Senin, 30 Desember 2013

Manusia bukan hanya butuh manusia, lebih dari itu ia butuh penciptanya


“Maaf mas, satenya sudah habis dipesan orang” kata seorang pelayan salah satu warung sate di Jember.
“Kalo rawon atau makanan yang lain mbak?” Tanya saya.
“Kalau yang lain juga tidak ada mas,, masih belum buka ini. Maaf ya mas”
“oh ya sudah mbak, makasih.” Sahut saya agak kecewa karena siang itu.
                Ceritanya, sehabis liburan dirumah saudara di Situbondo, hari ini adalah saya pulang ke kampung halaman di kampung yang bernama Kraton, kampung tempat saya dibesarkan disana. Ketika di perjalanan pulang, memang saya sengaja tidak langsung pulang, tapi mampir dulu ke pasar di daerah jember untuk membeli oleh-oleh buat orang dirumah dan teman-teman. Setelah puas belanja, saya bersama  keponakan waktu itu jalan kaki menuju jalan raya untuk nunggu angkot lewat,, tapi angkot tak kunjung lewat,, kami pun memutuskan untuk makan siang , dengan tersempoi-sempoi kelaparan kami berjalan, karena mungkin capek belanja dan bawa barang banyak pula. Mata ini terjaga mengawasi setiap pinggir jalan apakah ada warteg atau warung makan yang bisa meredam bunyi keroncongan dalam perut kami ini. Setelah sekian jauh kami berjalan dan tak ada tanda-tanda keberadaan warteg, tiba-tiba, “Oh man… itu ada warung sate!” Langsung kami semangat bergegas ke warung sate itu, kemudian saya pesan 2 porsi sate buat kami pada tukang satenya, dan kami pun dipersilakan masuk. Tapi sekian lama kami menunggu pesanan datang, pelayan di warung itu menghampiri kami…
Ternyata, pegang uang pun belum tentu bisa makan! Huhuhu…
Dari kejadian yang saya alami tersebut teringat oleh saya beberapa waktu yang lalu pada apa yang ditulis oleh ustadz Yusuf Mansyur dalam buku wisatahati yang menerangkan bahwa, manusia itu tidak bisa hidup sendirian. Ia selalu butuh yang lainnya. Ia juga butuh alam ini, dan tentu saja butuh keberadaan Allah. Bukan berarti kita punya uang lalu kita bisa seenaknya, seakan Cuma anda atau kita sendiri yang hidup di bumi ini sendirian. Mungkin bisa dicontohkan sederhana seperti ini. Manusia butuh baju. Maka ada pedagang baju. Pedagang butuh pemasok baju. Pemasok butuh penjahit. Penjahit butuh mesin jahit. Mesin jahit butuh kain. Kain perlu ada penjualnya agar ada orang yang butuh bisa membelinya. Yang membeli perlu naik kendaraan untuk pergi ke toko. Kendaraan perlu bensin.bensin perlu ada orang yang melayani dan seterusnya hingga membentuk mata rantai yang saling berhubungan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Mata rantai itu harus dijaga. Itulah maka Allah meminta, siapa pun yang ingin menjadi hamba-Nya, ia harus menjaga kehidupan ini. Mengapa disebut ke-(hidup)-an? Lantaran ke-(hidup)-an ada karena adanya keharmonisan para pelaku kehhidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar