaknya berbuat, beramal dalam hal kebaikan dengan tulus. Bagi beliau (bapak saya) dunia ini berjalan dengan hukum karma. Setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan dan begitu pula sebaliknya. Siapa yang menanam kebaikan akan menuai kebaikan pula.
Seperti logika investasi, menanam kebaikan disini bagi beliau adalah berinvestasi kebaikan dalam urusan jangka panjang. Sebab hasil yang diharapkan itu tidak serta-merta datang dalam waktu singkat. Misalnya, menolong orang lain yang kelaparan. Balasan kebaikan mungkin bisa dalam bentuk apa saja bentuknya dan bisa jadi secara tidak langsung datang kepada yang menolong. Bisa jadi manfaat kebaikannya datang kepada anak dari si penolong. Yang menanam si Ayah, yang mendapat manfaat anaknya. Seperti logika menanam pohon yang berbuah lebat, butuh waktu yang tidak sebentar, terkadang yang menanam tidak mendapat prestasi secara langsung apa yang ia tanam.
Barangkali kehidupan saya juga begitu. Apa yang saya jalani dan saya capai saat ini tidak jauh dari apa yang telah ditanam oleh bapak saya. Kemudahan-kemudahan yang saya dapat bisa jadi adalah buah dari perbuatan bapak saya mempermudah urusan orang lain. Kecenderungan saya tidak ingin mencuri barangkali adalah buah dari penjagaan perbuatan bapak saya ketika dulu sampai sekarang. DNA!. Kode genetik manusia yang saya tau bisa diturunkan. Setiap perbuatan manusia terekam dalam kode-kode rumit di dalam kromosom pembentuk unsur manusia. Kode-kode itu diterjemahkan lagi ke dalam perbuatan, dan perbuatan akan direkam kembali begitu seterusnya sehingga kecenderungan perbuatan apapun memiliki dalil atau alasan dibelakangnya. Faktor genetik adalah salah satu variabelnya.
Mungkin itu juga alasan mengapa sampai ada pepatah yang mengatakan, "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" hhe..
Bapak saya.. Ah..yang saya tahu, beliau adalah orang yang sangat menjaga perbuatannya. Manusia yang purna. Ya, walaupun tingkat pendidikannya rendah, saya kira beliau bisa disandingkan dengan para intelektual kalau perihal kehidupan. Nasihatnya selalu tajam kepada saya. Membuat yang mendengarnya akan berpikir ulang tentang tafsirnya.
Semoga sehat selalu pak!.. terima kasih sudah menanam kebaikan--saya bersyukur atas ini.
Empat kata yang selalu saya bawa kemana-mana dalam laku saya. Nasihat dari penasihat pribadi saya yang kebetulan juga merangkap sebagai bapak kandung. Sangat luas dan penuh makna nasihat itu bagi saya. Dalam terjemahan bahasa indonesia arti kalimat itu adalah "menanamlah yang baik-baik". maksudnya dalam hal apapun kita hendaknya berbuat, beramal dalam hal kebaikan dengan tulus. Bagi beliau (bapak saya) dunia ini berjalan dengan hukum karma. Setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan dan begitu pula sebaliknya. Siapa yang menanam kebaikan akan menuai kebaikan pula.
Seperti logika investasi, menanam kebaikan disini bagi beliau adalah berinvestasi kebaikan dalam urusan jangka panjang. Sebab hasil yang diharapkan itu tidak serta-merta datang dalam waktu singkat. Misalnya, menolong orang lain yang kelaparan. Balasan kebaikan mungkin bisa dalam bentuk apa saja bentuknya dan bisa jadi secara tidak langsung datang kepada yang menolong. Bisa jadi manfaat kebaikannya datang kepada anak dari si penolong. Yang menanam si Ayah, yang mendapat manfaat anaknya. Seperti logika menanam pohon yang berbuah lebat, butuh waktu yang tidak sebentar, terkadang yang menanam tidak mendapat prestasi secara langsung apa yang ia tanam.
Barangkali kehidupan saya juga begitu. Apa yang saya jalani dan saya capai saat ini tidak jauh dari apa yang telah ditanam oleh bapak saya. Kemudahan-kemudahan yang saya dapat bisa jadi adalah buah dari perbuatan bapak saya mempermudah urusan orang lain. Kecenderungan saya tidak ingin mencuri barangkali adalah buah dari penjagaan perbuatan bapak saya ketika dulu sampai sekarang. DNA!. Kode genetik manusia yang saya tau bisa diturunkan. Setiap perbuatan manusia terekam dalam kode-kode rumit di dalam kromosom pembentuk unsur manusia. Kode-kode itu diterjemahkan lagi ke dalam perbuatan, dan perbuatan akan direkam kembali begitu seterusnya sehingga kecenderungan perbuatan apapun memiliki dalil atau alasan dibelakangnya. Faktor genetik adalah salah satu variabelnya.
Mungkin itu juga alasan mengapa sampai ada pepatah yang mengatakan, "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" hhe..
Bapak saya.. Ah..yang saya tahu, beliau adalah orang yang sangat menjaga perbuatannya. Manusia yang purna. Ya, walaupun tingkat pendidikannya rendah, saya kira beliau bisa disandingkan dengan para intelektual kalau perihal kehidupan. Nasihatnya selalu tajam kepada saya. Membuat yang mendengarnya akan berpikir ulang tentang tafsirnya.
Semoga sehat selalu pak!.. terima kasih sudah menanam kebaikan--saya bersyukur atas ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar