Rabu, 22 Januari 2014

Aku Menemukan Tuhan



               Belum terbiasa mungkin setiap hari harus menulis. Maksudku menulis yang sedikit beralasan bukan menulis status atau SMS. Hari ini tulisanku cenderung akan meloncat-loncat seperti aliran listrik yang tegangannya sedang tidak stabil. Mulainya dari sini. Sudah banyak kata yang telah aku baca sejak aku bisa membaca tiga belas tahun silam. Yang pasti semuanya akan terekam di memori otak. Sungguh aku sangat mengagumi benda yang satu itu. Sayangnya aku bukan manusia sakti. Yang bisa kapan saja memanggil memori ingatan apa yang sudah aku baca itu kapan saja. Bicara soal otak lagi, soal ia yang juga sering membuatku cemas, aku tau tandanya ia setiap hari semakin berkembang.
          Kadang yang buat aku cemas itu seperti ketika ia  mengajakku berpikir tentang sebuah status. Statusku sekarang adalah mahasiswa. Dia bertanya apa bedanya kamu tiga belas tahun yang lalu dengan sekarang?. Pertanyaannya sering buat aku cemas.  Padahal dia juga yang nanti akan menjawabnya. Aku kadang juga berdiskusi dengannya. Sering merenung tentang apa yang membedakanku dengan orang lain. Sungguh aku gak ingin jadi orang yang merugi disini seperti dikatakan al-quranku al-ashr ayat 2. Aku sering memikirkan harus apa aku hari ini, apa hidup Cuma harus mengalir begitu saja tanpa terencana? Aku suka dengan teori. Walaupun mungkin sebagian yang lain menganggap teori gak begitu penting. Tapi bagiku teori itu keren. Hidup juga harus ada teorinya bukan. Makanya Yang mewarnai cabe dan langit itu memberi Al-quran kepada manusia.
            Semuanya akan indah bila mengikuti teori. Apa yang aku inginkan, apa yang harusnya lakukan jika menginginkan hal itu? Semua dalam teori. Lalu otak meneruskan bertanya ketika melihat sebagian yang lain menganggap hidup itu adalah pilihan-pilihan. Pilihan tentang kebahagiaan. Aku sempat mencari teori-teori kebahagian dari buku, orang lain, mbah google dan sebagian yang  lain. Tapi hakikatnya aku tidak mendapatknnya. Sebab aku salah meletakkan pemahamanku bahwa teori harus selalu didahulukan. Ternyata teori itu juga bisa dibuat atau dipahami melalui pengalaman. Yang benar saja kalau otak menanyakan mana yang lebih dulu antara teori dan praktik. Itu sama saja dengan pertanyaan mana yang pertama kali ada di bumi antara telur dan ayam. Baru aku tau kalu pertanyaan itu jawabannya adalah telur. He..he..he..hhe.
            Bahagia itu ketika hati merasa damai dan tenang. Walaupun yang lainnya mengatakan hati itu bukan hati sendiri atau jantung,, cenderung merujuk pada otak. Ah entahlah. Aku dan kamu juga mengerti maksud kata “hati” dalam teori itu. Aku paham teori itu dari yaang aku alami. Bahagia itu bukan pada tawa suka cita. Itu hanya gejala yang keluar di permukan saja. Sebab tertawa itu ada sebagian urat saraf kita yang berkontraksi. Bahagia itu ketika aku dapat berfikir dengan jernih keadaanku saat ini, saat itu yang aku sebut dengan; aku menemukan Tuhan.

20-01-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar