Saat keluar kamar melihat kearah langit,
aku melihat ribuan bintang malam ini. Seperti yang terlihat oleh mata, aku
tidak melihat bintang-bintang itu bergerak. Padahal bintang itu bergerak dengan
kecepatan lebih dari satu juta kilometer per hari. Menengok sebelah kamarku
terdapat sebuah pohon belimbing, aku juga tak melihat ia tumbuh, padahal ia
bergerak tumbuh. Bahkan rumah-rumah baru dibangun hingga perkampungan ini kini
semakin padat saja, aku tak melihat semua itu bergerak. Bahkan juga tak
menyadari diri sendiri yang setiap hari
semakin menua. Mungkin kita punya pendapat yang sama akan hal ini. Kita
cenderung berfikir statis lalu terkejut dengan perubahan yang selalu ada dalam
hidup ini.
Melihat bintang malam artinya aku
melihat harapan esok hari. Optimis. Iya..
jangan buat hidup ini rumit untuk dipandang dengan mengerutkan alis. Optimisme
adalah memandang hidup ini sebagai persembahan terbaik. Tak ada sesuatu yang
terjadi sia-sia. Pasti ada tujuan. Pasti ada maksud. Setiap tetes air yang
keluar dari mata air itu pasti tahu mereka mengalir menuju kelaut. Meski harus
melalui sungai, rawa, selokan, sungai keruh, danau dan muara, mereka yakin
perjalanan mereka bukan tanpa tujuan. Bahkan, ketika menunggu di samudra,
setiap tetes-tetes air itu tahu, suatu ketika panas dan angin akan membawa
mereka kepucuk-pucuk gunung. Menjadi awan dan lalu menurunkan hujan. Hujan yang memberi kesejukan dan kehidupan di atas bumi ini.
Kiasan itu adalah aku. Aku harus tau tujuanku, seperti air itu. Itulah sebabnya
Tuhan menganugerahkan apa yang kita sebut dengan “cita-cita”. Didalamnya selalu
terdapat kekhawatiran dan harapan. Memang kita hidup di hari ini. Tapi
tancapkanlah selalu bahwa ada harapan untuk esok hari.
Ditemani
alunan musik canon rock, dan segerombolan semut hitam, aku dan mereka
berbagi kehangatan secangkir white coffe
melawan dingin malam ini, sambil menunggu pagi.
27-01-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar