“Tidak cukup hanya bangga menjadi bangsa Indonesia tanpa
membuat Indonesia bangga terhadap kita” -Hasnul Suhaimi CEO PT XL Axiata.
Memang tidak cukup mengagungkan jiwa kebangsaan tanpa menghasilkan sesuatu yang nyata buat bangsa ini. Kalaupun
ditanya apa yang sudah saya lakukan sebagai wujud kebanggaan menjadi bangsa
Indonesia, jawabannya belum. Tapi saya
bukanlah orang absurd yang tidak memiliki cita-cita yang jelas.Saya sadar
sebagai generasi penerus bangsa jangan sampai jiwa kebangsaan menjadi absurd,
tidak punya nilai dan manfaat. Pada level mahasiswa yang dapat saya lakukan
sementara ini adalah dengan mengikuti kegiatan sosial di beberapa organisasi
dan komunitas dan mengaktualisasikan diri dalam organisasi kemahasiswaan. Pilihannya
di era globalisasi ini adalah menjadi
profesionalis atau enterprenuer?
Untuk di Indonesia, saya berpikir realistis
untuk menjadi seorang profesional di bidang yang saya geluti sekarang. Bukan
tidak mungkin disitu akan mematikan kreativitas saya. Kreativitas tidak akan
pernah mati jika kita punya jiwa ingin terus belajar yang kuat. Memang realitas
pemuda sekarang yang menjadia tantangan yakni budaya instan, ingin cepat menang
atau cepat kaya. Sesuatu yang didapat secara instan juga akan cepat hilang
dengan cepat. Tidak menjadikan berkah disana. Hal itu yang terus masih saya
ingat nasihat Bapak saya. Perjuangan panjang dan berat meraih kesuksesan akan terasa nikmat daripada perjuangan sesaat
penuh tipu muslihat. Lagi pula, dalam sebuah pencapaian kesuksesan dalam bidang
karier tentunya akan mentok kepada
sebuah titik balik yang tak bisa dihindari.
Seberapa hebat kamu jika tak bermanfaat bagi orang lain,
kehebatanmu bukan berarti apa-apa. Ibarat kita diberi warisan buah mangga dari
orang tua. Yang bermakna setiap orang khususnya Youth (pemuda) memiliki opportunities
atau kesempatan untuk kesuksesan kita di masa depan. Buah itu bijinya kita
tanam, (saya berada pada tahap ini). Selanjutnya tanaman itu kita rawat sampai
berbuah (membangun kesuksesan) kemudian kita bisa menikmati buahnya
(penghargaan, penghormatan, materi) namun sehebat apapun manusia, ia tetap
seperti tanaman itu, suatu saat pasti akan mati. Untuk itulah kita harus
bermanfaat bagi orang lain. Setelah buahnya itu kita makan, disitulah kita
bertemu satu titik balik.Tentu biji mangga itu tidak lantas dibuang dan
mubazir. Pada saat itulah nanti cita-cita saya untuk menanam agar tumbuh mangga
baru yang siap membantu kehidupan orang lain lagi. Dan mungkin disaat itulah
saya pantas berbangga menjadi bangsa Indonesia.
23 01 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar