Jumat, 21 Maret 2014

Edisi Kuliah

Dosen dan mahasiswa

Saat dosen menerangkan, saat itulah momen yang pas untuk membuat karikaturnya... hhe hhe...




Budaya Menghukum; menanamkan rasa malu



         Pagi hari ini tell lie vision sempat menggelitik  telinga saya, di Gorontalo terdapat seorang siswa SD yang menjadi tersangka  pencurian uang di dalam sekolahnya. ia kemudian dihukum oleh ibu kepala sekolahnya dengan ditelanjangi siswa tersebut di tengah lapangan didepan seluruh teman-temannya, ditambah lagi ibu kepala sekolah itu menyuruh siswa-siswanya itu untuk menertawakannya. Bahkan penghukuman itu diabadikan melalui kamera dan foto-fotonya sudah menyebar luas ke ruang publik. Atas kejadian itu orang tua murid lantas tak terima anaknya dihukum dengan cara itu, maka ia melaporkan kasus itu ke polisi.

Kamis, 20 Maret 2014

Masih Punya Malu-kah Kita



“Dimanapun kita berada, sebuah masyarakat dianggap tinggi peradabannya ketika masih memiliki rasa malu.”

          Kalau saya melihat gaya para tersangka koruptor di televisi yang dengan santainya masih nyengir di depan kamera wartawan itu sangat miris rasanya. Apakah mereka itu tidak malu. Lah  tersangka maling motor aja disensor wajahnya, ditutup-tutupin wajahnya ketika wartawan ingin mengambil gambar wajahnya. Memang apa bedanya , apakah koruptor itu maling yang elite begitu. Sehingga walaupun maling tetap saja merasa terhormat. Masih punya malu-kah mereka.

Jumat, 14 Maret 2014

My Lecture II

...




Yang ini juga.... dosen terfavorit arek-arek. hhe :)

From the Backwards




Kalau yang ini sketsa mereka yang duduk di depan saya saat kuliah sore tadi.



My Lecture

...

Live sketch dosen saat kuliah sore tadi, lama tak upload gambar, mungkin ini kekesalan yang saya ungkapkan lewat coretan bolpoin di kertas, karena kuliah sore tadi sangat membosankan, tidak bosan ketika saya membuat sketsa dosen yang menjelaskan materi kuliah yang hanya fokus pada laptop tanpa melihat mahasiswanya. dengan siapa dia berbicara, sampai-sampai tak sadar dirinya menjadi objek sketsa.

Waktu itu dimakan siapa?

Waktu itu dimakan siapa?


Ada yang pasti, ada yang tidak bisa kita kendalikan di dunia ini. Sesuatu kepastian yang tidak bisa kita lawan. Waktu terus berjalan tanpa henti, sedangkan kita tak akan mampu mengimbangi gerak lajunya. Kalau saya bisa meminta, saya membayangkan bisa mengendarai waktu. Maka kita akan kehilangan waktu itu. Waktu kita bisa habis. Habis dimakan siapa? 

Yang terpenting bukan itu sih, hhe... Tapi bagaimana waktu yang kita miliki itu dapat kita isi dengan hal yang berguna. Kadang saya kesal ketika waktu kuliah, saat di dalam kelas tidak banyak aktivitas yang bernilai, melihat teman-teman yang terlalu santai. Seakan sayang sekali waktu itu terlewat begitu saja tanpa dimaknai. Seperti kelebihan waktu di dunia saja orang-orang itu. Kalu boleh saya minta pada Tuhan, waktu mereka yang kosong itu saya minta. Ya. Kadang saya sering terburu-buru melakukan sesuatu. Termasuk menulis tulisan ini. Takutnya waktuku habis tanpa aku merasakan nikmatnya. Waktu itu ibarat makanan yang akan tetap habis walaupun tidak aku makan, kan jadinya rugi. Mending habisnya makanan itu aku makan.


Benar kata Tuhan bahwa sesungguuhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beramal shalih dan saling menasihati dan bersabar.

Minggu, 09 Maret 2014

Begini ya rasanya


            Pemandangan yang belum saya lihat sebelumnya, yang menggambarkan betapa indah sebuah pertemanan, persahabatan itu terlihat ketika dibangun dengan pondasi yang kokoh dan disusun oleh banyaknya ujian. Menjadi cerita yang bisa diceritakan kembali kepada anak-cucu mungkin.
Malam ini saya memang sendirian, duduk di anak tangga dalam gedung kuliah. Apa yang saya lakukan kemarin berimbas pada hari ini  kenapa saya harus berada diluar sedangkan teman-teman saya seorganisasi—LPM DIANNS FIA UB harus membicarakan saya.  Pemandangan yang belum penah saya lihat, dan mungkin hanya saya disitu saat itu yang beruntung melihat pemandangan indah sebuah pertemanan, persahabatan. Mungkin yang saya bisa bagikan tentang apa yang saya lihat ketika sendirian diluar sidang—supaya teman-teman saya di dalam juga tahu apa yang saya lihat dan pahami. Kamera saya tidak ada, mungkin lewat tulisan ini bisa tersampaikan—berharap bisa dibaca oleh teman-teman di dalam.

           Saat itu, alumni DIANNS berkumpul, mereka sepertinya sudah merencanakan untuk datang ke MUBES DIANNS sekaligus bisa reuni bersama teman sejawat, seperjuangan disini.Nama-nama mereka saya hapal, dan sebagian baru tahu orangnya asli selain saya melihat foto-fotonya di album Dianns. Mereka adalah mas Jimo, Hakam, Fahmi, mbak Della, mbak na, mbak Ginta, dan yang sudah familier seperti mas Dio, Wahyu, Gita, Medi berkumpul di depan ruangan musyawarah. Raut wajah mereka menggambarkan sebuah kegembiraan luar biasa.Saya rasa hal itu digembleng kejadian yang panjang ceritanya.Reuni bersama teman seperjuangan di kampus, tentu menyenangkan.Sebuah impian yang ga muluk ketika saya bisa berada di posisi yang sama seperti mereka—bersama teman-teman seperjuangan saya saat ini, suatu saat nanti. Semoga.

          Begini ya rasanya sendirian diluar ruangan.Ga enak.Lebih enak berada ditengah-tengah teman-teman di dalam. Pesan saya, jangan jadi manusia penyendiri yang ingin hidup sendiri, kita pasti mati. Sebab kita mati tidak mungkin kita gali kuburan sendiri tidak mungkin nggelinding sendiri. Hhe ...

                                                                                                                                            8 Maret 2014

Jumat, 07 Maret 2014

Wawancara Sticky Notes



“Ikatlah ilmu dengan menulisnya.”

Ide kadang muncul secara tiba-tiba saja, banyak ide atau topik yang sebenarnya ingin saya tulis. Saking banyaknya topik-topik itu saya bingung mau menulis apa, banyak topik tapi kekurangan data pendukung, akhirnya saya mulai belajar menulis dengan apa adanya saja. Apa yang terlintas di pikiran, tulis saja. Begitulah saya kira-kira.

Pagi ini saya terinspirasi oleh lembaran sticky notes saya yang terserak di kamar. Saya mulai bertanya-tanya, mengapa orang harus menciptakan benda itu. Yang sebelumnya tidak terpikir, siapa orang pertama yang menciptakan benda itu? Dan pertanyaan itu tentunya harus saya jawab sendiri, tidak ada orang yang bisa ditanyai di kamar saya kecuali saya bisa ngobrol dengan sticky notes itu..belajar menjadi goblok. Hhe. . .

Alhasil, wawancara saya dengan sticky notes kuning itu harus dilakukan, sambil menunggu nasi matang untuk sarapan. Model wawancara yang saya saya lakukan adalah wawancara imaji, ya seperti yang dilakukan Fico stand up comedian itu lho..walaupun saya tidak selucu dia. Hhe . . . kira kira begini rekaman wawancara saya dengan sticky notes itu.

Kamis, 06 Maret 2014

Sebuah Nasihat



          Sedikit tergesa-gesa aku dalam perjalanan pulang ke rumah beberapa hari yang lalu.Bukan langsung pulang ke rumah, tapi hari itu pikiran ini tertuju bagaimana agar cepat sampai di rumah sakit.Kakekku aku sedang sakit, setelah dikabarkan kalau beliau mengalami stroke saat terjatuh di sawah pekan lalu.Seingat sebulan yang lalu beliau masih sehat-sehat saja, aku selalu menyempatkan bertemu dan bercengkrama saat aku sedang dirumah. Sontak kejadian itu membuat aku kaget, ah merasa berdosanya akutidak bisa menyambangi kakek saat setelah peristiwa itu karena beberapa alasan yang tidak bisa aku tinggalkan di kota.
Langkah kaki ini semakin bergetar ketika melewati sepanjang lorong rumah sakit mencari ruangan ICU tempat kakek dirawat, pandangan mata ini telah membius perasaan dan pikiran.Melihat wajah-wajah cemas khawatir para keluarga yang sedang menunggu sedang sakit, membuat pikiran ini semakin tak tenang saja.Sempat berputar-putar mencari ruang ICU namun tak kunjung melihat keluargaku, akhirnya siapapun yang berpapasan denganku waktu itu aku tanyai, ternyata memang  tante, nenek saat itu yang berada disana sedang check up karena nenek kondisinya tidak enak badan, mungkin masuk angin karena selama seminggu di rumah sakit tidur di lantai beralaskan tikar. Setelah menunggu beberapa lama aku menunggu di depan ruang ICU, akhirnya aku

Tradisi Menghormati Orang Tua



       Bukankah Rasulullah pernah bersabda, mereka yang usianya lanjut dan keadaannya mendekati pikun, malaikat hanya akan mencatat amal kebajikannya, jika ia berbuat salah tidak dicatat lagi karena mereka kembali seperti ubahnya anak kecil lagi. Dan siapa yang merawat orang tua yang sudah udzur maka Tuhan akan mencurahkan berkah dari langit karena telah merawat titipan-Nya di muka bumi dengan penuh kasih sayang.

      Kalau bicara tentang kasih sayang orang tua kepada kita, mungkin sama halnya ketika kita menghitung air hujan yang turun deras menyuburkan tanah. Tak ada habisnya, tak mungkin kita sebagai anak mampu membalas semua kebaikannya kepada kita, mereka orang tua kita adalah pecinta sejati yang tak ingin balasan dari kita. Orang tua saya juga begitu, mereka itu orang paling hebat di dunia. Ya, bukan mereka harus dikenal oleh dunia, namun mereka adalah guru terbaik saya di dunia ini. Kalaupun kita sekarang kurang dekat dengan orang tua kita, cobalah sekarang untuk lebih mengenal mereka. 

Rabu, 05 Maret 2014

Kuas-kuas Tua dan Angka-angka



         Tidak banyak cerita yang saya ingin bagi, mungkin foto diatas sudah bisa mewakili konflik perang klasik antara kuas tua dan barisan pasukan angka-angka di buku catatan kuliah. Dunia ini butuh keseimbangan agar  kehidupan terus berjalan beriringan secara harmonis. Itulah mengapa aku memelihara perang itu. 

          Berat memang, tapi harus seimbang. seperti aku memelihara rambut cepak. Tidak gundul, tidak juga gondrong. Mungkin ungkapan itu mewakiliku sore ini. Pagi hari bermain dengan pensil dan kuas, sore ini bermain dengan angka.
          "Hidup itu, ketika kamu sibuk dengan rutinitas harimu, kamu masih bisa merencanakan kegiatan yang lain."

Coretan Pagi

...
Ada Lovelace


        Berjalan menenteng lima buah pigura pagi ini dengan membawa segenggam semangat, berharap ada yang mau membawanya pulang satu per satu. Udara masih sejuk, walaupun gerakan masif para mahasiswa yang pergi kuliah sudah menjadi sarapan mataku pagi ini. Masih pukul tujuh, pantas saja suasana parkiran agak sepi, jam kuliah!