Beberapa hari lalu wacana pemberlakuan full day school atau istilah yang dipake nyebut sekolah seharian
mendapat perhatian publik di media dan sempat jadi viral. Wacana yang
dilontarkan Menteri Pendidikan & kebudayaan, Muhadjir Effendy selang
beberapa hari setelah dia baru dilantik itu akhirnya dicabut. Mungkin karena
wacana itu menimbulkan polemik di masyarakat.
Masalah pendidikan di Indonesia memang kompleksitasnya sudah
tinggi. Jadi ya nggak bisa mengurai benang kusutnya main gebrak sana gebrak
sini. Hm, walaupun saya bukan ahli pendidikan, bukan pula pejabat yang
berkecimpung di dunia pendidikan, bolehlah saya kiranya menyampaikan komentar,
pandangan saya di blog saya ini. Hhe..
Saya cukup mengapresiasi langkah yang diambil Pak Muhadjir, (mantan)
rektor Universitas Muhammadiyah terlama itu. Sebab setelah beliau dilantik,
beliau memilih langsung tancap gas. Jebrett...misal diparodikan dalam dialog
imajiner antara pak menteri dan adik saya, mungkin begini jadinya,
Pak Menteri: "Ji, (Panggilan
untuk Aji) kamu kesini, bapak mau kasih tau kamu sesuatu".
Adik Saya: "Saya pak?".
Pak Menteri: “Ji, gimana
misalnya kalau kita sekolah sampai sore? Kan papa & mama kamu belum pulang
kerja jam segini? Kamu juga biar nggak maen terus yang enggak-nggak di luar
sana”.
Adik saya: “Oh bapak nggak
tau ya, papa & mama saya kan nggak kerja kantoran yang pulangnya mesti sore
menjelang malam? Trus misal sekolah pulang sampek sore apa uang jajan saya
bertambah pak? Belum lagi semisal saya pulang sekolah harus mengaji berarti
misal semuanya sekolah sampai sore, TPQ-TPQ di seluruh Indonesia jadi bubar
dong pak? Apa mau TPQnya semua dipindah ke sekolahan? Trus saya nggak bisa
bantu bapak saya di rumah dong buat kasih makan ternak? Emang bapak darimana taunya
kalau kebanyakan anak SMP se-usia saya di luar sekolah nggak ada kegiatan alias
gabut, nggak ada aktivitas selain menunggu kedatangan orang tua pulang
kerja? Mungkin bapak taunya cuma anak kota yang papa-mamanya kerja kantoran ya
pak? Lagipula walaupun nggak ada kebijakan full day school saya sudah full day
school kok pak, saya aktif di ekskul sepakbola. Dan terakhir pak, saya menyebut dua
orang tua saya dengan sebutan bapak-ibuk bukan papa-mama”.
Pak
Menteri: .....?????????
Singkat cerita, setelah ngobrol sama adik saya, akhirnya Pak
Menteri mencabut wacananya. Hhe
Saya nggak ngerti tentang teori pendidikan dan bagaimana
menerjemahkan ke dalam kebijakan yang baik. Tapi secara sadar, tepat atau tidaknya
kebijakan yang dibuat itu dikatakan tepat sasaran, cara yang paling gampang untuk
mengujinya adalah membenturkannya dengan si objek yang terlibat langsung dengan
kebijakan. Saya yakin, mayoritas yang waras juga akan berpikiran demikian.
Kalau menurut sampeyan gimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar