Socrates pernah berkata, "Alam adalah manusia besar, dan manusia adalah alam kecil".
Kabarnya, hukum alam merupakan hukum tertua yang lebih dulu ada sebelum semua jenis hukum. Hukum itu seperti halnya, manusia tidak bisa bertahan hidup lama ketika menyelam di dalam air, sebab hukum itu diberikan pada ikan. Tidak bisa manusia terbang (tanpa alat), sebab hukum itu telah diberikan kepada burung. Ia adalah hukum kekekalan, siapa saja yang ingin kekal, maka kita hendak disuruh meneladaninya. Siapa yang menentangnya, dia akan mati. Seperti manusia tidak dapat hidup dalam kotak kayu tanpa ada celah udara yang masuk ke dalam kotak. Akhirnya kita hidup di garis hukum alam yang telah ditetapkanNya.
Hukum alam juga tak lekang oleh zaman. Sedang hukum manusia selalu berubah sesuai tafsir menurut kepentingannya.
Sampai saat ini, mungkin saya harus cukup merasa puas tentang mengapa ada orang yang hidupnya secara materi berkelimpahan, sedang banyak yang lain terpaksa hidup di bawah kemelaratan. Tentu itu bukan takdir Tuhan. Melainkan akibat hukum alam, hukum yang diciptakan Tuhan. Karena akibat, kita lalu mencari sebab, dari sebab itulah kita mendapati musabab.
Hari ini saya melihat kemelaratan- pengemis kecil yang selalu meramaikan perempatan lampu abang. Di mall, saya melihat orang sedang menjajakan berlian hanya untuk mereka yang ber-uang.
Apa ada yang salah dengan pemandangan semacam itu? Saya tidak hendak menghujat hukum alam. Sebab, "alam kecil' ini lah yang pantas ditanyai perkara itu.
Bagaimana pendapat anda soal pemandangan tangan renta yang tiba-tiba menjulurkan tangannya di depan anda?
Senyumannya telah berkata-kata tanpa ia bersuara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar