Kamis, 23 Januari 2014

Bangga menjadi bangsa Indonesia, Bagaimana kamu memaknainya?



           “Tidak cukup hanya bangga menjadi bangsa Indonesia tanpa membuat Indonesia bangga terhadap kita” -Hasnul Suhaimi CEO PT XL Axiata. Memang tidak cukup mengagungkan jiwa kebangsaan tanpa menghasilkan  sesuatu yang nyata buat bangsa ini. Kalaupun ditanya apa yang sudah saya lakukan sebagai wujud kebanggaan menjadi bangsa Indonesia,  jawabannya belum. Tapi saya bukanlah orang absurd yang tidak memiliki cita-cita yang jelas.Saya sadar sebagai generasi penerus bangsa jangan sampai jiwa kebangsaan menjadi absurd, tidak punya nilai dan manfaat. Pada level mahasiswa yang dapat saya lakukan sementara ini adalah dengan mengikuti kegiatan sosial di beberapa organisasi dan komunitas dan mengaktualisasikan diri dalam organisasi kemahasiswaan. Pilihannya di era globalisasi ini  adalah menjadi profesionalis atau enterprenuer? 
          Untuk di Indonesia, saya berpikir realistis untuk menjadi seorang profesional di bidang yang saya geluti sekarang. Bukan tidak mungkin disitu akan mematikan kreativitas saya. Kreativitas tidak akan pernah mati jika kita punya jiwa ingin terus belajar yang kuat. Memang realitas pemuda sekarang yang menjadia tantangan yakni budaya instan, ingin cepat menang atau cepat kaya. Sesuatu yang didapat secara instan juga akan cepat hilang dengan cepat. Tidak menjadikan berkah disana. Hal itu yang terus masih saya ingat nasihat Bapak saya. Perjuangan panjang dan berat meraih kesuksesan  akan terasa nikmat daripada perjuangan sesaat penuh tipu muslihat. Lagi pula, dalam sebuah pencapaian kesuksesan dalam bidang karier tentunya akan mentok kepada sebuah titik balik yang tak bisa dihindari.
          Seberapa hebat kamu jika tak bermanfaat bagi orang lain, kehebatanmu bukan berarti apa-apa. Ibarat kita diberi warisan buah mangga dari orang tua. Yang bermakna setiap orang khususnya Youth (pemuda) memiliki opportunities atau kesempatan untuk kesuksesan kita di masa depan. Buah itu bijinya kita tanam, (saya berada pada tahap ini). Selanjutnya tanaman itu kita rawat sampai berbuah (membangun kesuksesan) kemudian kita bisa menikmati buahnya (penghargaan, penghormatan, materi) namun sehebat apapun manusia, ia tetap seperti tanaman itu, suatu saat pasti akan mati. Untuk itulah kita harus bermanfaat bagi orang lain. Setelah buahnya itu kita makan, disitulah kita bertemu satu titik balik.Tentu biji mangga itu tidak lantas dibuang dan mubazir. Pada saat itulah nanti cita-cita saya untuk menanam agar tumbuh mangga baru yang siap membantu kehidupan orang lain lagi. Dan mungkin disaat itulah saya pantas berbangga menjadi bangsa Indonesia.

23 01 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar