Minggu, 07 Agustus 2016

Waktu Berlari

Dua tahun ini saya harus belajar keras untuk bisa menguasai bahasa asing—bahasa inggris. Yap, ini bukan karena tuntutan jaman juga karena persaingan global, atau malah buat gaya-gayaan pakai bahasa inggris. Ada motif yang menarik bagi saya belajar bahasa inggris ini. Kalau dari belajar sedikit-sedikit tentang bahasa, ternyata konteks bahasa kita (bahasa indonesia) ini tidak terpaut dengan persepsi waktu. Berbeda dengan bahasa inggris, ada tenses-nya. Trus memang apa pengaruhnya?

Begini, saya pernah bertanya-tanya kenapa ya stigma yang muncul pada bangsa Indonesia itu (dalam konteks penghargaan terhadap waktu) dianggap sebagai bangsa pemalas? Ya ada yang berseloroh negeri kita kan kaya, tanpa harus kerja keras kita juga masih bisa makan, bedalah misal sama stigma dari bangsa Amerika yang rajin (sangat menghargai waktu). Nah.. dari segi bahasa ternyata kalau kita perhatikan juga ikut mempengaruhi pandangan kita—manusia yang terlahir sebagai bangsa Indonesia—terhadap realitas. Termasuk pandangan kita mengenai waktu.

a clock runs” (waktu berlari) orang Amerika bilang.
“waktu berjalan cepat” kita bilang.
Secepat-cepat orang berjalan kan masih lebih cepat orang berlari. Bahasa yang kita gunakan menunjukkan tentang persepsi terhadap waktu. Mungkin itu juga menyebabkan kita cenderung lebih sering suka mengulur waktu ketimbang bergegas-gegas dalam memanfaatkan waktu. “woles bro
“language is a guide to ‘social reality’”. Tulis  Edward Sapir menjelaskan hubungan antara bahasa dan proses berpikir. Bahasa adalah pandu realitas sosial, bahasa secara kuat mengkondisikan pikiran kita tentang masalah dan realitas sosial. Dia menyatakan, tidak ada dua bahasa yang cukup sama untuk dianggap mewakili kenyataan sosial yang sama. Artinya dari teori itu bisa kita tarik bahwa sebenarnya pandangan kita tentang segala aspek kehidupan ini dibentuk oleh bahasa, dan karena ada banyak macam bahasa yang berbeda, persepsi kita tentang dunia  akan berbeda juga.

Padanan kata dalam satu bahasa juga menunjukkan sesuatu yang disimbolkan melalui bahasa itu dianggap penting dalam peradabannya. Misal kita orang jawa, mengenal banyak istilah mengenai padi. Ada gabah, kepak, beras, nasi, karak, katul karena padi itu makanan pokok yang erat dengan peradaban kita, sedangkan di Inggris, hanya ada kata “rice” untuk menyebut semua bentuk padi tadi. Karena ya mereka nggak makan nasi setiap hari ya. Hhe..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar