“Maaf mas, satenya sudah habis
dipesan orang” kata seorang pelayan salah satu warung sate di Jember.
“Kalo rawon atau makanan yang
lain mbak?” Tanya saya.
“Kalau yang lain juga tidak ada
mas,, masih belum buka ini. Maaf ya mas”
“oh ya sudah mbak, makasih.”
Sahut saya agak kecewa karena siang itu.
Ceritanya, sehabis liburan
dirumah saudara di Situbondo, hari ini adalah saya pulang ke kampung halaman di
kampung yang bernama Kraton, kampung tempat saya dibesarkan disana. Ketika di
perjalanan pulang, memang saya sengaja tidak langsung pulang, tapi mampir dulu
ke pasar di daerah jember untuk membeli oleh-oleh buat orang dirumah dan teman-teman.
Setelah puas belanja, saya bersama keponakan
waktu itu jalan kaki menuju jalan raya untuk nunggu angkot lewat,, tapi angkot
tak kunjung lewat,, kami pun memutuskan untuk makan siang , dengan
tersempoi-sempoi kelaparan kami berjalan, karena mungkin capek belanja dan bawa
barang banyak pula. Mata ini terjaga mengawasi setiap pinggir jalan apakah ada
warteg atau warung makan yang bisa meredam bunyi keroncongan dalam perut kami
ini. Setelah sekian jauh kami berjalan dan tak ada tanda-tanda keberadaan
warteg, tiba-tiba, “Oh man… itu ada
warung sate!” Langsung kami semangat bergegas ke warung sate itu, kemudian saya
pesan 2 porsi sate buat kami pada tukang satenya, dan kami pun dipersilakan
masuk. Tapi sekian lama kami menunggu pesanan datang, pelayan di warung itu
menghampiri kami…
Ternyata, pegang uang pun belum
tentu bisa makan! Huhuhu…
Dari kejadian
yang saya alami tersebut teringat oleh saya beberapa waktu yang lalu pada apa
yang ditulis oleh ustadz Yusuf Mansyur dalam buku wisatahati yang menerangkan
bahwa, manusia itu tidak bisa hidup sendirian. Ia selalu butuh yang lainnya. Ia
juga butuh alam ini, dan tentu saja butuh keberadaan Allah. Bukan berarti kita
punya uang lalu kita bisa seenaknya, seakan Cuma anda atau kita sendiri yang
hidup di bumi ini sendirian. Mungkin bisa dicontohkan sederhana seperti ini.
Manusia butuh baju. Maka ada pedagang baju. Pedagang butuh pemasok baju.
Pemasok butuh penjahit. Penjahit butuh mesin jahit. Mesin jahit butuh kain.
Kain perlu ada penjualnya agar ada orang yang butuh bisa membelinya. Yang
membeli perlu naik kendaraan untuk pergi ke toko. Kendaraan perlu bensin.bensin
perlu ada orang yang melayani dan seterusnya hingga membentuk mata rantai yang
saling berhubungan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Mata rantai itu
harus dijaga. Itulah maka Allah meminta, siapa pun yang ingin menjadi
hamba-Nya, ia harus menjaga kehidupan ini. Mengapa disebut ke-(hidup)-an?
Lantaran ke-(hidup)-an ada karena adanya keharmonisan para pelaku kehhidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar