Minggu, 17 Mei 2015

Ngobrol dengan Buku

Berapa buku yang anda habis baca dalam setahun? Lima, sepuluh, dua puluh, tiga puluh atau lima puluh buku?

Pertanyaannya sebetulnya bukan terkait berapa huruf, kata, kalimat yang masuk ke dalam otak melalui indera kita. Tapi seberapa kita berminat atas setiap huruf yang terangkai jadi kata, lalu kata teruntai jadi kalimat saat membaca? Tidak semua orang membaca dengan minat. Maksud saya membaca dengan memberikan ruh di setiap kalimatnya. Mencoba berdiskusi dengannya, tentu hanya secara imajiner belaka. Kira-kira sampai pada maksud si penulis buku atau bacaan yang dibaca. Saya suka membaca ketika sudah mencari informasi si penulisnya. Jadi ketika membaca, saya membayangkan seolah sedang ngobrol dengan penulis/ orangnya. Biasanya informasi tentang penulis ada di halaman terakhir buku. Jadi saya awali dengan membuka halaman terakhir dulu sebelum masuk ke dalam isi buku. Ini soal cara, setiap orang punya caranya sendiri.

Saya suka ngobrol. Tapi bukan ngobrol dengan lembaran-lembaran naskah yang dijilid jadi buku itu. Hhi…


Selamat Hari Buku

Sabtu, 16 Mei 2015

Takjub

Perjalanan  itu dilakukan  malam hari, kurang dari satu malam, sebuah perjalanan horizontal-vertikal  yang kemudian menjadi kisah yang menakjubkan  sampai sekarang. Takjub karena perjalanan horizontal dan vertical itu hanya dilakukan dengan waktu yang singkat. Sebuah perjalanan spiritual dari masjidil haram ke masjidil aqsa (horizontal) lalu berlanjut ke sidratul muntaha, tempat yang tinggi  (vertikal). Saat itu, secara ilmiah sulit untuk dipercaya perjalanan seperti itu bisa dilakukan. Walaupun percaya sebenarnya kadang tak perlu tahu lebih dulu. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, saya wajib mengimaninya. Tapi, setelah ilmu pengetahuan berkembang, ternyata perjalanan seperti itu sangat mungkin dilakukan. Itu sebabnya kisah itu menjadi inspirasi bagi pengembangan teknologi pesawat supersonik.

Ya, salah satu cara menikmati alam dunia ini adalah dengan takjub. Alangkah sedih misalnya jika saya sudah tidak bisa takjub lagi dengan apa-apa yang menjadi ciptaanNya. Sebuah semiotika (tanda) kebesaranNya.

Setiap tahun, di sekolah saya selalu memperingati perjalanan yang sering disebut isra’ mi’raj itu. Tapi keadaan yang terus berulang itu tak kunjung menimbulkan apa-apa bagi saya. Tak lebih dari sebuah cerita yang ditulis setiap tahun menjai tema dan bahan ceramah ustadz di dalam peringatan. Tidak berarti apa-apa buat saya karena merasa kalau memposisikan Nabi itu bukan manusia laiknya manusia biasa, mungkin kata “manusia langitan” menurut saya saat itu. Sehingga hal itu wajar, dan menjadi biasa-biasa saja. Tidak ada ketakjuban perjalanan yang ajaib bisa dilakukan oleh manusia langitan.

Sampai suatu ketika saya mencari tahu siapa Muhammad-tokoh utama dalam perjalanan mendaki itu- membuka rasa takjub dalam diri saya. Apakah sesuatu yang dianggap luar biasa jika diulang-ulang tanpa pemaknaan akan membuat  menjadi biasa-biasa saja? Ah ini seperti pertanyaan seorang filsuf saja. Tapi pantas saja cerita tentang isra’ mi’raj yang setiap tahun saya dengar lewat ceramah seorang mubaligh di SD, SMP, SMA, atau di lingkungan kampung saya ya seputar itu-itu saja. Tentang perjalanan Rasullullah dari masjidil haram ke masjidil aqsa lalu naik ke langit tujuh menghadap langsung ke haribaan Allah SWT, menerima wahyu secara langsung yakni perintah shalat lima waktu. Praktis jika sampai disitu saja, hal itu tidak menjadi luar biasa. Tidak ada ketakjuban. Saya menuntut ketakjuban

Maka perlu pemaknaan dari suatu kejadian. Kejadian yang memang membutuhkan ruh supaya kita mendapat  hikmah (pelajaran) dari peristiwa (tanda-tanda). Salah satunya adalah memunculkan perasaan takjub.  Di era informasi yang  serba cepat seperti sekarang sepertinya dunia mengalami krisis takjub (pemaknaan). Kita tidak sempat memikirkan sejenak tentang semiotik suatu peristiwa. Alih-alih takjub tentang hal kebendaan.

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami." (QS. Al Isra ayat 1)

Lewat perasaan takjub, berarti kita telah mengimani sebab dari kejadian, mengakui kebesaran Allah SWT. Saya takut kalau sampai tidak punya rasa takjub, karena melihat bahwa bagi Allah itu biasa. Jadi bukan suatu yang istimewa lagi. Bukankah yang seperti itu merupakan suatu kesombongan. Seperti cerita tentang seorang yang sombong ingin melihat wujud Tuhannya. Jangankan melihat Tuhan, untuk melihat jitok (leher bagian belakang) diri sendiri saja tak mampu. Adakah orang yang bisa tanpa alat bantu? Sepertinya kita harus memutar kepala dulu (dalam artian yang sebenarnya) untuk melihat jitok kita itu. Hhe..


Pemaknaan yang sederhana. Tapi sudahkah kita pernah takjub mengetahui peristiwa tanda-tanda itu? Jangan-jangan kita malah melewatkannya.  

Kamis, 14 Mei 2015

Melihat-lihat Kampung Kota


Ruko MX Mall, Jl Veteran, Malang 









Ruang Berruam



Kampoeng Jl. Embong Brantas, Malang 14 Mei 2015

"Jadi apa itu Tubuh tanpa Organ? Tapi kamu sudah di dalamnya, menggeliat seperti kutu, meraba-raba seperti orang buta, atau berlari seperti orang sinting; pengelana gurun dan nomaden stepa. Di dalamnya kita tidur, menghidupi hidup yang terbangun, melawan-lawan dan melawan-mencari tempat bagi kita, mengalami kebahagiaan tak terbilang dan kekalahan hebat; didalamnya kita menerobos dan diterobos; di dalamnya kita mencinta. . .  TtO: ia datang saat tubuh telah berkelebihan organ dan dia ingin menanggalkan, ingin melepaskan."
Deleuze & Guattari, A Thousand Plateaus, 1987. Hal 150

Melihat kampung lalu kota, hidup kecil di kampung lalu besar singgah di kota. Jadi memgagumkan saya atas bangun arsitektur yang saya lihat di kampung dan kota. Di kampung saya melihat kolektivitas, gotong royong. Warganya jadi arsitek, bangun arsitekturalnya tumbuh sporadis. Di kota juga ada kampung. Kampung yang membangun kota. Arus urbanisasi telah jadi bukti kemenangan individualisme yang melazim di kota.

Lucunya, saya telah masuk di separuh penghuni bumi yang terkategori urban itu. Orang yang ingin melihat ribuan plato, melihat design Tubuh tanpa Organ (TtO). Seperti telur dalam proses menjadi. Ia bukan sebuah organisme, juga bukan sebuah organisasi. Melainkan sebuah ruang. Ruang berruam bagi eksperimen organ berlainan dan organisasi yang berlainan.

Liburan minggu ini mau kemana ya, sepertinya saya punya rencana melihat ruang- ruang kampung dan kota. Ada yang punya rencana lain? Barangkali ada yang berwisata spiritual..hhi
Karena ada yang unik hari libur di bulan Mei tahun ini. Tepatnya minggu ini. Dua agama berbeda yang lahir dari bapak moniteisme yang sama (nabi Ibrahim as) merayakan peristiwa penting  di tanggal yang berdempetan. "Kenaikan Isa Almasih" (14/5) dan "Kenaikan Muhammad SAW" (16/5). Mungkin saya juga perlu berziarah sejarah dari peristiwa itu. Hhi..

Selamat berlibur..

Rabu, 13 Mei 2015

Potret Diri

“Yang kau perlukan dalam hidup ini hanyalah ketidaktahuan dan kepercayaan diri, setelah itu keberhasilan pasti datang” - Mark Twain

Bagian tersulit dan menyenangkan kadang menggelikan, kadangpula memalukan adalah melihat diri sendiri. Mengenali diri sendiri, berkenalan dengan diri sendiri membayangakan menjadi diri yang lain lalu berusaha mengenal diri yang kita anggap adalah diri kita sendiri.

Adakah memang benar diri kita adalah yang tampak dan terlihat seperti di cermin itu. Apakah yang kita lihat hanyalah bayangan belaka, lalu yang sebenarnya dari diri kita seperti apa. Kalau jiwa adalah kekal dan abadi, ada bahkan sebelum ia mengisi raga yang bisa rusak lalu mati dan busuk ini, bagaimanakah ia. Apakah kau tentu mengenalinya.

Di kelas public speaking, minggu ini saya dapat tugas untuk mengenal karakter tiga orang teman.
Menyenangkan! Hhe…Tapi, sebelum mengenal orang lain, baiknya saya harus menetapkan bagaimana potret diri saya sendiri. Tentu ini tidak akan mudah. Hadeh… Adakah yang mau membantu saya?

Senin, 11 Mei 2015

Sketsa Pagi



“Ketika matahari terbit, ia terbit untuk semua orang” -peribahasa Kuba

Selamat pagi kau manusia pagi.

Ucapan yang remeh-temeh setiap ketika si Jago mulai berkokok tidak ingin selalu tersampaikan lewat pesan di layar kecilmu. Saya ingin mengetikkan lagi. Tapi, ah mungkin kamu akan bosan. Atau saya yang-mulai bosan mengetikkannya walau sebenarnya ingin mengucapkan. Saya tak akan pernah bosan mengulang salam pagi. Bagi sebagian orang mungkin menjadi terbiasa mengucapkan selamat pagi atau menerima ucapan itu dari orang lain. Karena saking seringnya, ada yang menganggap tidak ada istimewanya antara selamat pagi hari ini, selamat pagi besok pagi atau ucapan selamat pagi kemarin pagi. Tapi saya bersyukur masih bisa mengucapkan selamat pagi setiap pagi. Kadang ada yang hanya saya ucapkan tapi tidak saya tulis dan saya tanda tangani.

Saya ingin belajar dari  matahari-ah ini mungkin sedikit konyol- yang terbit setiap pagi. Sinarnya tetap sama terangnya setiap pagi, pagi yang kemarin, tadi pagi, bahkan besok pagi. Kalaupun kadang kamu melihat pagi yang redup, itu bukan karena ia berkurang cahayanya ke bumi. Tapi kamu menjawab karena ada awan saja yang menghalangi pandanganmu yang disinari. Matahari, sepertinya tak akan pernah bosan memberimu pagi.

Selamat Pagi..

Minggu, 10 Mei 2015

Apakah kita benar-benar memiliki?


Kehilangan sesuatu yang kita miliki pasti sedih rasanya bagi kita, bayangkan saja kalau semisal benda kesayangan pemberian orang yang kita anggap penting, betapa menyesalnya kita karena kejadian itu. Bahkan ketika kita kehilangan uang yang tidak seberapa jumlahnya kadang sampai nangis menyesal. Apalagi kalau kita kehilangan seseorang yang kita cintai, orang-orang di sekeliling kita yang kita sayangi. Bagaimana perasaan kita? Benarkah kita harus menyesali hal itu? Apakah memang sebenarnya kita benar-benar memiliki, maka pantas kita menyesal jika sesuatu itu hilang dari penguasaan kita?.
Ah, ayolah kita menyusuri arti memiliki sebelum menjawab pertanyaan remeh-temeh diatas. Me-milik-i, kata dasarnya milik, dugaan saya kata itu tepatnya merujuk pada bahasa arab, malik yang artinya penguasa atau raja. Kalau kita memiliki sesuatu artinya kita dapat menguasainya sesuai kehendak kita, kita dapat merajainya, dengan kata lain kita bisa berbuat apa saja dengan apa yang kita miliki itu. Dalam kata memiliki terkandung seseorang menjadi. Yang kita tahu selama ini semuanya hanya lah titipan. Titipan Tuhan, semua akan kembali. Pada pemiliknya.


Kita cenderung mengerti tentang pentingnya sesuatu setelah kita kehilangan. Merasa benar-benar memiliki saat kita kehilangan. Tentu karena itu, kita tak harus menunggu kehilangan untuk menghargai sesuatu itu. Selamat Sore..

Sabtu, 09 Mei 2015

Mawar & Black Box

Mawar

Sejam pun
Tak sepatah kata temani
Seperti sepi
Malam berlucut bintang
Keenakan bersemayam
Dalam sangkar empuk
Jadi penakut
Diantara pecundang
Biar ini diriku
Diluar sudah menunggu
Mawar pagi



Black Box
(afrizal Malna)

Nabi kalau n diganti dengan b, dia menjadi babi. tidak nabi
Kalau b diganti dengan n, dia menjadi nani. Tidak babi. Black box.
Kalau b diganti dengan p, dia menjadi napi, tidak nani.
Kalau n diganti dengan r, dia menjadi rabi. Black box.
Kalau b diganti dengan s, dia menjadi nasi.
Kalau s diganti r, dia menjadi nari. Black box. Tidak nari atau nasi.

Black box, sayangku. Pohon kamboja itu ada 5 meter didepan kita. Black box.
Tapi setiap kata yang kita tanam, jaraknya tak terukur.
Lebih jauh dari musim semi dengan seekor keong yang berjalan di atas lidah kita. Black box:
Nabi, babi, nani, rabi, nasi, nari…

Aku tak tau bagaimana kata-kata menciptakan kembali manusia seperti speaker dalam kobaran api. Black box.


Jumat, 08 Mei 2015

Lionel Andres Messi

Lionel Andres Messi, “manusia dari planet lain” kata pelatih Barcelona, Luis Enrique. Messi telah membuat standar tersendiri bagi ukuran pemain sepakbola tingkat dunia. Melampaui batas-batas imajiner seorang pemain sepakbola. Messi telah menjadi legenda hidup bintang lapangan hijau saat ini. Kemarin ia baru saja jadi pahlawan kemenangan timnya Barcelona atas Bayer Munchen dengan skor telak 3-0. Dalam pertandingan itu, ia menceploskan 2 gol dan 1 assist untuk Neymar di menit-menit akhir.

Jika dibandingkan dengan Christiano Ronaldo, tentu Lionel Messi lebih lengkap. Saya lebih suka Messi karena selain sebagai eksekutor kotak enambelas yang handal dia juga secara statistik produktif memberikan umpan assist. Sedangkan Ronaldo tidak.


Sampai saat ini, saya masih membayangkan bisa bertemu dengan legenda hidup manusia dari planet lain itu.  Semoga, Hhe…

Kamis, 07 Mei 2015

Parkir


Maaf, Parkir Penuh! Sering membaca tulisan itu? Sebagian orang jengkel  melihatnya. Sebagian lagi karena sudah biasa jadi nggak jengkel lagi. Sudah bosan baca tulisan itu. Huftt.. yang menjengkelkan sekali saat masih belum terlalu siang palang parkir itu sudah malang menghalangi motor saya mau masuk tempat parkir – tempat parkir motor di kampus.

Fasilitas parkir sudah di tambah, tapi tetap saja mahasiswa bingung mau parkir dimana kalau sudah menjelang pukul 11 siang. Entah jumlah motornya yang terlalu banyak, parkirnya kkurang luas, banyak mahasiswa lain fakultas yang tidak parkir di fakultasnya, atau parkirnya yang kurang rapi. Selalu saja setiap hari parkir motor di fakultas saya selalu penuh. Nggak sedikit yang jarak tempat kosnya dekat dekngan kampus juga bawa motor. Males jalan kaki mungkin! Ada juga yang membawa motor lebih dari satu, barangkali. Hhe..

Hari ini saya kesulitan cari tempat parkir, padahal sudah jam 1 saya sampai di kampus. Masa’ ya tidak ada mahasiswa yang sudah pulang- yang kuliahnya pagi,- pikir saya.  Parkiran penuh, alhasil saya harus memutar motor, dan syukurlah tempat alternatif terakhir biasa kalau sudah nggak ada tempat parkir lagi masih ada. Saya parkir di tempat parkir mahasiswa pasca sarjana. Hhi…


Selasa, 05 Mei 2015

Ziarah


“Janganlah pergi seakan kamu sedang pergi, jadilah peziarah tanpa melakukan ziarah, jadilah peziarah sekarang juga, kini dan di sini.” -Raymond Pannikar

Pada abad pertengahan, orang Eropa menyebut diri manusia sebagai Homo Viator, yakni orang di perjalanan, pendatang, atau perantau. Namun demikian, Homo Viator tidak berarti sebagai “pelancong” atau turis. Sebab perjalanannya mempunyai tujuan yang arahnya sudah ditentukan oleh si pejalan itu sendiri1. Hidup manusia memang tidak akan lepas dari perjalanan. Selalu bergerak, berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Salah satu bentuk mobilitas manusia tersebut yakni ziarah.

Sabtu, 02 Mei 2015

Siapa yang Salah?


Gue punya bakat untuk jadi musisiUntung gue punya hasil lebih besar dari gaji mentriTapi yang gue bingung juga gue gak ngertiRumah gue bukan di PI dan gue gak pake mobil mercy..

Aku anak panah dari busur situasiKreasi bapak sendiri yang berjiwa revolusiAku cuma korban keadaan frustasiKecewa berontak coba dobrak tembok kondisi

Siapa yang salah? Hey..hey..Apa gue yang salah? Hey..hey..Gue bener-bener salah. Hey..hey..Karna gak mau serakah. Hey..hey..

Satu OPP berkuasa karna banyak yang nyoblosPara pejabatnya anggota OPP yang menangAnggopta OPP yang kalah cuma bisa duduk mrongosGak dapat tempat untuk bareng-bareng berjuang

Anak bocah terperangkap jerat situasiCiptaan bapakmu yang terlalu merevolusiAku cuma korban keadaan frustasiKecewa bertanya membobol tembok tradisi

Siapa yang salah? Hey..hey..Apa gue yang salah? Hey..hey..Yang kalah apa salah? Hey..hey..Apa sih speednya yang salah? Hey..hey..

Satu markas OPP diserang sama anggotanya sendiriRibut ngotot-ngototan sampe banyak korbanSaking demokrasinya ditelan mentah-mentah falsafahSampe lupa sama yang namanya musyawarah mufakat

Mereka terperangkap jerat situasiKreasi bapakku yang terlalu merevolusiMereka itu korban keadaan frustasiKecewa berontak membobol tembok kondisi

Siapa yang salah? Hey..hey..Gak tau deh siapa? Hey..hey..Ikut ngomong takut salah. Hey..hey..Nanti kenak-kenak salah. Hey..hey..

Di utara bla bla bla dan gosipnya bla bla blaDi timur bla bla bla lalu gosipnya bla bla bla27 juli bla bla bla, juga gosipnya bla bla blaApa itu bla bla bla? Apa gosipnya yang bla bla bla..

Mereka anak panah dari busur situasiCiptaan bapak sendiri yang berjiwa revolusiMereka jadi korban keadaan frustasiKecewa berontak cabik-cabik tembok kondisi

Siapa yang salah? Hey.. Hey..Gosipnya salah-salah. Hey.. Hey..Salah-salah pegang senjata. Hey.. Hey..Bisa salah-salah arah. Hey.. Hey..

like sun like son!!anak gak bener bapak,bukannya ngasih pendidikankatanya bhineka tunggal ika?tapi aturan keluarga masih berbau setarangomong gak usah..sok-sok kebaratandari bocah di ajarin mimpi-mimpi kian amerikangaku udah merdeka..tapi gaya masih front belanda....

Jumat, 01 Mei 2015

15 Juta Orang Menganggur, Kata Bang Iwan

15 Juta - ( Iwan Fals )

15 juta orang menganggur
Puluhan juta lagi terancam kelaparan
Hutang menumpuk belum bisa dibayar
Orang sudah memakan makanan binatang
Kelakuan orang sudah mirip binatang

Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran di gedung pengadilan
Di jalan terjadi kekacauan
Di rumah-rumah orang ketakutan
Sikat lawan, sikat kawan urusan belakangan di belantar

Seniman, wartawan dan dermawan
Suka tak suka menjadi orang tahanan
Terpenjara oleh kenyataan....

Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran di gedung pengadilan
Di jalanan terjadi kekacauan
Urusan belakang.....