Selasa, 12 Juli 2016

Ego

Berhenti sejenak bermain media sosial selama beberapa bulan ke depan tampaknya jadi pilihan yang tepat bagi saya sekarang. Permenungan ke dalam dunia ide, melakukan pengamatan dan meninggalkan kegiatan menunjukkan ke-aku-an saya. Agakanya saya menyadari diri ini mulai sombong. Bibit-bibit sombong mulai muncul, tanpa saya sadari. Pesatnya perkembangan teknologi membuat kita termasuk saya dimudahkan dalam beberapa urusan. Tapi dampak buruknya, sindrom eksistensi manusia juga terkoreksi. Adanya media sosial cenderung membuat kita selalu mengekspose seala kegiatan kita tiap hari, prime time tiap waktu. Samapai, kalau nggak update jadi merasa tertinggal oleh pergerakan dunia. Padahal nyatanya, dunia-realitas tidak berjalan secepat itu. Orang lain bahkan mungkin tak peduli apa yang kita lakukan.

Berbeda dengan maksud saya update menulis di blog ini, saya ingin menyalurkan ego-eksistensi manusia itu dalam bentuk yang lain-yang tidak membutuhkan publik untuk mengetahuinya(membacanya). Saya menulis disini karena diri saya sendiri-lagi. Bukan karena orang lain. Toh kalau ternyata saya juga masih meragukan pendapat saya ini. Sebab blog ini saya pikir juga ada yang membaca atau mungkin sekedar membukanya. Tapi jangan-jangan ini juga merupakan egosentrisme saya sebagai manusia? Ah, semoga itu bukan motivasi saya.

Pilihan menulis disini sebenarnya sebagai ganti dari kebiasaan update status singkat di media sosial yang menurut saya sudah tidak relevan bagi saya pribadi. Bukan orang lain. Itu saja.

Saya jadi ingat nasihat guru SMP saya saat sowan ke rumahnya beberapa hari yang lalu, “Bukan tetap menginjak bumi, tapi tetaplah melihat bumi. Sebab suatu ketika kita akan berada di atas”. Mungkin saya mulai sombong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar