Senin, 30 Desember 2013

Dunia ini hanya bayangan, hakikat dibalik materi

Kutipan dari http://www.harunyahya.com (rahasia dibalik materi)

Sejak kelahirannya manusia sudah dibiasakan melihat wujud dunia ini sebagai bentuk materi yang absolut. Sehingga ia tumbuh dewasa dalam pengaruh pengkondisian ini, dan menjalani seluruh hidupnya dalam cara pandang ini. Akan tetapi penemuan teknologi modern menemukan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan anggapan umum. Semua informasi yang kita punyai tentang dunia luar bersumber hanya dari panca indera yang kita miliki.
Dunia yang kita pahami terdiri atas :
Apa yang dilihat oleh Mata,
Didengar oleh Telinga,
Dicium oleh Hidung,
Dirasakan oleh Lidah dan
Disentuh oleh Tangan kita.
Manusia bergantung hanya kepada lima indera itu semenjak lahir, …
Itulah mengapa, ia hanya mengetahui dunia luar hanya sebatas yang diberikan melalui panca indera ini.
TETAPI
Penelitian ilmiah tentang indera kita, telah mengungkapkan kenyataan yang sangat berbeda tentang apa yang kita sebut dengan dunia luar, dan kenyataan ini telah membongkar sebuah rahasia sangat penting akan hakikat materi yang menyusun dunia luar tersebut. Pemikir abad ini Frederick Kester menjelaskan pencapaian ilmu pengetahuan pada bidang ini.
Pernyataan sejumlah ilmuwan bahwa manusia adalah gambar, segala yang dirasakan bersifat sementara dan tipuan, dan alam semesta hanyalah sebuah bayangan, tampak dibuktikan oleh ilmu pengetahuan di jaman kita sekarang.
Agar lebih memahami rahasia dibalik materi ini, marilah kita pahami kembali indera pengelihatan, yang memberi kita informasi paling banyak tentang dunia luar.
Bagaimana Kita dapat Melihat ?
Proses melihat terjadi secara bertahap, pada saat melihat, kumpulan cahaya yang disebut FOTON bergerak dari benda menuju mata. Dan menembus lensa dimana FOTON ini dibelokkan dan difokuskan menuju ke retina yang terletak dibelakang mata. Disini cahaya dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan kemudian diteruskan oleh sel-sel saraf ke pusat pengelihatan dibagian belakang otak. Proses melihat sesungguhnya terjadi di pusat tersebut yang berada di otak.
Segala pemandangan yang kita lihat dan rasakan, semua peristiwa yang kita alami sebenarnya kita rasakan di tempat yang kecil dan gelap dibelakang otak ini yang hanya berukuran beberapa cm3.
Jadi bila kita mengatakan kita melihat, maka sesungguhnya kita melihat efek yang ditimbulkan pada otak kita oleh cahaya yang sampai pada mata dengan merubahnya menjadi sinyal listrik. Proses sebenarnya adalah kita menyaksikan sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.
Perlu diperhatikan bahwa otak kita tidak pernah berhubungan dengan dunia luar, dan apa yang ada didalam otak kita adalah ruang gelap gulita.
Sebagai contoh cobalah anda bayangkan melihat sebuah lilin yang menyala, maka anda akan melihat cahaya lilin, pada saat anda melihat cahaya lilin anda mengatakan terang padahal pusat pengelihatan di otak tetap gelap. Cahaya lilin tidak pernah menerangi pusat pengelihatan dalam otak kita namun kita dapat melihat warna warni dunia yang gemerlap dalam otak kita yang gelap.
Hal yang sama terjadi pula pada indera kita yang lain, suara, sentuhan, rasa dan bau, semuanya dirasakan didalam otak, sebagai sinyal-sinyal listrik.
Jadi selama ini otak kita tidak berhubungan langsung dengan materi sesungguhnya yang ada disekitar kita melainkan hanya tiruan sinyal-sinyal listrik dari materi tersebut yang terbentuk didalam otak kita.
Disinilah kita tertipu ketika menganggap tiruan ini sebagai wujud materi yang sesungguhnya.
‘Dunia Luar’ di dalam Otak Kita
Kenyataan ini membawa kita kepada kesimpulan yang tak perlu diperdebatkan lagi, Semua yang kita lihat, sentuh, dengar, dan rasakan sebagai materi, dunia atau alam semesta, hanyalah sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.
Sebagai contoh bila kita melihat dan mendengar burung yang berkicau, maka sesungguhnya kita hanya menerima sinyal-sinyal listrik di otak dari sel-sel neuron dari mata ke pusat pengelihatan, andai syaraf yang menghubungkan mata ke pusat otak kita putus maka kita tidak dapat melihat apa-apa, begitu juga dengan suara burung yang kita dengar, apabila syaraf yang mengirim sinyal listrik suara dari telinga ke otak kita putus maka kita tidak dapat mendengar suara burung lagi.
Singkatnya burung yang kita lihat dan suaranya yang kita dengar, tidak lah lebih dari penafsiran sinyal-sinyal listrik di otak kita.
Ketika sedang membaca artikel ini, anda sebenarnya tidak berada didalam ruangan seperti yang anda yakini, sebaliknya ruangan tersebut ada dalam diri anda, Penglihatan anda terhadap tubuh anda, membuat anda berfikir anda berada didalam ruangan itu. Namun anda harus ingat bahwa tubuh anda pun adalah gambar yang terbentuk dari sinyal-sinyal listrik didalam otak anda.
Apakah keberadaan dunia luar sangat diperlukan ?
Sejauh ini kita telah berulang kali menybut dunia luar, dan dunia persepsi atau penampakan yang terbentuk didalam otak kita.
Namun sesungguhnya persepsi dalam otak kitalah yang terjadi (dengan kata lain dunia luar tidak ada) dan gambaran otak kitalah yang kita saksikan selama ini.
Tetapi ini belum bisa kita buktikan karena kita tidak bisa menjangkau dunia nyata diluar dari apa yang kita lihat dan kita huni selama ini.
Kita meyakini dunia yang ada hanya dari apa yang kita lihat, namun penampakkan yang ada hanyalah gambaran dari persepsi di otak kita.
Jadi semua yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, dan kita cium hanyalah sebuah gambaran semu yang hadir karena persepsi dari otak kita, karena itu sekali lagi kita tertipu dengan menganggap segala sesuatu yang ada, adalah sebagai wujud nyata, padahal itu ada dalam persepsi otak kita.
Untuk lebih memudahkan anda memahami konsep ini mari kita pelajari bagian berikut ini :
Dunia dalam Mimpi
Pernahkah anda mimpi?, anggap teman anda atau anda bermimpi menjadi seorang pilot pesawat terbang dengan berbagai panel desekeliling yang membingungkan, dan anda bisa dapat dengan mudah mengoperasikan semua panel pesawat dengan baik dan mendaratkan pesawat dengan sempurna.
Sadarkah anda selama anda dalam mimpi, anda menganggap bahwa itu adalah nyata, karena anda bisa menyentuh, meraba, merasakan dan mendengar desingan mesin pesawat, padahal anda tidak menggerakkan tangan, tidak menggerakkan kaki dan tidak mengoperasikan panel pesawat, melainkan hanya tidur mendengkur.
Dan anda akan tersadar setelah bangun dari tidur, bahwa semua pengalaman itu hanya sebuah mimpi, tapi apakah anda akan sadar bila anda tidak pernah bangun dari tidur itu?.
Itu pula yang sangat mungkin terjadi pada hidup kita, ketika kita terbangun dari mimpi, maka tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa kita telah mengalami mimpi yang lebih panjang yang kita sebut sebagai dunia nyata.
Alasan kita menyebut mimpi sebagai hayalan dan menyebut dunia ini adalah dunia yang nyata, adalah hanya karena prasangka kita. Bagaimana jika ternyata dunia nyata yang kita jalani ini hanya sebuah mimpi yang lebih panjang?.
Siapakah yang Melihat ?
Setelah semua kenyataan materi ini terungkap, kini muncul pertanyaan terpenting, Jika pengalaman dialam materi yang kita alami sekedar penampakkan, bagaimana dengan otak kita ?, oleh karena otak kita termasuk sebagai materi, seperti lengan kita, kaki kita dan benda lain, otak kita juga sekedar penampakkan sebagaimana semua benda yang ada.
Marilah kita memanjangkan semua syaraf-syaraf yang ada didalam otak kita dengan mengeluarkannya dari kepala kita, sehingga kita dapat melihatnya dengan mata kita.
Pada kondisi ini kita dapat melihat otak kita dan menyentuhnya dengan jari-jari kita. Dengan ini kita juga dapat menyadari bahwa otak kita adalah tidak lebih dari gambaran yang diberikan oleh panca indera kita.
Lalu kehendak apakah yang melihat, mendengar dan merasakan semua indera yang lain, jika bukan otak?, siapakah dia yang melihat, mendengar, meraba, merasakan rasa dan bau?, siapakah wujud ini yang berfikir, beralasan, memiliki perasaan dan berkata bahwa saya adalah saya?.
Salah satu pemikir terkemuka abad ini, Clarkly Brown juga memiliki pertanyaan yang sama.
Ternyata wujud ghaib yang menggunakan otak yang melihat dan mendengar serta merasakan adalah Ruh.
Alam materi adalah segala sesuatu yang tampak dan dirasakan oleh Ruh, dan inilah wujud absolut yang nyata dan Materi adalah penampakkan yang dilihat oleh Ruh.
Begitulah, kendatipun kita mulai dengan anggapan bahwa materi adalah wujud yang sesungguhnya, namun hukum-hukum fisika, kimia, dan biologi, semua menghantarkan kita pada kenyataan bahwa materi terbentuk dari khayalan, pada kenyataan yang pasti tentang adanya wujud yang ghaib dan “INILAH RAHASIA DIBALIK MATERI”
Kenyataan ini sangatlah pasti, sehingga mengkhawatirkan sejumlah ilmuwan materialis, yang meyakini materi sebagai wujud absolut. Dan para ilmuwan telah menyadari akan keterbatasan indera manusia.
Semua kenyataan ini menghadapkan kita kepada pertanyaan yang sangat penting, jika segala sesuatu yang ada, adalah penampakkan yang diberikan kepada Ruh kita, lalu apakah sumber penampakkan-penampakkan ini?, untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mempertimbangkan bahwa alam materi tidak ada dengan sendirinya, akan tetapi sekedar penampakkan. Oleh karena itu sudah sewajarnya bila penampakkan ini ada karena adanya kekuatan lain yang sangat besar dan berarti bahwa ini pasti telah diciptakan.
Lebih dari itu penciptaan ini harus terjadi terus menerus, jika tidak demikian maka apa yang kita sebut dengan materi akan musnah dan hilang. Hal ini bisa disamakan dengan televisi yang terus-menerus menampilkan penampakkan gambar, jika siaran dihentikan maka penampakkan gambar pada televisipun akan hilang.
Wujud Absolut Sesungguhnya
Siapakah yang membuat Ruh kita melihat tanah, manusia dan semua alam materi ini, sangat jelas bahwa ada pencipta Maha Agung yang telah menciptakan seluruh alam materi, yakni keseluruhan penampakkan dan terus menerus menciptakannya tanpa henti.
Karena pencipta ini memperlihatkan penciptaan yang luar biasa, IA pasti memiliki kekuatan dan kebesaran yang Abadi, semua penampakkan IA ciptakan sesuai kehendaknya, dan IA berkuasa atas yang diciptakannya setiap saat, pencipta ini adalah ALLAH penguasa Langit dan Bumi, wujud absolut sesungguhnya adalah ALLAH, segala sesuatu selain darinya adalah bayangan yang diciptakan.

Edisi Karikatur Sarjana


Hidup di istana


Hidup terlalu nyaman. Berada di zona nyaman, tak banyak memikirkan banyak masalah bahkan takut jika menghadapi masalah. Pokok semuanya harus serba nyaman, enak. Gak mau susah intinya.
Itu cita-citamu? Sah-sah saja bila kita menginginkan hal tersebut. Tapi saya pikir kenyamanan itu membuat orang lupa terhadap mereka yang hidup di luar rumahnya. Makanya ada ungkapan, sesekali keluarlah dari istana, supaya bisa melihat ada orang-orang yang tnggal di emperan-emperan, di kolong-kolong jembatan, di gang-gang kumuh dan sempit. Sesekali bukalah baju, supaya bisa merasakan mereka yang tidak berpakaian. Sesekali injaklah debu, supaya bisa merasakan kerasnya hidup di luar istana.
Hidup nyaman boleh, tidak dilarang. Presiden aja juga gak nglarang. Yang dilarang adalah bila kenyamanan tersebut membuat kita terbuai mimpi dan menikmati kenyamanan dalam kesendirian.

Berawal dari sebuah pertemanan

Tidak lama lagi masuk tahun 2014, akhir tahun ini adakah yang menjadikan diri saya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya? Ataukah saya lebih baik dari sebelumnya. Apakah malah lebih buruk? Ah..itu mungkin saya sendiri yang bisa menjawabnya. Tak perlu bertanya kepada orang lain. Pendewasaan diri, ya itu mungkin yang saya renungkan akhir tahun ini, koreksi dan evaluasi yang selalu saya perhatikan hari-hari ini. Lalu koreksi menurut apa? Padahal setiap koreksi itu pasti ada panduannya, ada acuannya yang mesti dilihat apakah saya dinilai baik semakin baik atau malah sebaliknya.
Setelah saya pikir kalu pertanyaanya apa yang menjadi acuan untuk koreksi kehidupan saya setahun kebelakang ini, jawabannya tentu pedoman hidup itu sendiri. Tidak mungkin jika kita misalnya ingin main voli lalu pakai aturan sepakbola. Jadi kacau nantinya. Sama seperti permainan hidup ini. Saya harus tau aturan mainnya. Toh, ada pameo yang mengatakan kalau hidup ini hanyalah permainan, hanya main-main belaka.
Hal yang menjadi koreksi  saya pribadi tahun ini adalah tentang pertemanan. Banyak cerita setahun belakangan yang dimulai dengan pertemanan, tapi sayang sekali saya tidak ulet untuk menuliskannya karena mungkin saya menganggap menulis itu hal yang susah.saya tidak bisa menulis yang baik. Tapi tak apa, saya sekarang mulai paham belajar menulis yang efektif itu dengan mulai menulis. Cerita pertemanan mulai dari banyak sahabat, keluarga baru yang diawali dengan pertemanan, tak hanya itu rezeki saya mengalir dari sana. Wah,, saya mulai meyakini “teman itu sangat berharga” tapi jangan dijual teman-teman anda ya..hhe
Jika banyak hal bisa diawali denga pertemanan, bagaimana mungkin sisi ini diabaikan dengan menjadikan diri kita kawan yang buruk bagi semua orang. Setelah saya baca kembali baca pedoman hidup saya atau pedoman hidup bagi semua orang khususnya umat islam. Saya merasa tidak menyadari jika saya seringkali menyakiti hati teman, sering membuat jengkel mereka. Padahal secara tidak sadar saya juga jengkel bila diinjak, tapi saya akan berjalan santai kalu menginjak orang. Saya kesal bila ada orang yang menghina, tapi saya dengan enteng menghina orang. Walaupun mungkin dalam konteks guyonan, tapi saya lupa kalu hal itu bisa saja membuat hati teman saya sakit. Saya mungkin lupa, Ya Allah ampunilah cara hidup hambamu ini…
Sekarang, mulai dari diri sendiri. Bila kita tahu dicubit itu sakit, jangan mencubit. Kalau mau diperlakukan baik oleh orang lain maka kita harus tau cara memperlakukan baik orang lain.
Saya teringat kata Allah dalam hadits qudsi-Nya, Dia akan selalu menjadi kawan yang ketiga bila pertemanan tersebut terdiri dari dua kawan. Bila bertiga, Dia menjadi yang keempat, dan seterusnya. Artinya, kita harus tahu bahwa Allah senang dengan pertemanan kerena Dia membawa pada rahmat dan kita juga harus ingat bahwa Allah ada di antara pertemanan supaya tidak terbersit niat untuk saling menyakiti.
Banyak hal dalam kehidupan ini yang bisa diawali dengan pertemanan. Mungkin jodoh saya nanti jangan-jangan adalah teman saya sekarang. Amin J…hhe Hanya Allah yang tau.


Manusia bukan hanya butuh manusia, lebih dari itu ia butuh penciptanya


“Maaf mas, satenya sudah habis dipesan orang” kata seorang pelayan salah satu warung sate di Jember.
“Kalo rawon atau makanan yang lain mbak?” Tanya saya.
“Kalau yang lain juga tidak ada mas,, masih belum buka ini. Maaf ya mas”
“oh ya sudah mbak, makasih.” Sahut saya agak kecewa karena siang itu.
                Ceritanya, sehabis liburan dirumah saudara di Situbondo, hari ini adalah saya pulang ke kampung halaman di kampung yang bernama Kraton, kampung tempat saya dibesarkan disana. Ketika di perjalanan pulang, memang saya sengaja tidak langsung pulang, tapi mampir dulu ke pasar di daerah jember untuk membeli oleh-oleh buat orang dirumah dan teman-teman. Setelah puas belanja, saya bersama  keponakan waktu itu jalan kaki menuju jalan raya untuk nunggu angkot lewat,, tapi angkot tak kunjung lewat,, kami pun memutuskan untuk makan siang , dengan tersempoi-sempoi kelaparan kami berjalan, karena mungkin capek belanja dan bawa barang banyak pula. Mata ini terjaga mengawasi setiap pinggir jalan apakah ada warteg atau warung makan yang bisa meredam bunyi keroncongan dalam perut kami ini. Setelah sekian jauh kami berjalan dan tak ada tanda-tanda keberadaan warteg, tiba-tiba, “Oh man… itu ada warung sate!” Langsung kami semangat bergegas ke warung sate itu, kemudian saya pesan 2 porsi sate buat kami pada tukang satenya, dan kami pun dipersilakan masuk. Tapi sekian lama kami menunggu pesanan datang, pelayan di warung itu menghampiri kami…
Ternyata, pegang uang pun belum tentu bisa makan! Huhuhu…
Dari kejadian yang saya alami tersebut teringat oleh saya beberapa waktu yang lalu pada apa yang ditulis oleh ustadz Yusuf Mansyur dalam buku wisatahati yang menerangkan bahwa, manusia itu tidak bisa hidup sendirian. Ia selalu butuh yang lainnya. Ia juga butuh alam ini, dan tentu saja butuh keberadaan Allah. Bukan berarti kita punya uang lalu kita bisa seenaknya, seakan Cuma anda atau kita sendiri yang hidup di bumi ini sendirian. Mungkin bisa dicontohkan sederhana seperti ini. Manusia butuh baju. Maka ada pedagang baju. Pedagang butuh pemasok baju. Pemasok butuh penjahit. Penjahit butuh mesin jahit. Mesin jahit butuh kain. Kain perlu ada penjualnya agar ada orang yang butuh bisa membelinya. Yang membeli perlu naik kendaraan untuk pergi ke toko. Kendaraan perlu bensin.bensin perlu ada orang yang melayani dan seterusnya hingga membentuk mata rantai yang saling berhubungan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Mata rantai itu harus dijaga. Itulah maka Allah meminta, siapa pun yang ingin menjadi hamba-Nya, ia harus menjaga kehidupan ini. Mengapa disebut ke-(hidup)-an? Lantaran ke-(hidup)-an ada karena adanya keharmonisan para pelaku kehhidupan.

Jumat, 27 Desember 2013

Jakarta, ’66-67



Setiap selesai Maghrib
Bapakku selalu menunggu berita
Dari seorang mahasiswa
Tentang kejadian di sekitar sana.

Hari ini kami demonstrasi
Sampai ke harmoni, katanya.
Tapi, dihdang Cakrabirawa.
RPKAD siap menunggu isyarat.
Dari wakil rakyat.

Di sekolah kami diberi pilihan.
Foto dua orang Jendral.
Tetapi tidak mingkin untuk memilih
Pemimpin yang cacat
Sedangkan Soekarno
begitu hebat

Kabar baru
Dari istri penjaga sekolah
Tadi malam
Dua anak ASU yang kemarin mengancam
Telah diseret dan dipukuli oleh anak KAPPI
Di pos mereka sampai pagi.

Zeffry J Alkatiri

Kamis, 26 Desember 2013

Di atas air di bawah langit




Merasa sangat kecil diri ini dibanding dengan hamparan luasnya samudra ketika sore tadi saya tidur santai di atas ban pelampung saat main di pantai belakang rumah saudara, tepatnya di Situbondo. Setelah kurang lebih tiga bulan bergelut dengan tugas kuliah rasanya saya ingin melupakan sejenak penat di isi kepala dengan sedikit memanjakan diri, salah satunya dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Sang Illahi Rabbi. Betapa kecilnya diri ini dibanding ciptaanNya ini, saya memandang langit nan luas, hati ini bergetar.  Saya telah banyak tidak mengingatNya, padahal  nikmatnya tak pernah putus kepada saya. Cukuplah kesombongan diri ini, karena sebenarnya tak ada manusia pun di dunia ini yang berhak sombong.
                Sejenak kembali saya takjub atas keindahan mahakaryaNya. Pemandangan langit sore itu sangat indah, dihiasi dengan susunan awan yang berjajar tertata pecah-pecah. Sungguh sangat menawan, ditambah dengan sinar mega dari sang surya yang sedang tenggelam karena malam ingin menjelang. Saya tertegun melihat kemolekan alam ini, sambil memandang langit di atas air saya bersyukur. Terima kasih ya Tuhanku. Engkau telah mengingatkan hamba betapa Engkau adalah dzat yang Maha Besar.