Akhir-akhir ini saya mulai banyak intropeksi diri. Menarik diri, melihat, memandang diri saya sebagai saya bukan saya. Kurang lebih seperti itu. hhe... kritikan, masukan evaluasi diri menjadi rambu-rambu jalan saya menempuh jalannya. Beruntung berada di lingkungan yang mendorong saya menjadi saya yang lebih baik. baik disini relatif, relatif perubahannya sesuai dengan apa yang saya usahakan dan apa yang telah saya yakini baik dan apa-apa yang belum saya percayai sebagai suatu kebenaran sebelumnya.
Dulu, saya suka mengkritik dengan goresan pensil, kini pensil saya makin tumpul tak bernilai kecuali bernilai bagi sebutan "pelanggan" . Tidak ada lagi perubahan sosial yang pernah dulu ada dalam cerita kartun dan karikatur saya. Apa karena terlalu banyak mengurusi perut, jadi kesadaran sosial saya, bisa dibilang luntur, hilang, dibutakan nafsu. Apakah karena tak ada ruang mengekspresikan diri lagi, ah itu alasan saja membenarkan ketidakmampuan menghadapai iming-iming besarnya keuntungan materi dari sebuah "gambar".
Tentu, nilai selembar kertas dari goresan pensil saya dua tahun lalu berbeda dengan sekarang. walaupun belum seberapa angkanya, tapi sudah naik signifikan saya bilang. Jika goresan pensil bukan untuk "pelanggan" tadi mungkin nilainya secara materi tidak ada, karikatur sebuah opini, atau kartun yang mengangkat ironi peristiwa dewasa ini agaknya tak bernilai bagi sebagian kalangan yang apatis. Bernilai hiburan jika iya. Mungkin berbeda dengan goresan karikaturis media nasional. Kalo punya saya mah apa tuh. hihihi... selain bernilai sosial, hiburan, si karikaturis juga bisa tetap memenuhi kebutuhan logistiknya.
Ini adalah bagian dari sebuah proses yang saya jalani. Mengenai konsistensi berada di jalur yang benar tidak mudah, dibutuhkan rambu-rambu juga yang bisa mengingatkan nalar kesadaran sosial agar terus hidup dan mengihidupi. Saya rasa saya belum menjadi saya yang sadar akan hal hal itu, tapi dengan terus belajar saya kira ujung pensil saya akan menemukan jalannya sendiri. Semoga!
Dulu, saya suka mengkritik dengan goresan pensil, kini pensil saya makin tumpul tak bernilai kecuali bernilai bagi sebutan "pelanggan" . Tidak ada lagi perubahan sosial yang pernah dulu ada dalam cerita kartun dan karikatur saya. Apa karena terlalu banyak mengurusi perut, jadi kesadaran sosial saya, bisa dibilang luntur, hilang, dibutakan nafsu. Apakah karena tak ada ruang mengekspresikan diri lagi, ah itu alasan saja membenarkan ketidakmampuan menghadapai iming-iming besarnya keuntungan materi dari sebuah "gambar".
Tentu, nilai selembar kertas dari goresan pensil saya dua tahun lalu berbeda dengan sekarang. walaupun belum seberapa angkanya, tapi sudah naik signifikan saya bilang. Jika goresan pensil bukan untuk "pelanggan" tadi mungkin nilainya secara materi tidak ada, karikatur sebuah opini, atau kartun yang mengangkat ironi peristiwa dewasa ini agaknya tak bernilai bagi sebagian kalangan yang apatis. Bernilai hiburan jika iya. Mungkin berbeda dengan goresan karikaturis media nasional. Kalo punya saya mah apa tuh. hihihi... selain bernilai sosial, hiburan, si karikaturis juga bisa tetap memenuhi kebutuhan logistiknya.
Ini adalah bagian dari sebuah proses yang saya jalani. Mengenai konsistensi berada di jalur yang benar tidak mudah, dibutuhkan rambu-rambu juga yang bisa mengingatkan nalar kesadaran sosial agar terus hidup dan mengihidupi. Saya rasa saya belum menjadi saya yang sadar akan hal hal itu, tapi dengan terus belajar saya kira ujung pensil saya akan menemukan jalannya sendiri. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar