![]() |
Oryza A. Wirawan/Beritajatim.com |
Tertegun pagi ini saya melihat pemandangan
yang mungkin baru pertama kali saya melihatnya dengan kepala saya sendiri.Iya..pagi hari ini saya sengaja bangun lebih pagi kemudian bergegas untuk melihat
lokasi jebolnya tanggul sungai dekat tempat tinggal saya. Banjir lagi! Sebelumnya
beberapa hari yang lalu sempat jebol dan menggenangi kurang lebih tiga puluh
hektar sawah dan rumah-rumah warga sekitar jebolnya tanggul di dusun Rowojambe,
desa Kraton kecamatan Kencong, Jember.Sontak pagi hari itu animo warga untuk
melihat lokasi jebolnya tanggul meruak.Tak sedikit warga yang berdatangan untuk
“nonton pemandangan” memilukan itu. Siang harinya sebenarnya tidak ada
tanda-tanda kalau akan terjadi banjir lagi. Genangan air banjir pertama sudah
surut. Sempat saya sendiri melihat tanggulnya sudah dibendung dengan tumpukan
sak-sak dibantu oleh empat alat berat
disana. Saya sempat membantu ayah juga di sawah membuat bibit tanaman padi
kembali karena sawah ayah saya juga kebanjiran.Malam harinya memang hujan turun
cukup deras.Alhasil, Sekitar pukul 22.00 waktu setempat dikabarkan air sudah
naik.
Sepertinya semesta sedang
menangis.Tangisannya santer, sampai tanggul sungai tak mampu membendung mata
airnya.Entah ini gejala alam saja atau… banyak spekulasi yang muncul di warga
sekitar.Tapi yang tak bisa dielakkan bahwa, sebab tangisan semesta yang tak
kuat dibendung ini adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri.Lihat
saja.Tunggu sampai alam ini berbicara memperingatkan kita dengan bahasanya
sendiri. Contoh saja, seperti tanggul pinggir
sungai itu yang ditanami rumput untuk pakan ternak, maka gundukan tanah
itu diberi pupuk. Tentu hal itu secara
tidak langsung akan menggemburkan tanah,
sehingga membuat tanah itu mudah sekali terkikis oleh arus air. Bukan
menyalahkan mereka. Ini masalah etika kita sebagai manusia yang seharusnya tau
cara menjaga keseimbangan alamnya. Air
itu juga makhluk Allah.Bahkan kehidupan berawal darinya.Namun air juga bisa menjadi
musibah buat kita bila kita tidak ramah dengan semesta ini.Sudah waktunya untuk
peduli.Bukan kepedulian muncul ketika sudah waktunya memperbaiki, lebih dari
itu. Mulai untuk peduli terhadap semesta, menyayangi semesta jika kita
menginginkan keberkahan dari sang Pencipta semesta.
1-1-2014
Teko omahmu adoh ga mat?
BalasHapus2 Km lah bro..
BalasHapus