Minggu, 31 Agustus 2014

Orang Miskin



“Orang miskin adalah mereka yang bekerja untuk gaya hidup mewah” -Jose Mujica

Beberapa hari yang lalu, di dalam kolom opini harian Jawa Pos edisi 22 agustus berjudul “presidenku rakyat termiskin” terdapat sepenggal kisah mengenai orang termiskin di dunia, Selang beberapa hari, saya menemukan esai  yang berjudul “Bukan Si Miskin” karya Goenawan Mohamad (GM). Terinspirasi oleh tulisan pak GM yang menyebut-nyebut nama Jose Mujica, menuntun tangan saya untuk mengetikkan sebuah nama itu di papan pencarian Google. 

Ternyata nama itu begitu popular, mengapa saya tak pernah tau tentang nama itu? Pikir saya.. ah ini akibat gejala sindrom malas baca! 


Tentang nama itu, memasuki abad dua puluh satu ini ternyata masih ada pemimpin yang memiliki gaya hidup sederhana seperti Pepe-panggilan Jose Mujica. Bahkan media internasional menyebut ia adalah presiden termiskin di dunia, sebab dengan posisinya sebagai presiden dengan gaji lebih dari dua puluh ribu dollar AS itu ia hanya mengambil sepuluh persennya saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia juga tinggal di rumah pribadinya yang sederhana dekat kebunnya. Ditemani istri dan dijaga beberapa polisi dan seekor anjingnya.
Kontras sekali dengan potret para pejabat negeri ini, yang kehidupannya bergumul dengan kemewahan. Tinggal di istana, mobil mewah, punya rumah dimana-mana, Jauh dari kata kebersahajaan. Pejabat kita masih berbangga memakai baju indah berjubel pangkat dan gelar yang menempel di dadanya sedangkan masih banyak rakyatnya yang memakai gombal kusut bekas keset rumah tangga. Masih suka menghambur-hamburkan uang rakyat di restoran mewah dengan dalih acara perjamuan, sementara masih banyak anak di bawah kolong jembatan yang, merintih menangis kelaparan. Lain halnya dengan Pepe, ia merelakan sebagian besar gajinya sebagai presiden untuk program sosial. Hidup sederhana karena ia sadar betul ia juga berasal dari rakyat yang sederhana saja. Mungkin gaya hidupnya seperti itu tidak terlepas dari keyakinannya bahwa ia seorang kiri.
Di belahan dunia lain kita juga punya Gandhi yang sadar betul mengenai kebersahajaan hidup, bahkan sejak ratusan tahun yang lalu, Nabi Muhammad SAW serta sahabat-sahabatnya yang telah mencontohkan bagaimana hakikat kaya-miskin itu melalui kisahnya. Saya itu beliau orang yang memang diistimewakan. Tapi kenapa kita tak mampu, atau tak berusaha mencontohnya. Saya masih ingat apa yang disampaikan penulis opini tadi kalu ia dengan tulisannya itu menyampaikan ucapan selamat kepada presiden terpilih Joko Widodo. Ucapan selamat yang, terpaut didalamnya harapan kepada Pak Jokowi agar tetap konsisten dengan karakternya saat memimpin. Ucapan selamat karena selama lima tahun kedepan ia akan menjadi rakyat termiskin, sebab hidupnya, segala urusannya kini akan ditanggung oleh uang rakyat. Dengan itu, sejatinya ia tak mengeluarkan uang sepeserpun untuk keperluan hidupnya. Tidak terkecuali bagi pemimpin-pemimpin di level bawahnya. Semoga semakin banyak orang seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar