Jumat, 05 Agustus 2016

Buku Digital

Abad 21 adalah buku digital bagi setiap orang. Saya temukan ungkapan itu dari film Captain Amerika. Ya bagaimana lagi, lah wong  catatan sipil mengenai siapa kita (daftar riwayat hidup) semua ada dalam catatan digital. Sampai catatan keseharian kita mungkin semuanya terekam dalam jejak digital pula—media sosial misalnya facebook, instagram, path, snapchat, blog dll. Istilah menulis pada harfiahnya telah bergeser pada kegiatan mengetik, bukan menulis—tulisan tangan.

Apakah memang sudah seharusnya semua orang harus punya buku digital yang berisi detail kehidupannya sehingga nggak ada lagi yang nggak dicatat? Saya jadi membayangkan semisal ternyata para malaikat—yang bertugas mencatat amal perbuatan kita—sebenarnya telah lebih dulu melakukan ini. Sehingga tugas mereka yang mencatat detail seluruh apa yang kita perbuat di bumi ini telah kita ambil alih. Dan malaikat itu mungkin—karena kita tidak tahu—sebenarnya mencatat dalam “buku digital” versi mereka tentang diri kita. Saya jadi ingat dulu muncul sebuah pertanyaan masa kecil saya tentang malaikat, ketika masih di lingkungan taman alquran, “malaikat itu kalau mencatat pakai tinta pena juga ga ya?” Hhe..

Bedanya, buku digital yang kita tulis sendiri adalah citra diri yang menunjukkan kita sebagai ide kita tentang diri kita ingin dilihat seperti apa. Sedangkan buku yang ditulis malaikat tadi, adalah seluruh isi sebenar-benarnya kita ketika kita hidup di dunia, berisi seluruh catatan baik dan buruk secara mendetail tentang diri kita yang sebenarnya tanpa distorsi.

Hari ini, sudahkah kita membuat catatan digital yang baik bagi diri sendiri & orang lain?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar