Abad 21 adalah buku digital bagi setiap orang. Saya temukan
ungkapan itu dari film Captain Amerika. Ya bagaimana lagi, lah wong catatan sipil
mengenai siapa kita (daftar riwayat hidup) semua ada dalam catatan digital. Sampai
catatan keseharian kita mungkin semuanya terekam dalam jejak digital pula—media
sosial misalnya facebook, instagram, path, snapchat, blog dll. Istilah menulis
pada harfiahnya telah bergeser pada kegiatan mengetik, bukan menulis—tulisan tangan.
Apakah memang sudah seharusnya semua orang harus punya buku
digital yang berisi detail kehidupannya sehingga nggak ada lagi yang nggak
dicatat? Saya jadi membayangkan semisal ternyata para malaikat—yang bertugas
mencatat amal perbuatan kita—sebenarnya telah lebih dulu melakukan ini. Sehingga
tugas mereka yang mencatat detail seluruh apa yang kita perbuat di bumi ini
telah kita ambil alih. Dan malaikat itu mungkin—karena kita tidak tahu—sebenarnya
mencatat dalam “buku digital” versi mereka tentang diri kita. Saya jadi ingat
dulu muncul sebuah pertanyaan masa kecil saya tentang malaikat, ketika masih di
lingkungan taman alquran, “malaikat itu kalau mencatat pakai tinta pena juga ga
ya?” Hhe..
Bedanya, buku digital yang kita tulis sendiri adalah citra
diri yang menunjukkan kita sebagai ide kita tentang diri kita ingin dilihat
seperti apa. Sedangkan buku yang ditulis malaikat tadi, adalah seluruh isi
sebenar-benarnya kita ketika kita hidup di dunia, berisi seluruh catatan baik
dan buruk secara mendetail tentang diri kita yang sebenarnya tanpa distorsi.
Hari ini, sudahkah kita membuat catatan digital yang baik
bagi diri sendiri & orang lain?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar