Jumat, 22 Juli 2016

Orang Terkaya



Menurut cerita, selama peradaban manusia muncul di muka bumi, hanya ada 1 manusia yang pernah mengaku paling kaya di dunia ini yang dapat mengalahkan Tuhan. Sampai Tuhan pun dibuat mengamininya. Hanya ada seorang saja yang suatu ketika dia teriak-teriak bahwa dia lebih kaya dari Tuhan. Menyebabkan ia kemudian harus ditangkap oleh polisi. Lalu dia berkata “Tuhan harta yang termahal itu adalah anak yang saleh. Dan saya punya 12 anak yang saleh-salehah, sedangkan Tuhan tak jua punya anak 1 pun tidak.” Orang itu bernama Abu Nawas.

Agaknya kita sekarang dikepung oleh kapital-isme yang membuat kita bahkan sulit untuk bernafas. Tiap hari kita dijejali dengan sampah visual. Dimana-mana orang beriklan. Mulai dari baliho di jalanan sampai di pinggiran gincu para selebgram. Sesuatu yang sekarang dituhankan yakni segala hal yang berkutat pada harta, tahta, dan wanita. Mereka bertiga telah dijadikan sebagai tujuan. Bukan lagi cara atau alat untuk mencapai kebahagiaan yang hakikat. Misalnya, orang yang membaca buku itu sebenarnya membuang waktu saja, karena tidak mengahasilkan uang. Atau orang yang mengaji disebut sia-sia. Sampai-sampai kita kehilangan kemanusiaan kita. Contoh kecilnya sederhana. Bagaimana ketika kita dihadapkan pada kondisi ada orang yang sedang kelaparan saat kita berjalan didepannya? Menurut hukum formal mungkin kita tidak bersalah jika terus saja jalan. Tapi apakah itu masih bisa disebut manusia yang terikat padanya suatu hukum moralitas. Dalam ukuran itu sikap pembiaran dihukumi bersalah. Tapi apa daya yang terjadi di bangsa saya ini. Yang hukum formal dibuat sendiri saja juga dikutuk-dilanggar sendiri pula, kalau bersikap baik dengan menolong dimanfaatkan lagi buat mengumpulkan massa, ujungnya adalah penciptaan pasar, lagi-lagi anak kandung materialisme terlahir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar