Minggu, 31 Agustus 2014

Orang Miskin



“Orang miskin adalah mereka yang bekerja untuk gaya hidup mewah” -Jose Mujica

Beberapa hari yang lalu, di dalam kolom opini harian Jawa Pos edisi 22 agustus berjudul “presidenku rakyat termiskin” terdapat sepenggal kisah mengenai orang termiskin di dunia, Selang beberapa hari, saya menemukan esai  yang berjudul “Bukan Si Miskin” karya Goenawan Mohamad (GM). Terinspirasi oleh tulisan pak GM yang menyebut-nyebut nama Jose Mujica, menuntun tangan saya untuk mengetikkan sebuah nama itu di papan pencarian Google. 

Ternyata nama itu begitu popular, mengapa saya tak pernah tau tentang nama itu? Pikir saya.. ah ini akibat gejala sindrom malas baca! 

Anthony Hopkins


Sabtu, 30 Agustus 2014

Es Dawet Challenge




        Fenomena ice  bucket challenge kini kian menyebar ke seantero negeri. Tantangan itu sekarang lagi nge-trend di kalangan artis luar negeri, seluruh dunia bisa mengetahuinya karena media. Tantangan disiram air dingin itu unik, idenya simpel. Siapa saja yang sudah disiram, ia harus mengajak tiga orang temannya untuk melakukan tantangan ini. Jika tidak berani, ia diwajibkan menyumbang uang. Dan aksi guyur air es ini kini sudah mengumpulkan jutaan dolar. Aksi disiram air es ini ditujukan menggali dana  untuk pengobatan penderita penyakit ALS (Amytrophic Lateral Sclerosis) di dunia.ALS merupakan penyakit yang menyerang saraf motorik (gerak). Menurut para ahli, orang yang mengidap penyakit ini kecil harapan bisa disembuhkan. Penderitanya semakin hari saraf motoriknya mengalami degenerasi sehingga mengalami kelumpuhan.  
Di Indonesia ada nggak ya aksi serupa tapi yang versi Indonesi?. Kalau di amerika pake air es, di Indonesia harus mengangkat tema kearifan local dong pastinya. Misalnya disiram pakai es dawet, hi hi hi.. tapi itu mubadzir jadinya. 

Najwa Shihab




Jumat, 29 Agustus 2014

Memberi hadiah kepada diri sendiri

            Siapa yang tidak suka diberi hadiah? Saya kira tidak ada. Hadiah tidak hanya digunakan untuk memotivasi anak kecil, hadiah juga efektif digunakan untuk orang dewasa. Hadiah tidak melulu  berasal dari orang lain kok. Hadiah juga bisa dari diri sendiri untuk diri kita sendiri.
Saat ini saya sedang belajar menulis. Metode yang saya gunakan yakni menggunakan sebuah mantra hebat yang saya buat sendiri. Begini mantra yang saya ucapkan beberapa hari yang lalu itu. “Saya harus  menulis setiap harinya, apabila saya tidak menulis sama sekali dalam sehari, saya harus membayar uang sebesar sepuluh ribu rupiah. Dan apabila saya menulis, saya mendapat uang lima ribu rupiah dari diri saya sendiri.” Hi hi hi.. mantra seperti itu umumnya disebut sebagai afirmasi. Afirmasi dapat diartikan sebagai mantra atau sugesti diri. Dengan kata lain bermakna berkomunikasi kepada driri sendiri dengan penuh perasaan dan emosi. Oke, kita kritisi dulu mantra saya itu tadi. Pertanyaannya, uang untuk membayar itu darimana? lalu, kalau lagi nggak punya uang bagaimana?
Ah Sudahlah. Itu urusan saya! Hi hi hi..

Selasa, 26 Agustus 2014

KRSan


KRS (Kartu Rencana Studi), saya yakin hari ini kata itu jadi kata paling disebut-sebut di social media. Lebih tepatnya disebut-sebut oleh puluhan ribu pemuda yang kuliah di universitas tempat saya kuliah, Universitas Brawijaya (UB). Pasalnya hari ini (26/8) UB secara resmi membuka akses sistem akademiknya setelah beberapa hari yang lalu tidak aktif karena sedang bersiap mengahadapi ritual setengah tahunan, yakni KRSan. Begitulah teman-teman saya menyebutnya. Sudah menjadi kewajiban memang pihak universitas memberikan pelayanan akademik bagi para mahasiswanya yang secara profesional efektif dan efisien. Sehingga kemudian dibuatlah sistem pengambilan KRS online. KRS online ini hanya salah satu fitur dari Sistem Informasi Akademik  Mahasiswa (SIAM) di UB yang memberikan fasilitas bagi mahasiswa perihal akademik, sebagai pusat informasi akademik, termasuk merencanakan program kegiatan studi mahasiswa. Yakni merencanakan mata kuliah apa saja yang akan diambil pada setiap semesternya, serta merencanakan jadwal kuliah mereka sesuai keinginan.
Sebab itulah mengapa situs www.siam.ub.ac.id ini selalu sibuk pada hari-hari dimana mahasiswa sedang KRSan. Wajar saja bila pihak universitas  ‘kewalahan’ menangani KRS online ini karena memang kita tahu jumlah mahasiswa UB ini yang paling banyak se Indonesia. Tapi saya kira bukan itu penyebab utamanya. Kalau pihak menyadari bahwa memang siap menampung, mengelola kampus dengan sejarah besar ini seharusnya sudah siap secara profesional dalam kinerjanya. Setiap tahun, mahasiswa harus bersabar melakukan KRS online ini jika tiba-tiba SIAM tidak mudah diakses dengan lancar. Penyebabnya semua mahasiswa seolah berebut mendapatkan kelas yang sesuai dengan keinginannya dalam waktu yang bersamaan dengan jangka waktu yang singkat. Kalau saya ibaratkan, mahasiswa-mahasiswa ini seakan berebut memasuki satu ruangan yang sempit lewat satu pintu yang sama, persis ketika teman-teman saya memasuki ruangan ujian. Saat pembawa kunci ruangan ujian sudah tiba, kami mengerumuninya. Dan setelah pintu dibuka, Bruull… semua berdesakan masuk ruangan. Mungkin karena kata-kata ini masih ada dalam otak mereka bahwa “posisi menentukan hasil akhir.” Tempat duduk menentukan nilai yang akan di peroleh. Dan mendapat kelas dengan dosen idaman adalah impian, maka siapa cepat dia dapat. Jadwal kuliah yang sesuai harapan dengan dosen yang ramah terhadap pemberian nilai tinggi laiknya sesuatu yang wajib diperjuangkan sampai tetes keringat terakhir. Saya membayangkan, coba kalau tidak berebut, pasti tidak akan begini KRSan saya, lemmoot… hi hi hi
Saling berebut memang seninya mahasiswa saat ini. Gak hanya soal jadwal kuliah, soal pacar pun juga. Heh.. maaf tulisan saya keluar dari rel nya.
Kembali ke topik. Kenapa berebut? karena ada hasrat ingin mendahului, setiap manusia memiliki nafsu itu. Dan benar, nafsu itu akan membawa penderitaan pada kita, kalau kita terus menurutinya. Bayangkan kalau nafsu atau keinginan itu tidak terpenuhi, paket penderitaan itu akan datang. Akan ada kekecewan yang muncul akibat terjadinya gap antara keinginan dan kenyataan. Lihat saja teman-teman saya yang stres setiap KRSan, kepinginnya cepet, jadwal sesuai harapan, dapat dosen yang enak, dan bisa satu kelas sama dia terus. Hhe.. tapi kenyataannya, bidang kotak bercahaya itu ngomong, “maaf  sistem sedang kami perbaiki, coba beberapa saat lagi.” Faiiiikkh.. “Ku banting Kau!” "tapi masih untung kau ini milik warnet, jadi ku urungkan niat itu." Hi hi hi.. mungkin begitu jadinya ya. Kalau saya sih santai saja,  sembari buka SIAM, memasukkan kode mata kuliah, saya ngetik tulisan ini. Kalau enggak, wah takutnya saya juga banting laptop tanpa sadar. Hhe..
Hei, teman-teman.. apa kalian sudah selesai KRSannya? Selamat berjuang.
Ngomong-ngomong, saya belum dapat kelas sama sekali nih!
01.00 WIB


Senin, 25 Agustus 2014

Kulkas ini penyimpan pakaian



Menurutmu ini aneh? Saya kira tidak aneh, unik malahan. Lazimnya kulkas atau lemari pendingin memang digunakan banyak orang untuk menyimpan makanan dan minuman agar dingin atau supaya awet. Tentu beda dengan kulkas yang saya punya. Kulkas saya gunakan untuk menyimpan pakaian. faik!
Kalau anda bilang saya yang orang aneh terserah. Hi hi hi.. Lemari ini baru saya buat pagi tadi. Ceritanya pemilik rumah di tempat saya kos ini beli kulkas rusak itu untuk di Perbaiki kerusakannya dengan harapan bisa dijual kembali. Tapi, eh ternyata kerusakan kulkas itu parah. Jadi butuh banyak biaya untuk perbaikannya. Akhirnya dihibahkanlah barang bekas itu kepada saya supaya bisa jadi barang yg lebih berguna.

Bukan tanpa alasan ide itu muncul, sebagai mahasiswa yg hidupnya serba pas-pasan. Saya harus pikir-pikir membeli lemari baju. Untuk makan saja susah, apalagi beli lemari. Itu sebabnya tidak ada lemari baju di kamar saya selain seperangakat meja komputer yang saya sulap jadi lemari baju dulu. Dengan sedikit modifikasi dan pembersihan, alhasil, lemari es itu jadilah lemari pakaian. Kini lemari baju saya jadi lebih besar dan tampak seperti lemari sungguhan. Tepatnya persis Lemari es. Wow

Untunglah saya ini tinggal di tempat servis elektronik, banyak barang bekas yang terpakai dan kemudian sering saya manfaatkan. Pemiliknya pun mengizinkannya. Saya jadi merasa orang paling beruntung. Alhamdulillah...

Mengenai kreativitas, saya jadi teringat kutipan dari Rosokcraft-komunitas yang terkenal memanfaatkan barang rosok jadi mainan itu- bahwa "jika kita mengoptimalkan kemampuan otak kita, apapun bisa menjadi sebuah karya." Maksud saya dalam hal ini, keterbatasan kita tak harus dijadikan alasan  gagalnya sebuah proses. Ada pepatah populer mengatakan Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada lemari pakaian, kulkas pun jadi. Hi hi hi...

Jangan ditiru ya..



Minggu, 24 Agustus 2014

Back to the Table Behind

Awalnya tulisan ini ingin saya beri judul back to school atau back to campus.Tapi, ah.. itu terlalu biasa dan mainstream kedengarannya. Apa boleh buat saya harus menekan tombol backspace kemudian mengetikkan beberapa kata yang kurang lebih dapat mewakili isi tulisan saya ini. Pakai bahasa inggris pula, biar kelihatan keren. (padahal belajar supaya nggak bodoh banget bahasa inggrisnya) Hhe…

Alasan kedua setelah saya pikir, school (sekolah) nggak relevan lagi buat saya karena saya kini sudah putus sekolah. Oke, saya kuliah bukan sekolah. Pagi ini saya berangkat kembali ke kota perantauan yakni di Malang. Setelah sekian lama libur kuliah, kurang lebih sekitar dua bulan di rumah, saya harus bergegas lagi kembali mengisi hari-hari di tanah orang ini. Memang jadwal masuk kuliah masih kurang dua minggu lagi, tapi saya niatkan buat daftar ulang dan agenda penting khas mahasiswa yang kesannya sok sibuk. Banyak tugas di depan mata yang sedang menunggu giliran untuk dikerjaan, mulai dari hal yang remeh temeh seperti rutinitas mencuci,(yang tidak biasa dilakukan sendiri ketika berada di rumah). Hingga rutinitas si mahasiswa kura-kura alias kuliah rapat- kuliah rapat. Kamar kos juga sedang menanti untuk dibersihkan paska ditinggal si penghuninya yang mudik. Huh.. mungkin aktivitas itu akan kurindukan nanti saat menua. 

Setali tiga uang dengan ribuan bahkan mungkin puluhan ribu mahasiswa- yang melakoni hal serupa dengan saya. Para mahasiswa itu berduyun-duyun akan meramaikan kota ini. Toko-toko kelontong, warung makan, angkringan akan penuh sesak kembali seiring dengan jadwal tahun ajaran baru 2014/2015. Pemandangan sehari-hari yang membosankan mata itu, akan mewarnai hari-hari saya kedepan. Bagi mahasiswa baru yang diterima di universitas yang berada di Malang, saya ucapkan selamat datang, selamat menikmati udara kota ini yang kian hari kian panas, dan kalian lah penyebabnya. Sadarkah kau akan hal itu? Hhe.. Oke, saya juga termasuk di dalamnya. Selamat belajar dan selamat mencari apa yang kau cari di kota ini, semoga kamu menemukannya. Sudah waktunya kembali ke belakang meja. 

Dan saya juga akan tetap berada di belakang meja sembari mengetik tulisan ini.   

Sabtu, 23 Agustus 2014

Karikatur Walt Disney







Didi Petet










Tukul Arwana








Karikatur Adolf Hitler










R.I.P Robin William














Karikatur Pramodya Ananta Toer









sketches




Bersahabat dengan Risiko


Saya tidak tau apakah memang tidak ada di dunia ini yang tidak punya risiko.Bahkan mati pun berisiko, bagi yang percaya kehidupan setelah mati, masalah surga ataukah neraka yg menjadi balasan setelah apa yang telah diperbuat di dunia. 

Setiap bangun tidur kita ditanya apakah kita melanjutkan tidur atau bangun dan melanjutkan aktivitas sepertibe kerja, pergi ketempat kerja, di jalan raya berisiko menghadapi kemacetan, apabila terburu-buru sehingga ngebut di jalan risikonya nyawa melayang. Dan setiap apa yang kita lakukan iturisiko selalu jadi bayangannya. Tentu akibat yang baik bukan disebut risiko, melainkan manfaat.

Pagi ini saya dihadapkan pekerjaan yang juga berisiko.Saya di minta mengantar telur ke tengkulak yang jarak nya tidak terlalu jauh dari rumah dengan menggunakan sepeda motor. Hal itu menjadi biasa jika jumlah telur itu sedikit, tetapi tadi pagi bapak saya meminta membawa tigaratusbutirtelur, jika dihitung ada sekitar sepuluh tril(tempat telur) atau sepuluh tingkat. Biasanya dalam satu tril itu berisi tiga puluh butir telur. Jumlah yang tidak biasa, pikir saya. Tetapi mumpung selagi di rumah, saya amini saja permintaan bapak, nggak ada salahnya saya membantu pekerjaan orang tua. Otomatis saya telah mengambil risiko dari pekerjaan itu. Bayangkan saja jika saya ceroboh di jalan, telur-telur itu bisa pecah.Jika itu terjadi, itu sama artinya pekerjaan bapak selama beberapa hari mengumpulkan telur itu sia-sia, tidak dibayar. Takutnya, saya malah di pecat jadi anaknya,he..he..he..Itu adalah kemungkinan terburuknya. Cukup besar juga beban mental yang harus saya emban hari ini.

Jumat, 22 Agustus 2014

Obrolan bersama karang


Nasihat

Pun wajahmu masih seperti dulu
Berdiri tegak batu-batu karang
Dentuman ombak laut selatan itu
Menghujam
Di semenanjung Papuma
Duduk di tepi tebing
Dengarkan ceramah batu karang berkisah

Jangan jadi hipokrit
Tampak kuat tapi terkikis
Berani tapi banyak berapologi

Aku benci nasihat angkuh itu
Angin menyapa tak ramah
Laut yang terbentang menantang
Seperti tercampak di barak tahanan
Aku diadili!

Aku beringsut
Kering bak belukar kepanasan
Sejak kemarau kemarin
Air meriak membenturkan pada laut
Suaranya menggema
Lalu terdiam


Awan pergi habiskan masa
Rona senja telah merayap

Kapan lagi kita dapat bersua?


Tanjung Papuma, 6 Agustus 2014