Senin, 27 Juni 2016

Toleransi



Apakah sudah menjadi habitus orang Indonesia bahwa kita terbiasa menolerasi keterlambatan? Mungkin saja terlalu permisif. Padahal saya pikir disiplin lebih menguntungkan kita dan pekerjaan kita. Benar saja, akhir-akhir ini saya sebenarnya sedang lelah berpikir. Saya selalu mencari pembenaran atas sikap saya menunda terhadap waktu agar jadi alasan untuk berada di zona nyaman. Saya mungkin lupa bahwa walaupun saya sedang istirahat, pikiran saya tak pernah istirahat untuk berpikir. Sudah! Maafkan saya. 

Kemarin ada seorang kawan yang minta bantuan saya untuk nggambar di tempatnya, saat kita janjian di tempatnya, saya bergegas mengusahakan agar tepat waktu, eh dia malah ketiduran. Katanya. Saya tinggal deh akhirnya. hhe.. karena beberapa menit saya menunggu dan menghubungi dia tapi nggak ada jawaban (lah wong tidur).

 setiap orang punya kesibukan masing-masing, kalau kita menghargai sebuah janji, kita akan dihargai oleh waktu. Kebiasaan menoleransi keterlambatan, menyepelekan janji harusnya jadi sebuah evaluasi. Apakah saya orang yang sombong?

Selasa, 21 Juni 2016

Salah Alamat



Kemarin saya ngirim sketsa via jasa ekspedisi tapi gagal terkirim. Gara-garanya alamat tujuan yang saya tulis tidak lengkap. Entah sedang capek atau ngelamun, padahal alamat yang diberikan customer saya sudah lengkap tapi ini saya nulisnya nggak lengkap. Mana tau yang ngirim kalau hanya ada nama, no hp trus alamatnya Cuma ada akronim nama gedung nggak ada nama jalan. Hadeh.. Akhirnya barang telat sampai tujuan setelah customer mengonfirmasi kiriman saya. Astaghfirullah.. alamat tidak lengkap! Pantes nggak ada laporan barang diterima dari seminggu kemarin.
Tujuan kita dalam menjalani kehidupan mungkin juga seperti itu ya. Kadang muncul pertanyaan di benak sendiri, kenapa impian yang kita hendak tuju tak kunjung sampai? Mungkin karena alamatnya tidak lengkap! Tujuannya kurang detail! Jadi alam pikiran pun bingung menerima sebenarnya kamu mau mau kemana sih di dunia ini? Mau ngapain aja? Nggak jelas.
Saya terkadang susah sekali kalau diajak berpikir yang detail. Tapi semenjak belajar lukis saya terpaksa terbiasa untuk bersabar dalam detail? Suatu karya sketsa yang utuh juga terbentuk dari detail-detail. Cara menikmati dan proses berimajinasinya saja mungkin yang pakai mikir abstrak. Dan senangnya kalau habis selesai bikin karya, saya jadi mengamati lamat-lamat detail sketsa saya. Sambil kadang bergumam, “iya ya kalau nggak ada detail gini bakal keliatan beda, coretan dikit aja bisa mempengaruhi point of view di sketsa scribble”. Hehe..

Kamis, 16 Juni 2016

Tentang Niat



Bulan Ramadhan gini waktu yang paling pas buat berlomba mencari kebaikan. Sebab katanya Nabi sih satu kebaikan bakal berlipat ganda misal dilakukan di bulan suci seperti ini. Orang jadi berbondong-bondong buat ke masjid, jamaah maghrib, isya, dan subuh jadi makin rame dari sebelumnya (di luar bulan ramadhan). Nah, kebaikan yang sifatnya ibadah rutin seperti shalat itu kok menurut saya telah jadi trend saja ya. Kasusnya shalat berjamaah tadi, istilahnya hanya terjadi satu bulan saja, setelah lebaran? Balik lagi, sepi. Eh ini saya cerita di tempat saya.. mungkin berbeda dengan tempat sampeyan. Hhe.. 

Saya sebut trend kenapa? Ya kaya booming batu akik kemarin, orang-orang seketika pakai akik semua. Ramadhan tiba, eh orang-orang jadi banyak yang pakai gamis, pake kopyah ramein masjid. Dan itu sama-sama terjadi sesaat saja. Akhirnya semacam jadi sebuah fenomena. Lagi ngetrend batu akik, akik jadi mahal. Lalu hilang seketika, orang jualan akik yang ramai tiba-tiba di pinggir jalan kemarin, sekarang kemana?

Orang-orang yang jamaah di masjid saat bulan Ramadhan kemarin, sekarang kemana? Masjid kemudian sepi kembali.. (eh yang ini harusnya ditulis pas setelah lebaran saja. Hhe..)
Yang nulis ini juga masih sedang belajar. Belajar meluruskan niat. Niatnya bukan sok komentar.. 
Bukankah niat satu kebaikan dihitung sebagai pahala? padahal belum dilaksanakan. Mungkin ibadah niat ini yang paling enak ya. hhe.. Tapi susah sih.. jangan-jangan misalnya kita pergi ke masjid hanya untuk nyari takjil gratis, jangan-jangan hanya ingin dilihat oleh orang lain. dan seterusnya.

Ya, ini hanya otokritik terhadap diri sendiri. Supaya terpacu untuk jadi lebih baik. Minimal dari hari kemarin. Hhe.. berawal dari memperbaiki niat.

Selamat berpuasa..