Dua puluh enam jam yg lalu saya berada di rumah, tempat singgah sementara. Kemarin pagi tepatnya saya berangkat pulang ke rumah di desa untuk urusan yang saya anggap penting. Dan sore ini sudah move lagi berangkat ke kota karena tak ingin meninggalkan kuliah esok pagi dan beberapa agenda kegiatan lain yang sudah menanti kepergian saya.
Ah, terlalu singkat ternyata dua puluh enam jam itu. Hanya cukup untuk merakit komputer yang baru saya beli seminggu yang lalu untuk adik, tidur sejenak melepaskan lelah perjalanan, berkumpul satu keluarga, menikmati pecek lele sambal tomat bersama pagi hari, jalan santai. mengajari adik tentang dasar-dasar ilmu komputer, dan saya harus cepat berkemas lagi. Praktis saya hanya sehari semalam berada di rumah. Tapi itu sudah cukup. Cukup untuk membasahi keringnya kerinduan saya dengan keluarga.. Hihihi..
Tapi, memang seperti itu hukum yang berlaku di dunia. Yang Ngecat lombok dan yang Ngecat langit sepertinya sengaja menciptakan, mensesain dunia sebagai tempat singgah sementara seperti laiknya rumah. Saya seperti diingatkan kalau jangan keenakan di "rumah" (baca:dunia). Bersantai, banyak tidur, melakukan hal yang tak berguna, lupa mempersiapkan pembangunan rumah setelah mati karena terlalu sibuk mendesain rumah sebelum mati.
Move, move, dan move lagi. Kita selalu terus bergerak. Pergi dan pulang. Rumah jadi tempat singgah sementara. Jujur, saya orangnya mudah krasan (betah) tinggal dimanapun. Jadi mungkin itu yang mendorong saya males kalau sudah berada di rumah, termasuk rumah orang lain. Jadi ya gimana, ada untungnya karena gak repot kalau diajak nginep kemana-mana. Tapi, kalo sudah nginep ga mau pergi. Hhe...
Sambil saya memikirkan bentuk rumah masa depan saya seperti apa, saya mulai meluncur ke tempat singgah saya selanjutnya-Kamar Kost.
Bismillah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar