Belum terbiasa mungkin setiap
hari harus menulis. Maksudku menulis yang sedikit beralasan bukan menulis
status atau SMS. Hari ini tulisanku cenderung akan meloncat-loncat seperti
aliran listrik yang tegangannya sedang tidak stabil. Mulainya dari sini. Sudah
banyak kata yang telah aku baca sejak aku bisa membaca tiga belas tahun silam. Yang
pasti semuanya akan terekam di memori otak. Sungguh aku sangat mengagumi benda
yang satu itu. Sayangnya aku bukan manusia sakti. Yang bisa kapan saja
memanggil memori ingatan apa yang sudah aku baca itu kapan saja. Bicara soal
otak lagi, soal ia yang juga sering membuatku cemas, aku tau tandanya ia setiap
hari semakin berkembang.
Kadang yang buat aku cemas itu
seperti ketika ia mengajakku berpikir
tentang sebuah status. Statusku sekarang adalah mahasiswa. Dia bertanya apa
bedanya kamu tiga belas tahun yang lalu dengan sekarang?. Pertanyaannya sering
buat aku cemas. Padahal dia juga yang
nanti akan menjawabnya. Aku kadang juga berdiskusi dengannya. Sering merenung
tentang apa yang membedakanku dengan orang lain. Sungguh aku gak ingin jadi
orang yang merugi disini seperti dikatakan al-quranku al-ashr ayat 2. Aku
sering memikirkan harus apa aku hari ini, apa hidup Cuma harus mengalir begitu
saja tanpa terencana? Aku suka dengan teori. Walaupun mungkin sebagian yang
lain menganggap teori gak begitu penting. Tapi bagiku teori itu keren. Hidup
juga harus ada teorinya bukan. Makanya Yang mewarnai cabe dan langit itu
memberi Al-quran kepada manusia.
Semuanya akan indah bila mengikuti
teori. Apa yang aku inginkan, apa yang harusnya lakukan jika menginginkan hal
itu? Semua dalam teori. Lalu otak meneruskan bertanya ketika melihat sebagian
yang lain menganggap hidup itu adalah pilihan-pilihan. Pilihan tentang
kebahagiaan. Aku sempat mencari teori-teori kebahagian dari buku, orang lain,
mbah google dan sebagian yang lain. Tapi
hakikatnya aku tidak mendapatknnya. Sebab aku salah meletakkan pemahamanku
bahwa teori harus selalu didahulukan. Ternyata teori itu juga bisa dibuat atau
dipahami melalui pengalaman. Yang benar saja kalau otak menanyakan mana yang
lebih dulu antara teori dan praktik. Itu sama saja dengan pertanyaan mana yang
pertama kali ada di bumi antara telur dan ayam. Baru aku tau kalu pertanyaan
itu jawabannya adalah telur. He..he..he..hhe.
Bahagia itu ketika hati merasa
damai dan tenang. Walaupun yang lainnya mengatakan hati itu bukan hati sendiri
atau jantung,, cenderung merujuk pada otak. Ah entahlah. Aku dan kamu juga
mengerti maksud kata “hati” dalam teori itu. Aku paham teori itu dari yaang aku
alami. Bahagia itu bukan pada tawa suka cita. Itu hanya gejala yang keluar di
permukan saja. Sebab tertawa itu ada sebagian urat saraf kita yang
berkontraksi. Bahagia itu ketika aku dapat berfikir dengan jernih keadaanku
saat ini, saat itu yang aku sebut dengan; aku menemukan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar