“Orang miskin adalah mereka yang bekerja untuk gaya hidup mewah” -Jose Mujica
Beberapa hari yang lalu, di dalam kolom opini harian Jawa
Pos edisi 22 agustus berjudul “presidenku rakyat termiskin” terdapat sepenggal
kisah mengenai orang termiskin di dunia, Selang beberapa hari, saya menemukan esai
yang berjudul “Bukan Si Miskin” karya
Goenawan Mohamad (GM). Terinspirasi oleh tulisan pak GM yang menyebut-nyebut
nama Jose Mujica, menuntun tangan saya untuk mengetikkan sebuah nama itu di
papan pencarian Google.
Ternyata nama itu begitu popular, mengapa saya tak pernah tau
tentang nama itu? Pikir saya.. ah ini akibat gejala sindrom malas baca!
Tentang nama itu, memasuki abad dua puluh satu ini ternyata masih
ada pemimpin yang memiliki gaya hidup sederhana seperti Pepe-panggilan Jose
Mujica. Bahkan media internasional menyebut ia adalah presiden termiskin di
dunia, sebab dengan posisinya sebagai presiden dengan gaji lebih dari dua puluh
ribu dollar AS itu ia hanya mengambil sepuluh persennya saja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Ia juga tinggal di rumah pribadinya yang sederhana dekat
kebunnya. Ditemani istri dan dijaga beberapa polisi dan seekor anjingnya.
Kontras sekali dengan potret para pejabat negeri ini, yang
kehidupannya bergumul dengan kemewahan. Tinggal di istana, mobil mewah, punya
rumah dimana-mana, Jauh dari kata kebersahajaan. Pejabat kita masih berbangga
memakai baju indah berjubel pangkat dan gelar yang menempel di dadanya sedangkan
masih banyak rakyatnya yang memakai gombal kusut bekas keset rumah tangga. Masih
suka menghambur-hamburkan uang rakyat di restoran mewah dengan dalih acara
perjamuan, sementara masih banyak anak di bawah kolong jembatan yang, merintih
menangis kelaparan. Lain halnya dengan Pepe, ia merelakan sebagian besar
gajinya sebagai presiden untuk program sosial. Hidup sederhana karena ia sadar
betul ia juga berasal dari rakyat yang sederhana saja. Mungkin gaya hidupnya
seperti itu tidak terlepas dari keyakinannya bahwa ia seorang kiri.
Di belahan dunia lain kita juga punya Gandhi yang sadar
betul mengenai kebersahajaan hidup, bahkan sejak ratusan tahun yang lalu, Nabi
Muhammad SAW serta sahabat-sahabatnya yang telah mencontohkan bagaimana hakikat
kaya-miskin itu melalui kisahnya. Saya itu beliau orang yang memang diistimewakan.
Tapi kenapa kita tak mampu, atau tak berusaha mencontohnya. Saya masih ingat apa
yang disampaikan penulis opini tadi kalu ia dengan tulisannya itu menyampaikan
ucapan selamat kepada presiden terpilih Joko Widodo. Ucapan selamat yang,
terpaut didalamnya harapan kepada Pak Jokowi agar tetap konsisten dengan karakternya
saat memimpin. Ucapan selamat karena selama lima tahun kedepan ia akan menjadi
rakyat termiskin, sebab hidupnya, segala urusannya kini akan ditanggung oleh
uang rakyat. Dengan itu, sejatinya ia tak mengeluarkan uang sepeserpun untuk
keperluan hidupnya. Tidak terkecuali bagi pemimpin-pemimpin di level bawahnya. Semoga
semakin banyak orang seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar