Minggu, 02 November 2014

Aku Lihat Pahlawanku di Jalan

Pukul tujuh tepat pagi ini saya bergegas meninggalkan rumah. Cukuplah empat hari berada di rumah, sedikit mengisi energi sebelum senin besok melewati ujian kuliah. Sebenarnya bamyak yang ingin saya tulis disini. Namun hanya yang mengusik pikiran saja yang mumgkin bisa saya tuliskan. Tujuannya merekam kejadian. Kejadian di alam pikiran maupun yg sudah terjadi (peristiwa).

Pagi ini saya melihat pahlawan di jalan. Tapi cuma dalam bentuk namanya saja. Hal itu cukup membuat pikiran saya gelisah. Saya mengamati ada beberapa nama pahlawan sempat mampir di pengelihatan mata saat bus yang membawa saya ke kota ini bergerak cepat. Saya melihat ada Mayjen Panjaitan disana. Anda tau siapa dia?

Sabtu, 01 November 2014

Pulang

Pulang, kata yang paling sering saya tunggu. Banyak memori yang menyeruak pikiran saat bicara tentang pulang. Pulang sama dengan rumah, orang tua, kicauan burung, itik yang lapar di pagi hari, sejuk tanpa hiruk pikuk knalpot, tetes embun daun pisang yang membasahi tanah kering karena lama hujan tak turun, dan pemandangan matahari ketika subuh  yang selalu membebaskanku dari kejaran tugas-tugas menumpuk sebagai manusia mekanik-organik.

Pagi ini,  saya berniat keluar rumah sekedar jalan-jalan dan bertemu dengan orang-orang pagi. Cuaca pagi ini cukup dingin, padahal musim kemarau. Ini berkah dari Yang Maha Mencipta untuk orang pagi, tidak semua yang dapat menikmatinya. Saya bersyukur atas hal itu. Perjumpaan saya pertama pagi ini yaitu dengan matahari. Beruntung saya bisa menatapnya secara langsung karena kabut cukup tebal. Seperti anomali ketika saya tidak jumpai di pagi-pagi kemarin.

Kadang matahari hilang tertutup halimun. Ah udara terasa sejuk-menyejukkan. Saya terus melanjutkan perjalanan. Bertemu barisan kembang putri malu yang sudah mekar bunganya, tampak segar ia. Saat bersalaman dengannya, ia mengempis, menunjukkan sifat pemalunya.

Matahari sudah sepenggalah, belum juga terlihat para pejuang pagi hari yang biasanya lewat dengan atribut lengkap seperti cangkul, sabit, timba, dll. Apakah perjalanan ini terlalu siang? Apakah karena kemarau panjang sehingga mereka absen ke peraduan?

Entahlah, matahari telah muncul kembali.
Ada berita buruk, seorang manusia baru yang baru lahir lekat dengan ari-arinya di buang di tengah sawah dekat rumah.

Selasa, 21 Oktober 2014

Terima kasih Pak SBY

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih atas jasa-jasamu Pak SBY selama sepuluh tahun menjabat sebagai presiden Indonesia. Karena kebijaksanaanmu, kini saya bisa melanjutkan menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Terlepas dari segala kekuranganmu, saya mengucapkan terima kasih.

Mungkin karikatur saya ini bisa jadi hadiah kenang-kenangan untuk anda sebagai bentuk rasa terima kasih saya. Jika bapak berkenan, kapan-kapan silakan main ke Malang, mungkin saya bisa memberikannya langsung. Karya ini saya buat sendiri untuk anda, yang juga saya pamerkan di pameran karikatur tunggal pertama saya tiga hari yang lalu.

Ini Caraku Sambut Pemimpin Baru

Hari ini, Senin (20/10) adalah hari bersejarah bagi Indonesia. Pasangan presidan dan wakil presiden terpilih, Jokowi-JK resmi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019.

Saya Khoirul Anwar (21) mengucapkan selamat untuk pak Jokowi-JK sekaligus menaruh harapan besar terhadap kepemimpinan anda lima tahun ke depan. Smoga Indonesia semakin maju dengan terciptanya keadilan sosial untuk rakyat Indonesia. Pesan saya adalah jaga mandat rakyat yang sekarang anda emban, karena saya juga akan terlibat mengawasi jalannya pemerintahan anda. Smoga sukses membawa Indonesia jadi negara berbudaya.

Selasa, 14 Oktober 2014

Datang yuk ke Pameran Karikaturku -All abaut Distorsion-



Komunitas Kalimetro present:
Caricature Exhibition
"All abaut Distorsion"
Sarasehan Budaya 
Bareng Mas Aji Prasetyo
Pameran Karikatur
Hari      : Jumat & Sabtu
Tanggal : 17 & 18 Oktober 2014
Waktu   : 15.00- 23.00 WIB
Tempat   : Wisma Kalimetro jl. Joyosuko Metro 42 A Merjosari, Malang

Sarasehan Budaya
Hari      : Jumat
Tanggal : 17 Oktober 2014
Waktu  : 18.30 WIB
Pemateri : Aji Prasetyo (Kartunis Malang)
Tempat   : Wisma Kalimetro jl. Joyosuko Metro 42 A Merjosari, Malang

contact person:
Irul : 085749785316
Fachry: 082334244777

Jumat, 26 September 2014

Asap Knalpot Art Community

Sekawanan anak manusia yang hanya ingin berekspresi, berkarya lewat seni. Walau apa yang mereka lakukan sering di cap sebagai polusi, mereka tak peduli.

Senin, 15 September 2014

Ritme Hari ini

Manusia yang bahagia hidupnya pasti adalah mereka yang tak bosan menjalani harinya. Bukan tidak pernah bosan, karena pasti ada saatnya kita merasakan bosan itu. Bosan oleh rutinitas yang kita jalani terus-menerus sampai mencapai titik jenuh.

Supaya tak bosan, coba lakukan hal baru setiap harinya, berkenalan dengan orang-orang baru dan lakukan dengan senang. Semoga ritme hari ini tak membosankan.

Jumat, 12 September 2014

Virtual

Hari ini mata terlalu semangat berkomunikasi dengan benda ukuran 14" yang memancarkan sinar. Mata ini sampai lupa kalau ia sudah ribuan kali mengedipkan kelopaknya.

Benda yang menyita waktu mata itu ternyata alat pengubah peradaban manusia kini, mengubah cara orang berperilaku. Mendekatkan yang jauh, sekaligus menjauhkan yang dekat. Dunia baru telah diciptakan. Dunia virtual-begitu saya menyebutnya ketimbang dunia maya- telah membuat informasi menjadi sebuah power yang punya daya di abad 21 ini. Saya adalah penduduk dunia virtualdi beberapa dimensinya. Tapi saya juga adalah makhluk penghuni dunia nyata yang akan merayakan kehidupan yang sering dibilang "nyata". Ya, kini saya dan jutaan manusia juga termasuk penghuni dua dunia. Hi hi hi..

Sebentar, saya harus pergi ke italia karena sedang mencari bentuk arsitektur bangunan italia-lewat benda yang bercahaya ini.

Kamis, 11 September 2014

Senja

Waktu yang paling saya sukai selain pagi adalah saat senja. Waktu dimana semua terlihat begitu menyenangkan. Sudah tutup dulu pintu amarahmu karena dibakar siang, hentikan dulu perdebatan yg hampir selesai itu. Maka sejenak lihatlah sekelilingmu, lihat bagaimana orang berlalu lalang hendak "pulang". Sebuah kata yang selalu saya nanti-nantikan.

Sekali-kali perhatikanlah orang-orang itu, mungkin saya mengajak anda untuk bergumam secara imajiner dengan diri sendiri. Seorang kawan pernah memaknai senja sebagai momen perenungan. Maksudnya merenungi apa-apa yang telah dilakukan sejak terjaganya mata setelah tidur. Saya juga sepakat dengan pernyataan itu. Tapi, kenapa disebut momen? Bukankah setiap hari senja juga terulang kembali.

Memang, kesan atau makna senja bagi tiap orang akan berbeda, tergantung dengan siapa kita melewati waktu sehari itu, dan apa yg kita lakukan. Toh semuanya akan menjadi bahan refleksi kehidupan walaupun hari itu tak melakukan apapun.

Transisi
Senja juga berarti masa transisi. Momen peralihan dari siang ke malam. Tidak melulu harus diartikan sebagai-sebentar lagi selesai-bisa jadi pergantian menuju ke kedamaian. Seperti sifat malam.
Jika diintepretasi ke dalam subjek, mahasiswa-status yang sedang saya sandang sekarang- rasanya pantas kalau di masa ini adalah senja. Momen yang sebentar  sebelum memasuki masyarakat yang penuh dengan ketidakpastian, bak malam yang gelap. Masa yang menyenangkan ketika harus terburu-buru dilewatkan, di buat-buat untuk cepat malam. Dengan itu kita punya cukup waktu mrenungkan, merencanakan untuk mengisi malam yang indah-untuk masa depan yang cerah.

Senjaku, adalah guratan mega penuh cinta dan pengharapan.

Rabu, 10 September 2014

Si Supri

Pernah nggak anda diminta oleh orang tua untuk membelikan sesuatu di toko, lalu anda dapat permen sebagai ganti uang kembalian? Hi hi hi.. Saya pernah mengalami hal itu
Tapi pernah terpikir nggak kalau hal semacam itu sebenarnya termasuk bibit Korupsi. Korupsi tingkat warung kelontong. Hhe

Hari ini cerita Supri di film pendek "Boncengan" yang diputar pada acara ACFFest (Anti Corruption Film Festival) di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya siang tadi, menginspirasi saya memaknai kejujuran. Di film itu, Si Supri adalah seorang anak SD yang jujur, energik dan lugu. Mata sipit, rambut cepak, mirip anak orang Tiongkok tapi berkulit gelap. Perawakan tubuhnya paling kecil dari teman sebayanya Sayangnya saya lupa nama pembuat film itu, hhe.. Ide ceritanya keren. Ceritanya, sekolah Supri sedang mengadakan lomba lari maraton untuk memperingati hari jadi sekolah. Hadiahnya berupa sepeda BMX yang paling apik se kampung di latar film itu. Ada sekitar sepuluh anak yang mengikuti maraton termasuk Supri.

Sebut saja Siti, teman akrab Supri yang nanti jadi saingan terberatnya, sebab dia sangat terobsesi untuk mendapatkan hadiah utamanya. Saat lomba dimulai, banyak adegan kocak yang ditampilkan, mulai pemegang bendera penanda maraton yang terlambat di angkat saat peluit sudah ditiup, Supri yang dijatuhkan Siti. Jadi di awal, Supri pelari paling terakhir dalam barisan maraton itu. Suasana persaingan kental disitu. Siti memimpin maraton di barisan paling depan. Rute maraton mengelilingi kampung, lewat jalan sawah dan jalan perkampungan. Di tengah kampung, adegan pelari yang dikejar-kejar anjing sempat mengocak isi perut peserta ACFF. Hi hi..
Ada peserta yang kelelahan dan malah beli es di jalan. Teman Supri sebut saja si Gendon berbuat curang karena dibonceng ayahnya saat maraton. Ayah Gendon memang yang menyuruhnya, dan sempat membelikan es peserta yang lain. Huh.. Curang!

                                     ***

Senin, 08 September 2014

Wakil Rakyat Kok Plin-Plan?

Sembari menunggu dosen yang tak kunjung masuk kelas, lebih baik menyempatkan untuk menulis ini saja. Sudah jadi kebiasaan klasik memang kalau di hari pertama masuk sekolah atau kuliah para pengajar biasanya telat. Bukan hanya dosen, mahasiswa pun demikian. Guru kencing berdiri, murid mengencingi guru. Hi hi hi..

Terlepas dari persoalan ini, ada polemik yang lebih enak dibahas yakni RUU tentang pilkada yang sedang dibahas di kursi DPR. RUU itu berisi aturan main Pemilihan Kepala Daerah yang kembali dipilih oleh DPRD seperti sebelum Era Refomasi. Sejak tahun 2005 Kepala Daerah dipilih langsung oleh rakyat. Sejak itu, banyak bermunculan pemimpin-pemimpin yang berprestasi membangun daerahnya. Sebut saja Tri Rismaharini yang mempercantik wajah Surabaya, Walikota Bandung sukses dengan pogram masyarakat melek IT, dan lain-lain. Pemimpin terpilih seolah gambaran kehendak rakyat. Jika Kepala Daerah dipilih anggota DPRD, pemimpin itu akan banyak berurusan dengan anggota dewan, kemudian politik transaksional yang bermain.

Lucunya,  yang setuju pemilihan oleh anggota DPRD semula cuma PKB dan Demokrat, sejak september lalu yang tergabung dalam koalisi Merah Putih antara lain Gerindra, Golkar, PAN, PKS  ikut-ikutan mendukung PKB dan Partai berlambang bintang itu yang sebelumnya mengkoar-koarkan pemilihan langsung. Kelihatan plin-plan ya.. Hi hi hi

Mereka berdalih, dengan dipilih oleh DPRD, anggaran Pilkada dapat dihemat. Saya tidak setuju dengan hal itu. Memang, Sistem Demokrasi membutuhkan biaya mahal dan itu sudah menjadi konsekuensi yang harus diterima. Pemilihan secara langsung  terlepas dari kekurangannya dapat menjadi ajang bagi para orang-orang baik yang masuk di politik untuk berkarya dan berprestasi membangun masyarakat. Sehingga orang-orang yang hanya haus akan kekuasaan dan tidak ada hasrat berprestasi tidak akan dipilih. Masyarakat Indonesia baru belajar berdemokrasi. Jika kehidupan demokrasi itu diganggu gugat oleh politisi, sudah waktunya memang kita harus kritisi.
Setuju?

Munir


Sabtu, 06 September 2014

Menolak Lupa


   

      Mereka yang memperhatikan keadilan sosial dengan serius sering merasakan, bahwa mereka berdialog dengan orang tuli." - Michael Prowse

Jumat, 05 September 2014

1000 Puzzle

Kalau hidup ini seperti merangkai 1000 kepingan puzzle, aku tidak akan terburu-buru menatanya. Aku masih harus membuat gambaran akhirnya di luar kepala.

Sudah mulai pagi tapi masih terlalu malam, kadang kita lupa cara menikmati langit yang, samar berhias bintang-bintang, dingin yang, mencairkan nafas. Jadi lupa syukur nikmat waktu.

Nietzsche


Pak Jonan


Kamis, 04 September 2014

Mata Pun Berkata

Menjadi pendengar kadang dibutuhkan pada saat-saat yang tepat ketika bicara malah memperburuk suasana.

Kemampuan menjadi pendengar yang baik jarang orang bisa melakukannya karena hasrat oral manusia lebih besar dibanding ukuran gendang telinga.

Tapi, menjadi pendengar tak lantas harus diam! Hanya sebuah cara lain agar mampu memahami diri sendiri dan orang lain.

Walaupun jarak telinga dan mulut tak terpaut jauh, lantas menurutmu mereka selalu akur?
Mata bilang "Tidak".

Rabu, 03 September 2014

Digitalisasi



         Saya baru menyadari kalau selalu bergerak ke arah dunia “apa-apa harus sendiri”. Dulu, kalau saya mau mengambil uang di Bank, saya harus pergi ke Bank, duduk antri kemudian waktu giliran saya, saya butuh bantuan teller untuk mengurusinya. Sekarang, tidak perlu seperti itu. Sudah ada mesin ATM yang kapan pun tetap berada di tempatnya saat dibutuhkan. Kapan pun saya bisa menarik uang disana.

         Baru-baru ini perusahaan apple akan meluncurkan produk keluaran terbarunya iPhone 6 yang dilengkapi dengan fitur dompet virtual, sebenarnya dompet virtual ini bukan yang pertama muncul, sebelumnya Google+ juga sudah ada. Apple kabarnya telah menggandeng visa, mastercard sebagai mitranya, dilengkapi sensor sidik jari sebagai kode pengaman pengganti password diyakini lebih aman diharapkan menambah loyalitas penggunanya. Sehingga cara orang berbelanja  semakin cepat dan serba praktis. Walaupun dompet virtual ini baru berlaku di Amerika Serikat, saya yakin kedepan perusahaan-perusahaan lainnya akan mengikuti. Kalau Nietzsche masih hidup, mungkin ia tertawa melihat para peniru itu. hi hi hi..

        Melihat fenomena seperti itu, saya tidak bisa membayangkan 50-100 tahun kedepan, dunia ini tergambar seperti di film Doraemon the movie. Jika yang mengusai teknologi-teknologi mutakhir adalah orang-orang seperti karakter nobita yang pemalas, Giant yang  suka menang sendiri, Tsuneo yang pelit  sedangkan orang-orang seperti Doraemon semakin tersisih!. Kekhawatiran saya ber-alasan kan? hhe..

Digitalisasi. Era dimana cara hidup manusia semakin mudah, sekaligus era yang akan merekontruksi budaya "kekitaan" kita."Kita" yang tak lupa kalau kita manusia.


Selasa, 02 September 2014

OSPEK

Foto: salah satu mahasiswa baru Universitas Brawijaya sedang berdiri di depan poster Fikri sesaat setelah mengikuti PKKMABA tingkat universitas (2/9).


Bulan September di kota Malang, ada tradisi tiap tahun yang melibatkan banyak manusia disini. Sebagai kota pendidikan, tidak heran setiap tahunnnya kota Malang selalu dibanjiri oleh pelajar dan mahasiswa. Dan bulan ini, para mahasiswa baru (MABA) melaksanakan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK).
Tradisi Ospek ini punya catatan jika kita mau menoleh ke belakang. Tahun lalu, Ospek telah memakan korban. Kasus kematian Fikri-salah satu mahasiswa universitas ITN Malang-saat menjalani OSPEK mencuat dan menjadi sorotan publik saat itu. Kejadian tersebut menjadi cerminan bahwa di abad 21, tradisi perpeloncoan oleh mahasiswa senior kepada mahasiswa baru yang mengarah ke buliying masih menghiasi wajah institusi pendidikan di Indonesia.
Kita seakan tidak belajar dari tahun-tahun sebelumnya. Tiap tahun, MABA disuruh memakai atribut-atribut OSPEK yang tidak relevan dengan esensi kegiatan pengenalan kampus. Panitia penyelenggara dalam hal ini mahasiswa senior seperti menjadikan OSPEK sebagai ajang balas dendam. Kuping saya siang ini masih mendengar teriakan-teriakan menghardik MABA, seolah MABA harus takut dengan mahasiswa senior. Ini kampus woii.. Bukan pemukiman tentara!. Bukankah nilai-nilai yang diharapakan adalah nilai-nilai kesantunan, saling menghormati dan menghargai yang ada pada MABA, bukannya rasa takut!.
Ospek tahun ini tidak jauh beda dengan tahun saya dulu. Buktinya, masih berjejer orang yang berjualan peralatan dan atribut OSPEK di depan kampus saya. Walaupun itu hal positif-menambah penghasilan warga Malang yg meraup untung momen ini-  dari segi ekonomi. Kita tidak banyak belajar dari perubahan zaman. Cenderung susah untuk selalu belajar dengan hal yang baru dan meninggalkan cara lama yang usang dengan perkembangan zaman. Sehingga tidak berlebihan jika Alvin Toffler menyebutnya sebagai orang yang buta huruf di abad 21 ini. " The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn."

Senin, 01 September 2014

Sekolah-Sekolahan



Sempat saya menyimpan pertanyaan ini di benak saya, mengapa saya harus sekolah? Atau mengapa saya harus belajar di sekolahan?
Sejarah mencatat bahwa pendidikan sudah ada sejak manusia diciptakan. Kata sekolah (school) sendiri di ambil dari bahasa latin “scola” atau scolae” yang bermakna “waktu luang”.  Ternyata, di zaman romawi kuno dulu, orang-orang memanfaatkan waktu luang mereka untuk menemui orang cendekia perihal bertanya mengenai ikhwal kehidupan.

Jose Mujica





Minggu, 31 Agustus 2014

Orang Miskin



“Orang miskin adalah mereka yang bekerja untuk gaya hidup mewah” -Jose Mujica

Beberapa hari yang lalu, di dalam kolom opini harian Jawa Pos edisi 22 agustus berjudul “presidenku rakyat termiskin” terdapat sepenggal kisah mengenai orang termiskin di dunia, Selang beberapa hari, saya menemukan esai  yang berjudul “Bukan Si Miskin” karya Goenawan Mohamad (GM). Terinspirasi oleh tulisan pak GM yang menyebut-nyebut nama Jose Mujica, menuntun tangan saya untuk mengetikkan sebuah nama itu di papan pencarian Google. 

Ternyata nama itu begitu popular, mengapa saya tak pernah tau tentang nama itu? Pikir saya.. ah ini akibat gejala sindrom malas baca! 

Anthony Hopkins


Sabtu, 30 Agustus 2014

Es Dawet Challenge




        Fenomena ice  bucket challenge kini kian menyebar ke seantero negeri. Tantangan itu sekarang lagi nge-trend di kalangan artis luar negeri, seluruh dunia bisa mengetahuinya karena media. Tantangan disiram air dingin itu unik, idenya simpel. Siapa saja yang sudah disiram, ia harus mengajak tiga orang temannya untuk melakukan tantangan ini. Jika tidak berani, ia diwajibkan menyumbang uang. Dan aksi guyur air es ini kini sudah mengumpulkan jutaan dolar. Aksi disiram air es ini ditujukan menggali dana  untuk pengobatan penderita penyakit ALS (Amytrophic Lateral Sclerosis) di dunia.ALS merupakan penyakit yang menyerang saraf motorik (gerak). Menurut para ahli, orang yang mengidap penyakit ini kecil harapan bisa disembuhkan. Penderitanya semakin hari saraf motoriknya mengalami degenerasi sehingga mengalami kelumpuhan.  
Di Indonesia ada nggak ya aksi serupa tapi yang versi Indonesi?. Kalau di amerika pake air es, di Indonesia harus mengangkat tema kearifan local dong pastinya. Misalnya disiram pakai es dawet, hi hi hi.. tapi itu mubadzir jadinya. 

Najwa Shihab




Jumat, 29 Agustus 2014

Memberi hadiah kepada diri sendiri

            Siapa yang tidak suka diberi hadiah? Saya kira tidak ada. Hadiah tidak hanya digunakan untuk memotivasi anak kecil, hadiah juga efektif digunakan untuk orang dewasa. Hadiah tidak melulu  berasal dari orang lain kok. Hadiah juga bisa dari diri sendiri untuk diri kita sendiri.
Saat ini saya sedang belajar menulis. Metode yang saya gunakan yakni menggunakan sebuah mantra hebat yang saya buat sendiri. Begini mantra yang saya ucapkan beberapa hari yang lalu itu. “Saya harus  menulis setiap harinya, apabila saya tidak menulis sama sekali dalam sehari, saya harus membayar uang sebesar sepuluh ribu rupiah. Dan apabila saya menulis, saya mendapat uang lima ribu rupiah dari diri saya sendiri.” Hi hi hi.. mantra seperti itu umumnya disebut sebagai afirmasi. Afirmasi dapat diartikan sebagai mantra atau sugesti diri. Dengan kata lain bermakna berkomunikasi kepada driri sendiri dengan penuh perasaan dan emosi. Oke, kita kritisi dulu mantra saya itu tadi. Pertanyaannya, uang untuk membayar itu darimana? lalu, kalau lagi nggak punya uang bagaimana?
Ah Sudahlah. Itu urusan saya! Hi hi hi..

Selasa, 26 Agustus 2014

KRSan


KRS (Kartu Rencana Studi), saya yakin hari ini kata itu jadi kata paling disebut-sebut di social media. Lebih tepatnya disebut-sebut oleh puluhan ribu pemuda yang kuliah di universitas tempat saya kuliah, Universitas Brawijaya (UB). Pasalnya hari ini (26/8) UB secara resmi membuka akses sistem akademiknya setelah beberapa hari yang lalu tidak aktif karena sedang bersiap mengahadapi ritual setengah tahunan, yakni KRSan. Begitulah teman-teman saya menyebutnya. Sudah menjadi kewajiban memang pihak universitas memberikan pelayanan akademik bagi para mahasiswanya yang secara profesional efektif dan efisien. Sehingga kemudian dibuatlah sistem pengambilan KRS online. KRS online ini hanya salah satu fitur dari Sistem Informasi Akademik  Mahasiswa (SIAM) di UB yang memberikan fasilitas bagi mahasiswa perihal akademik, sebagai pusat informasi akademik, termasuk merencanakan program kegiatan studi mahasiswa. Yakni merencanakan mata kuliah apa saja yang akan diambil pada setiap semesternya, serta merencanakan jadwal kuliah mereka sesuai keinginan.
Sebab itulah mengapa situs www.siam.ub.ac.id ini selalu sibuk pada hari-hari dimana mahasiswa sedang KRSan. Wajar saja bila pihak universitas  ‘kewalahan’ menangani KRS online ini karena memang kita tahu jumlah mahasiswa UB ini yang paling banyak se Indonesia. Tapi saya kira bukan itu penyebab utamanya. Kalau pihak menyadari bahwa memang siap menampung, mengelola kampus dengan sejarah besar ini seharusnya sudah siap secara profesional dalam kinerjanya. Setiap tahun, mahasiswa harus bersabar melakukan KRS online ini jika tiba-tiba SIAM tidak mudah diakses dengan lancar. Penyebabnya semua mahasiswa seolah berebut mendapatkan kelas yang sesuai dengan keinginannya dalam waktu yang bersamaan dengan jangka waktu yang singkat. Kalau saya ibaratkan, mahasiswa-mahasiswa ini seakan berebut memasuki satu ruangan yang sempit lewat satu pintu yang sama, persis ketika teman-teman saya memasuki ruangan ujian. Saat pembawa kunci ruangan ujian sudah tiba, kami mengerumuninya. Dan setelah pintu dibuka, Bruull… semua berdesakan masuk ruangan. Mungkin karena kata-kata ini masih ada dalam otak mereka bahwa “posisi menentukan hasil akhir.” Tempat duduk menentukan nilai yang akan di peroleh. Dan mendapat kelas dengan dosen idaman adalah impian, maka siapa cepat dia dapat. Jadwal kuliah yang sesuai harapan dengan dosen yang ramah terhadap pemberian nilai tinggi laiknya sesuatu yang wajib diperjuangkan sampai tetes keringat terakhir. Saya membayangkan, coba kalau tidak berebut, pasti tidak akan begini KRSan saya, lemmoot… hi hi hi
Saling berebut memang seninya mahasiswa saat ini. Gak hanya soal jadwal kuliah, soal pacar pun juga. Heh.. maaf tulisan saya keluar dari rel nya.
Kembali ke topik. Kenapa berebut? karena ada hasrat ingin mendahului, setiap manusia memiliki nafsu itu. Dan benar, nafsu itu akan membawa penderitaan pada kita, kalau kita terus menurutinya. Bayangkan kalau nafsu atau keinginan itu tidak terpenuhi, paket penderitaan itu akan datang. Akan ada kekecewan yang muncul akibat terjadinya gap antara keinginan dan kenyataan. Lihat saja teman-teman saya yang stres setiap KRSan, kepinginnya cepet, jadwal sesuai harapan, dapat dosen yang enak, dan bisa satu kelas sama dia terus. Hhe.. tapi kenyataannya, bidang kotak bercahaya itu ngomong, “maaf  sistem sedang kami perbaiki, coba beberapa saat lagi.” Faiiiikkh.. “Ku banting Kau!” "tapi masih untung kau ini milik warnet, jadi ku urungkan niat itu." Hi hi hi.. mungkin begitu jadinya ya. Kalau saya sih santai saja,  sembari buka SIAM, memasukkan kode mata kuliah, saya ngetik tulisan ini. Kalau enggak, wah takutnya saya juga banting laptop tanpa sadar. Hhe..
Hei, teman-teman.. apa kalian sudah selesai KRSannya? Selamat berjuang.
Ngomong-ngomong, saya belum dapat kelas sama sekali nih!
01.00 WIB


Senin, 25 Agustus 2014

Kulkas ini penyimpan pakaian



Menurutmu ini aneh? Saya kira tidak aneh, unik malahan. Lazimnya kulkas atau lemari pendingin memang digunakan banyak orang untuk menyimpan makanan dan minuman agar dingin atau supaya awet. Tentu beda dengan kulkas yang saya punya. Kulkas saya gunakan untuk menyimpan pakaian. faik!
Kalau anda bilang saya yang orang aneh terserah. Hi hi hi.. Lemari ini baru saya buat pagi tadi. Ceritanya pemilik rumah di tempat saya kos ini beli kulkas rusak itu untuk di Perbaiki kerusakannya dengan harapan bisa dijual kembali. Tapi, eh ternyata kerusakan kulkas itu parah. Jadi butuh banyak biaya untuk perbaikannya. Akhirnya dihibahkanlah barang bekas itu kepada saya supaya bisa jadi barang yg lebih berguna.

Bukan tanpa alasan ide itu muncul, sebagai mahasiswa yg hidupnya serba pas-pasan. Saya harus pikir-pikir membeli lemari baju. Untuk makan saja susah, apalagi beli lemari. Itu sebabnya tidak ada lemari baju di kamar saya selain seperangakat meja komputer yang saya sulap jadi lemari baju dulu. Dengan sedikit modifikasi dan pembersihan, alhasil, lemari es itu jadilah lemari pakaian. Kini lemari baju saya jadi lebih besar dan tampak seperti lemari sungguhan. Tepatnya persis Lemari es. Wow

Untunglah saya ini tinggal di tempat servis elektronik, banyak barang bekas yang terpakai dan kemudian sering saya manfaatkan. Pemiliknya pun mengizinkannya. Saya jadi merasa orang paling beruntung. Alhamdulillah...

Mengenai kreativitas, saya jadi teringat kutipan dari Rosokcraft-komunitas yang terkenal memanfaatkan barang rosok jadi mainan itu- bahwa "jika kita mengoptimalkan kemampuan otak kita, apapun bisa menjadi sebuah karya." Maksud saya dalam hal ini, keterbatasan kita tak harus dijadikan alasan  gagalnya sebuah proses. Ada pepatah populer mengatakan Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada lemari pakaian, kulkas pun jadi. Hi hi hi...

Jangan ditiru ya..



Minggu, 24 Agustus 2014

Back to the Table Behind

Awalnya tulisan ini ingin saya beri judul back to school atau back to campus.Tapi, ah.. itu terlalu biasa dan mainstream kedengarannya. Apa boleh buat saya harus menekan tombol backspace kemudian mengetikkan beberapa kata yang kurang lebih dapat mewakili isi tulisan saya ini. Pakai bahasa inggris pula, biar kelihatan keren. (padahal belajar supaya nggak bodoh banget bahasa inggrisnya) Hhe…

Alasan kedua setelah saya pikir, school (sekolah) nggak relevan lagi buat saya karena saya kini sudah putus sekolah. Oke, saya kuliah bukan sekolah. Pagi ini saya berangkat kembali ke kota perantauan yakni di Malang. Setelah sekian lama libur kuliah, kurang lebih sekitar dua bulan di rumah, saya harus bergegas lagi kembali mengisi hari-hari di tanah orang ini. Memang jadwal masuk kuliah masih kurang dua minggu lagi, tapi saya niatkan buat daftar ulang dan agenda penting khas mahasiswa yang kesannya sok sibuk. Banyak tugas di depan mata yang sedang menunggu giliran untuk dikerjaan, mulai dari hal yang remeh temeh seperti rutinitas mencuci,(yang tidak biasa dilakukan sendiri ketika berada di rumah). Hingga rutinitas si mahasiswa kura-kura alias kuliah rapat- kuliah rapat. Kamar kos juga sedang menanti untuk dibersihkan paska ditinggal si penghuninya yang mudik. Huh.. mungkin aktivitas itu akan kurindukan nanti saat menua. 

Setali tiga uang dengan ribuan bahkan mungkin puluhan ribu mahasiswa- yang melakoni hal serupa dengan saya. Para mahasiswa itu berduyun-duyun akan meramaikan kota ini. Toko-toko kelontong, warung makan, angkringan akan penuh sesak kembali seiring dengan jadwal tahun ajaran baru 2014/2015. Pemandangan sehari-hari yang membosankan mata itu, akan mewarnai hari-hari saya kedepan. Bagi mahasiswa baru yang diterima di universitas yang berada di Malang, saya ucapkan selamat datang, selamat menikmati udara kota ini yang kian hari kian panas, dan kalian lah penyebabnya. Sadarkah kau akan hal itu? Hhe.. Oke, saya juga termasuk di dalamnya. Selamat belajar dan selamat mencari apa yang kau cari di kota ini, semoga kamu menemukannya. Sudah waktunya kembali ke belakang meja. 

Dan saya juga akan tetap berada di belakang meja sembari mengetik tulisan ini.   

Sabtu, 23 Agustus 2014

Karikatur Walt Disney







Didi Petet










Tukul Arwana








Karikatur Adolf Hitler










R.I.P Robin William














Karikatur Pramodya Ananta Toer









sketches




Bersahabat dengan Risiko


Saya tidak tau apakah memang tidak ada di dunia ini yang tidak punya risiko.Bahkan mati pun berisiko, bagi yang percaya kehidupan setelah mati, masalah surga ataukah neraka yg menjadi balasan setelah apa yang telah diperbuat di dunia. 

Setiap bangun tidur kita ditanya apakah kita melanjutkan tidur atau bangun dan melanjutkan aktivitas sepertibe kerja, pergi ketempat kerja, di jalan raya berisiko menghadapi kemacetan, apabila terburu-buru sehingga ngebut di jalan risikonya nyawa melayang. Dan setiap apa yang kita lakukan iturisiko selalu jadi bayangannya. Tentu akibat yang baik bukan disebut risiko, melainkan manfaat.

Pagi ini saya dihadapkan pekerjaan yang juga berisiko.Saya di minta mengantar telur ke tengkulak yang jarak nya tidak terlalu jauh dari rumah dengan menggunakan sepeda motor. Hal itu menjadi biasa jika jumlah telur itu sedikit, tetapi tadi pagi bapak saya meminta membawa tigaratusbutirtelur, jika dihitung ada sekitar sepuluh tril(tempat telur) atau sepuluh tingkat. Biasanya dalam satu tril itu berisi tiga puluh butir telur. Jumlah yang tidak biasa, pikir saya. Tetapi mumpung selagi di rumah, saya amini saja permintaan bapak, nggak ada salahnya saya membantu pekerjaan orang tua. Otomatis saya telah mengambil risiko dari pekerjaan itu. Bayangkan saja jika saya ceroboh di jalan, telur-telur itu bisa pecah.Jika itu terjadi, itu sama artinya pekerjaan bapak selama beberapa hari mengumpulkan telur itu sia-sia, tidak dibayar. Takutnya, saya malah di pecat jadi anaknya,he..he..he..Itu adalah kemungkinan terburuknya. Cukup besar juga beban mental yang harus saya emban hari ini.

Jumat, 22 Agustus 2014

Obrolan bersama karang


Nasihat

Pun wajahmu masih seperti dulu
Berdiri tegak batu-batu karang
Dentuman ombak laut selatan itu
Menghujam
Di semenanjung Papuma
Duduk di tepi tebing
Dengarkan ceramah batu karang berkisah

Jangan jadi hipokrit
Tampak kuat tapi terkikis
Berani tapi banyak berapologi

Aku benci nasihat angkuh itu
Angin menyapa tak ramah
Laut yang terbentang menantang
Seperti tercampak di barak tahanan
Aku diadili!

Aku beringsut
Kering bak belukar kepanasan
Sejak kemarau kemarin
Air meriak membenturkan pada laut
Suaranya menggema
Lalu terdiam


Awan pergi habiskan masa
Rona senja telah merayap

Kapan lagi kita dapat bersua?


Tanjung Papuma, 6 Agustus 2014