Rabu, 01 Januari 2014

Semesta Menangis Sambut Awal Tahun


Oryza A. Wirawan/Beritajatim.com


Tertegun pagi ini saya melihat pemandangan yang mungkin baru pertama kali saya melihatnya dengan kepala saya sendiri.Iya..pagi hari ini saya sengaja bangun lebih pagi kemudian bergegas untuk melihat lokasi jebolnya tanggul sungai dekat tempat tinggal saya. Banjir lagi! Sebelumnya beberapa hari yang lalu sempat jebol dan menggenangi kurang lebih tiga puluh hektar sawah dan rumah-rumah warga sekitar jebolnya tanggul di dusun Rowojambe, desa Kraton kecamatan Kencong, Jember.Sontak pagi hari itu animo warga untuk melihat lokasi jebolnya tanggul meruak.Tak sedikit warga yang berdatangan untuk “nonton pemandangan” memilukan itu. Siang harinya sebenarnya tidak ada tanda-tanda kalau akan terjadi banjir lagi. Genangan air banjir pertama sudah surut. Sempat saya sendiri melihat tanggulnya sudah dibendung dengan tumpukan sak-sak dibantu oleh  empat alat berat disana. Saya sempat membantu ayah juga di sawah membuat bibit tanaman padi kembali karena sawah ayah saya juga kebanjiran.Malam harinya memang hujan turun cukup deras.Alhasil, Sekitar pukul 22.00 waktu setempat dikabarkan air sudah naik.
Sepertinya semesta sedang menangis.Tangisannya santer, sampai tanggul sungai tak mampu membendung mata airnya.Entah ini gejala alam saja atau… banyak spekulasi yang muncul di warga sekitar.Tapi yang tak bisa dielakkan bahwa, sebab tangisan semesta yang tak kuat dibendung ini adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri.Lihat saja.Tunggu sampai alam ini berbicara memperingatkan kita dengan bahasanya sendiri. Contoh saja, seperti tanggul pinggir  sungai itu yang ditanami rumput untuk pakan ternak, maka gundukan tanah itu diberi pupuk. Tentu  hal itu secara tidak langsung akan menggemburkan tanah,  sehingga membuat tanah itu mudah sekali terkikis oleh arus air. Bukan menyalahkan mereka. Ini masalah etika kita sebagai manusia yang seharusnya tau cara menjaga  keseimbangan alamnya. Air itu juga makhluk Allah.Bahkan kehidupan berawal darinya.Namun air juga bisa menjadi musibah buat kita bila kita tidak ramah dengan semesta ini.Sudah waktunya untuk peduli.Bukan kepedulian muncul ketika sudah waktunya memperbaiki, lebih dari itu. Mulai untuk peduli terhadap semesta, menyayangi semesta jika kita menginginkan keberkahan dari sang Pencipta semesta.

1-1-2014

2 komentar: